Select Language

~ [DR]~

Mobil Listrik "Laris" di RITech Expo

BANDUNG,— RITech Expo yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) pada Rabu (8/8/2012) dibuka. Pelaksanaan RITech Expo dipusatkan di Sasana Budaya Ganesha, Bandung. Dalam pameran tersebut, sebanyak 100 booth yang terdiri dari 80 indoor dan 20 outdoor memeriahkan acara. Booth-booth tersebut menjadi tempat bagi para inovator untuk unjuk gigi soal hasil karya mereka. Di antara sekian banyak inovasi yang dipertontonkan, mobil listrik menjadi inovasi yang paling digemari pengunjung. Puluhan pengunjung mengerumuni tiga mobil listrik yang ada tepat di depan pintu masuk Sasana Budaya Ganesha. Masing-masing mobil listrik yang dipamerkan adalah mobil listrik buatan PT Pindad, mobil listrik berbadan mobil balap, serta bus listrik hasil pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tertarik dengan mobil listrik tersebut, banyak pengunjung pun berfoto diri di sisi mobil itu. Tak cuma itu, ada pula pengunjung yang mengajak inovator yang hadir untuk berfoto bersama. Salah satu inovatornya adalah Abdul Hapid dari Pusat Penelitian Listrik dan Mekatronika LIPI. Daya tarik mobil listrik memang tak mengherankan. Beberapa waktu terakhir, sejumlah mobil listrik diperkenalkan kepada publik lewat media, di antaranya bus listrik LIPI dan mobil listrik Dasep Ahmadi. Abdul Hapid mengungkapkan, masyarakat memang perlu mengenal sosok mobil listrik. Menurutnya, pengenalan kepada masyarakat adalah salah satu cara membantu mewujudkan mobil listrik menjadi produk massal. Hapid yang telah terlibat dalam pengembangan beberapa jenis mobil listrik menuturkan, "Mobil listrik memang sebuah solusi menyelesaikan masalah energi dan transportasi." Selain mobil listrik, inovasi yang mencuri perhatian adalah pesawat Jabiru hasil rakitan siswa SMK 12 Bandung. Pesawat tersebut dirakit untuk menunjang pembelajaran di bidang airframe dan powerplant.
 

