Select Language

~ [DR]~

Titan Kaya Ragam Bukit Pasir

CALIFORNIA,- Wahana antariksa Cassini yang "mengintip" Titan menemukan bahwa lingkungan bulan terbesar di planet Saturnus tersebut kaya akan ragam bukit pasir. Bukit-bukit pasir di Titan sekilas juga tampak bagai bukit pasir yang ada di Bumi. Ada 4 juta mil wilayah bukit pasir di Titan. Lebar rata-rata bukit pasir adalah 960-1.920 meter, panjang 1.600 meter, dan tinggi sekitar 100 meter. Jarak antara satu bukit pasir dengan bukit pasir lain bervariasi. Berdasarkan analisis data yang ditangkap Cassini, Alice Le Gall, mantan postdoctoral fellow di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, mengungkapkan bahwa variasi ukuran bukit pasir Titan ditentukan oleh letak lintang dan ketinggian. Le Gall menemukan bahwa bukit-bukit pasir yang tinggi lebih ramping dan berjarak lebih lebar satu sama lain. Gap antarbukit pasir terlihat tampak sebagai lapisan pasir tipis. Pasir yang menjadi materi pembentuk bukit pasir banyak terdapat di dataran rendah. Ditinjau dari letak lintangnya, bukit pasir di Titan lebih banyak tersebar di wilayah ekuatorial, antara 30 derajat lintang utara hingga 30 derajat lintang selatan. Di tiap letak lintang, ciri bukit pasir berbeda. Bukit pasir yang ditemukan di lintang utara memiliki volume yang lebih sedikit. Le Gall dan rekannya, seperti diberitakan Daily Mail, Kamis (26/1/2012), mengungkapkan bahwa hal itu mungkin terkait dengan orbit eliptikal Saturnus. Setiap musim di Titan berganti setiap 7 tahun waktu Bumi. Akibat orbit eliptikal Saturnus, belahan bumi selatan Titan mengalami musim panas yang lebih singkat dan lebih ekstrem, demikian pula sebaliknya di belahan utara. Konsekuensinya, belahan selatan Titan lebih kering dan angin dengan mudahnya mendistribusikan pasir. Sebaliknya, belahan utara Titan lebih basah atau lembab sehingga bukit pasir sulit terbentuk. Jangan sangka bukit pasir di Titan benar-benar mirip di Bumi. Bukit pasir di Titan diduga tersusun atas pasir berbahan hidrokarbon yang membeku dan memadat. Ini berbeda dari pasir Bumi yang tersusun atas silikat. Nicholas Altobelli, ilmuwan proyek Cassini Huygens ESA, mengungkapkan, "Memahami bagaimana bukit pasir terbentuk serta menjelaskan bentuk, ukuran, dan distribusinya di Titan, sangat penting untuk memahami iklim dan geologi Titan." Sumber : Daily Mail
 

11 Tata Surya Baru Ditemukan

CALIFORNIA,— Sejumlah 11 tata surya baru yang memiliki jumlah total 26 planet ditemukan. Penemuan dideskripsikan di empat karya tulis berbeda di Astrophysical Journal dan Monthly Notice of the Royal Astronomical Society bulan ini. Penemuan bisa dilakukan berkat jasa wahana antariksa Kepler. Dengan penemuan ini, Kepler telah mengonfirmasi 61 planet dan menemukan 2.300 kandidat planet. Penemuan sekaligus menegaskan bahwa Bimasakti dipadati tata surya dan planet. Tata surya yang berhasil ditemukan disebut Kepler 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33. Tiap-tiap tata surya punya dua sampai lima planet. Jarak planet dengan bintang di tiap tata surya relatif dekat dengan waktu orbit berkisar dari 6-143 hari. Lima tata surya (Kepler 25, 27, 30, 31, dan 33) punya dua planet. Satu kali revolusi planet terluar sama dengan dua kali revolusi planet terdalam. Empat tata surya lain (Kepler 23, 24, 28, 32) punya dua planet. Planet terluar mengorbit bintang dengan waktu tiga kali lebih lama dari planet terdalam. Tata surya yang memiliki planet terbanyak adalah Kepler 33. Bintang pada tata surya ini lebih tua dan masif dibandingkan Matahari serta memiliki planet yang jarak orbitnya relatif dekat. Ukuran planet yang terdapat di 11 tata surya tersebut bervariasi, antara seukuran Bumi hingga lebih besar dari Jupiter. Namun, masih harus diteliti lagi apakah planet tersebut merupakan planet batuan seperti Bumi dan memiliki atmosfer. Tata surya dan planet ditemukan dengan metode planet transit, yakni melihat kedipan cahaya bintang akibat adanya planet yang lewat di mukanya. Verifikasi planet dilakukan dengan teknik variasi waktu transit. Sejumlah peneliti yang terlibat penemuan ini adalah Eric Ford dari Universitas Florida, Dan Fabrycky dari Universitas California, Jason Steffen dari Fermilab Center for Particle Astrophysics, dan Jack Lissauer dari NASA.
 

Vesta, Planet atau Asteroid?