Roket dan Panser Indonesia Disukai Dunia

- Teknologi militer untuk pertahanan dan keamanan tidak lagi didominasi Amerika dan Eropa. Kini Indonesia pun sudah memproduksi sendiri persenjataan militer. Penghujung Maret lalu, sebanyak 50 roket R-Han 122 diluncurkan di Pusat Latihan Tempur TNI Angkatan Darat Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan. Wakil Menteri Pertahanan dan Keamanan Sjafrie Sjamsoeddin, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Riset Kementerian Ristek Iptek Teguh Rahardjo, Wakil Gubernur Sumatra Selatan Eddy Yusuf, Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo, dan Komandan Kodiklat TNI-AD Letnan Jenderal Gatot Numantyo ikut hadir dalam peristiwa bersejarah itu karena untuk pertama kalinya diluncurkan roket militer buatan Indonesia. Peluncuran roket berlangsung mulus. Roket R-Han 122 ini merupakan pengembangan roket sebelumnya D-230 tipe RX 1210 yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi, yang memiliki kecepatan maksimum 1,8 mach. Perjalanan lahirnya roket militer R-Han 122 cukup panjang. Berawal pada 2007 saat Kementerian Riset dan Teknologi membentuk Tim D230 untuk mengembangkan roket berdiameter 122 mm dengan jarak jangkau 20 kilometer. Prototipe roket D-230 ini dibeli Kementerian Pertahanan dan Keamanan untuk memperkuat program seribu roket. Pemerintah membentuk Konsorsium Roket Nasional dengan ketua konsorsium PT Dirgantara Indonesia (DI), sebagai wadah memasuki bisnis massal. Ketua Program Roket Nasional Sonny R Ibrahim menjelaskan rencana pembuatan roket secara massal sudah ada sejak 2005. Namun, baru dikembangkan roket D-230 pada 2007 hingga terbentuk konsorsium tersebut. Konsorsium itu beranggotakan sejumlah industri strategis yang mengerjakan bermacam komponen roket. Sony menyebutkan, di dalam konsorsium terdapat PT Pindad yang mengembangkan launcher dan firing system dengan menggunakan platform GAZ, Nissan, dan Perkasa yang sudah dimodifikasi dengan laras 16/warhead dan mobil launcher (hulu ledak). Kemudian juga PT Dahana menyediakan propellant, PT Krakatau Steel mengembangkan material tabung dan struktur roket. PT Dirgantara Indonesia membuat desain dan menguji jarak terbang. Pendukung lain dalam konsorsium adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut menyediakan alat penentu posisi jatuh roket. ITB menyediakan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gambar saat roket tiba di sasaran. Sejumlah perguruan tinggi lainnya, yakni UGM, ITS, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Suryadharma, ikut terlibat di dalam pengembangan roket tersebut. Nama D-230 kemudian diganti menjadi R-Han 122 karena sudah dibeli Kementerian Pertahanan. Sistem isolasi termal untuk membuat roket militer tidaklah mudah. Para periset beberapa kali melakukan uji coba hingga menemukan kesempurnaan pada roket R-Han 122 itu. Sonny menjelaskan, pada 2003 para periset menggunakan material kritis dengan ketebalan baja 1,2 mm, tetapi produk justru cepat jebol. Kemudian para peneliti mulai memperbaiki sistem isolasi termal. Saat roket meluncur sempurna dibutuhkan suhu 3.000 derajat Celcius. Pembakaran dengan menghasilkan suhu tinggi bisa berakibat fatal apabila sistem isolasi termal tidak bekerja dengan baik. Karena itu, di ruang isolasi termal diberi karet atau polimer yang bisa menghambat panas. Untuk material roket, dipilih bahan yang ringan, yakni aluminium, karena bisa menghambat panas. Perubahan-perubahan itu ternyata menghasilkan roket yang tidak pernah rusak saat diujicobakan. "Karena termalnya bekerja cukup baik, roket itu bisa terbang tepat sasaran dan tidak pernah rusak selama uji roket," imbuh Sonny yang mengatakan bahwa R-Han 122 berfungsi sebagai senjata berdaya ledak optimal dengan sasaran darat dan jarak tembak sampai 15 km. Tidak hanya roket yang sudah dibuat di dalam negeri. Sebelumnya, PT Pindad telah memproduksi panser yang merupakan hasil pengembangan riset dari BPPT sejak 2003. PT Pindad meneruskan hasil riset BPPT khususnya untuk panser Angkut Personel Sedang (APS). PT Pindad dan BPPT akhirnya mengembangkan riset APS-1 sampai ke APS-3 yang punya kemampuan bermanuver di darat, perairan dangkal dan danau. Pengembangan riset tersebut akhirnya menghasilkan varian 4X4 dan disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya pada varian 6x6. Ujicoba panser APS-3 ini dilakukan awal 2007 dan pada 10 Agustus 2008 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Kementerian Pertahanan memberi nama APS3-ANOA. Sejak itu Pindad memproduksi 10 panser pertama APS-3 ANOA. Dalam perkembangannya, Pindad terus mengeluarkan seri-seri terbaru APS-3 ANOA ini. Selain varian kombatan, ANOA juga memiliki varian lain seperti untuk angkut medis, logistik, armored recovery vehicle (penderek ranpur yang sedang mogok) dan varian mortir. Saat ini Kementerian Pertahanan telah memesan 100 panser ANOA yang ternyata disukai negara-negara tetangga. Salah satunya Malaysia yang sudah berminat membeli sejumlah panser ANOA dari PT Pindad. Dan tak kalah penting, panser buatan Indonesia ini juga dipakai untuk kelengkapan persenjataan Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon.
 

Kecoak Dikembangkan sebagai Hewan Penyelamat

— Kecoak yang sering dianggap hama dan menjijikkan akhirnya berhasil diubah menjadi sesuatu yang berguna. Dengan menggunakan sistem antarmuka elektronik, sekelompok peneliti yang berasal dari North Carolina State University mengembangkan metode untuk mengarahkan dan mengontrol kecoak menggunakan remote control. "Tujuan kami adalah menguji coba apakah kita bisa membuat antarmuka biologis nirkabel dengan kecoak yang kuat dan mampu menyusup ke ruang-ruang kecil," kata Alper Bozkurt seperti dikutip Discovery, Jumat (7/9/2012). Bozkurt ialah asisten profesor teknik listrik di North Carolina State University, yang juga merupakan asisten penulis makalah yang dipresentasikan di Konferensi Internasional Teknik IEEE bidang Kedokteran dan Biologi Kemasyarakatan di San Diego, California. "Pada akhirnya, kami berpikir bahwa memungkinkan bagi kita untuk membuat web censor mobile pintar yang bisa menggunakan kecoak sebagai alat untuk mengumpulkan dan mengirimkan informasi, misalnya untuk menemukan korban di sebuah bangunan yang telah hancur oleh gempa bumi," kata Bozkurt. Bozkurt mengungkapkan, "Membuat robot skala kecil yang dapat melakukan kegiatan yang sedemikian rupa dengan kondisi yang dinamis sangatlah sulit. Kami memutuskan untuk mengembangkan biobotik, sebab merancang robot sangat menantang, dan kecoak hidup di lingkungan yang kurang bersahabat." Untuk melakukannya, para peneliti menggunakan sebuah chip komputer yang murah dan ringan serta penerima nirkabel untuk mengirimkan sinyal ke kecoak. Bayangkan saja seperti kecoak yang menggendong dengan ransel kecil. Perangkat ini beratnya hanya 0,7 gram, sudah termasuk mikrokontroler yang memonitor perangkat antarmuka antara elektroda yang ditanamkan dan jaringan sehingga sistem saraf kecoak tidak terganggu. Perangkat ini juga memiliki kabel yang tersambung dengan bagian antena dan cerci, organ sensoris di perut kecoak. Cerci akan mendeteksi gerakan di udara untuk mengetahui adanya predator serta memacu kecoak bergerak. Dengan menggunakan kabel untuk merangsang cerci, peneliti mengelabui kecoak, membuatnya berpikir ada sesuatu yang menyelinap di atas tubuhnya sehingga ia bergerak. Kabel yang melekat di antena memberikan muatan listrik ke sistem saraf sehingga kecoak berpikir ada sesuatu yang harus diawasi. Ini memungkinkan kecoak bergerak di jalur melengkung. Sumber : DISCOVERY
 

Masih Ada yang Lebih Ganas dari T Rex

- Apakah Anda masih mengira Tyrannosaurus rex atau T rex adalah predator yang paling berbahaya yang pernah ada? Coba pikirkan lagi dan bacalah ini. Carcharocles megalodon atau yang lebih dikenal dengan sebutan megalodon kiranya merupakan predator yang paling berbahaya yang pernah ada. Hal ini berdasarkan pernyataan Chuck Ciampaglio, seorang ahli paleontologi dari The Wright State University. Megalodon adalah hiu dari masa prasejarah yang sudah punah dan dikenal dengan nama lain big tooth atau si gigi besar. Dalam sebuah video, Ciampaglio menunjukkan bahwa habitat hiu bergigi besar ini berada di Bakersfield, California, AS, lebih dari 2 juta tahun yang lalu. Tempat lain seperti Chesapeake Bay juga merupakan daerah yang banyak terdapat hiu, mamalia laut, dan ikan. Namun, beberapa predator lain yang jauh lebih besar hidup di laut dangkal seperti Maryland, Teluk Virginia. Tidak banyak yang tahu tentang paus ganas yang memiliki panjang sekitar 50 kaki yang diperkirakan sudah merajai lautan selama 25 juta tahun. Selain berukuran panjang, hiu tersebut ternyata juga memiliki gigi. Hal ini diketahui dari fosilnya yang berukuran 7 inci atau sekitar 17,5 cm. Para peneliti juga yakin kalau dalam rantai makanan, megalodon berada di atas T rex. "T. rex tidak memiliki kesempatan untuk melawan dia," kata Ciampaglio. "Sepertinya kepala T rex akan pas masuk ke dalam mulut hiu ini."
 

Planet Bisa Eksis di Dekat Lubang Hitam

MASSACHUSETTS— Pusat galaksi Bimasakti selama ini dianggap sebagai lingkungan yang tidak mungkin bagi pembentukan planet. Pusat galaksi padat bintang, sumber ledakan supernova dan radiasi. Namun, penelitian terbaru dari astronom Harvard Smithsonian Center dari Astrophysics (CfA) menunjukkan hal sebaliknya. Planet ternyata masih bisa eksis di lingkungan yang kejam ini. Astronom menyatakan kemungkinan itu setelah penemuan awan hidrogen dan helium yang bergerak mendekati pusat galaksi. Awan ini bisa dikatakan sebagai sisa planet yang terbentuk di bintang yang tak terlihat oleh manusia. "Bintang yang tak beruntung itu terempas ke lubang hitam pusat galaksi. Kini dia di antara hidup dan mati. Sementara bintang mungkin selamat dari lubang hitam, piringan protoplanet tak akan sedemikian beruntung," kata Ruth Murray-Clay dari CfA. Awan hidrogen dan helium ditemukan tahun lalu dengan Very Large Telescope di Cile. Astronom saat itu berspekulasi bahwa awan itu terbentuk dari gas yang mengelilingi dua bintang yang merger. Murray-Clay dan Avi Loeb, rekannya, berpendapat lain. Mereka mengatakan bahwa bintang baru akan mempertahankan piringan gas di sekitarnya. Jika bintang bergerak ke arah lubang hitam pusat galaksi, maka awan gas akan seolah diseret dan dicabik. Murray-Clay mengidentifikasi bintang tersesat, cincin bintang yang mengorbit pusat galaksi dari jarak 1/0 tahun cahaya. Astronom mendeteksi lusinan bintang di cincin itu, membuktikan bahwa bintang yang lebih redup dari Matahari juga bisa eksis. Saat terlempar, walau piringan protoplanet ada yang hancur, bintang-bintang dapat berada pada cincin dan masih dapat "mengikat" bagian piringannya. Dengan demikian, planet masih dapat terbentuk. "Sangat mengagumkan mengetahui bahwa planet bisa terbentuk di dekat lubang hitam," kata Loeb seperti dikutip dalam situs CfA pada Selasa (11/9/2012). "Jika kita hidup di planet macam itu, kita bisa mengetes konsep Einstein tentang gravitasi dengan lebih baik dan kita bisa memanen energi dengan melempar sampah kita ke lubang hitam," urai Loeb. Sumber : Harvard Smithsonian Center for Astrophysics
 

Bumi Super Baru di Zona Layak Huni

GRENOBLE- Bumi Super baru ditemukan di zona layak huni, mengorbit bintang katai merah Gliese 163. Planet itu ditemukan dengan instrumen milik European Southern Observatory, High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS). Planet baru tersebut diberi nama Gliese 163c. Massa planet tersebut 6,9 kali massa Bumi dan memiliki periode orbit 26 hari. Bintang katai merah yang diorbit planet ini berjarak 49 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Dorado. Dalam pengumuman hasil penelitian, para stronom menuturkan bahwa "Gliese 163c bisa berukuran 1,8 - 2,4 jari-jari Bumi, tergantung dari komposisinya, mayoritas batuan atau air." Gliese 163c menerima cahaya dari bintangnya 40 persen lebih banyak dibandingkan Bumi. Jadi, Gliese 163c lebih panas. Sebagai perbandingan, Venus menerima cahaya Matahari 90 persen lebih banyak dari Bumi. "Kami tak mengetahui karakteristik atmosfer Gliese 163c, tapi jika kita mengasumsikan bahwa atmosfer itu adalah scale-up dari Bumi, maka temperatur permukaannya sekitar 60 derajat Celsius," papar peneliti seperti dikutip Daily Mail, Rabu (5/9/2012). Dengan temperatur itu, maka tak mungkin makhluk hidup kompleks seperti manusia dan hewan tingkat tinggi bisa hidup. Meski demikian, keberadaan mikroba yang mampu hidup di lingkungan ekstrim dimungkinkan. Penemuan Gliese 163c menambah jumlah planet yang ada di zona layak huni, menjadi 6 buah. Bersama penemuan planet ini, ditemukan pula tetangga Gliese 163c, yaitu Gliese 163b yang mengorbit bintangnya dalam 9 hari serta 1 kandidat planet lain. Observasi yang berujung pada penemuan Gliese 163c ini dipimpin oleh Xavier Bonfils dari UJF-Grenoble/CNRS-INSU, Institut de Planetologie et d’Astrophysique of Grenoble, Perancis. Sumber : Daily Mail
 

Date A Live

Date A Live
Ratatoskr

Eureka seveN

Eureka seveN

Pages - Menu

5

~

diooda