SAN FRANSISCO,— Citra terbaru asteroid Vesta yang didapatkan oleh wahana antariksa Dawn membuat para ilmuwan bingung. Pasalnya, asteroid tersebut lebih terlihat seperti planet daripada sebuah asteroid. "Vesta tak terlihat seperti asteroid," kata Vishnu Reddy, ilmuwan dari Max Planck Institute for Solar System, Jerman, seperti dikutip AP, Selasa (6/12/2011). "Inti besi Vesta menjadikannya spesial dan membuatnya lebih mirip planet batuan daripada asteroid," tutur Carol Raymond, deputi pemimpin investigasi Dawn dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, kepada Space, Selasa. Tak seperti asteroid lainnya, permukaan Vesta kaya akan alur, terusan, dan kawah. Reddy juga mengungkapkan bahwa bentuk Vesta lebih menyerupai alpukat, padahal umumnya asteroid menyerupai kentang. David William dari Arizona State University mengatakan bahwa Vesta adalah transisi antara planet batuan dan asteroid. Citra terbaru Vesta dipaparkan dalam pertemuan American Geophysical Union di San Fransisco. Penemuan itu merupakan salah satu kejutan yang diberikan wahana Dawn yang menguntit Vesta sejak 2007. Dalam citra, Vesta juga terlihat berwarna pelangi. Warna tersebut merepresentasikan beragamnya komposisi asteroid raksasa itu. Pada citra juga terdapat bagian hitam di tengah yang sebenarnya hanya akibat posisi Dawn, Matahari, dan Vesta. Permukaan Vesta diketahui mengandung mineral besi pyroxene. Jadi, apakah Vesta planet atau asteroid? Belum tahu. Namun, jika disebut planet, mungkin hanya planet kerdil. Yang jelas, Vesta ternyata memiliki banyak kejutan. Berdasarkan hasil pengamatan Dawn, Vesta memiliki gunung setinggi 24 kilometer di sekat kutub selatannya serta jurang sedalam 20 km di belahan utara. Ilmuwan masih terus meneliti Vesta. Salah satunya adalah ada tidaknya aktivitas vulkanik di salah satu asteroid terbesar di Tata Surya itu. Sumber : AP/SPACE.com
 

Asteroid 433 Eros Menuju Titik Terdekat Bumi

JAKARTA,- Selasa (31/1/2012) besok, Asteroid 433 Eros akan menuju titik terdekatnya dengan Bumi dalam kurun waktu 37 tahun terakhir. Asteroid selebar 34 km ini akan berada pada jarak hanya 26,7 juta kilometer. Bagi astronom amatir, kedekatan asteroid memberi kesempatan untuk melakukan pengamatan. Kesempatan pengamatan ini tergolong langka. Jika melewatkan kesempatan ini, maka warga Bumi harus menunggu hingga tahun 2056. Situs Universe Today, Senin (30/1/2012), melaporkan bahwa asteroid ini nantinya akan tampak pada magnitud 8 atau 7. Cukup redup memang. Jadi, perlu teleskop mumpuni untuk mengamati asteroid ini. Mutoha Arkanuddin dari Jogja Astro Club, Senin (30/1/2012), mengatakan, "Eros akan tampak di rasi Sextans. Rasi ini terbit sekitar pukul 20.00 WIB di sebelah timur dan semakin malam akan semakin bergerak ke barat." Pengamat bisa mulai mengamati kira-kira setelah waktu Isya. Pengamatan bisa dilakukan hingga tengah malam. Jika mengamati tengah malam, Sextans akan berada di sebelah barat Mars yang tampak kemerahan. 433 Eros sendiri akan tampak sebagai titik cahaya. Asteroid 433 Eros adalah asterorid tipe S, terdiri dari besi dan magnesium silikat. Asteroid ini ditemukan oleh Carl Gustav Witt di Berlin dan Auguste Charlois di Nice pada tanggal 13 Agustus 1898. Orbit asteroid 433 Eros oval memanjang serta memasuki orbit Mars. Hal ini memungkinkan para astronom mengamati asteroid ini sekaligus meneliti kembali jarak Bumi dengan Matahari lewat uji parallax. Mutoha mengatakan, uji parallax biasa digunakan dalam pengukuran jarak antar planet. Uji dilakukan dengan melihat sudut antara dua benda untuk menentukan jaraknya. Uji parallax untuk meneliti kembali jarak Bumi-Matahari menjadi proyek besar yang melibatkan astronom profesional dan amatir di dunia. Meski 433 Eros akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi, namun secara absolut sebenarnya jaraknya masih jauh, mencapai jutaan kilometer. Karenanya, tak perlu khawatir. Asteroid ini tak menimbulkan bahaya apa pun bagi warga Bumi.
 

Badai Matahari Ciptakan Cahaya Aurora yang Cantik

Aurora borealis di atas langit Tromsoe, Norwegia, Selasa (24/1/2012) malam. STOCKHOLM,- Lontaran partikel berenergi tinggi dari ledakan Matahari yang sampai ke Bumi, Selasa (24/1/2012) malam, telah menciptakan pemandangan yang mengagumkan di langit belahan Bumi bagian utara. Gelombang elektromagnetik yang menembus atmosfer menciptakan cahaya warna-warni yang disebut sebagai aurora borealis. Para astronom dan pelancong pun tak menyia-nyiakan kesempatan melihat pemandangan yang langka tersebut. Bahkan ada yang sampai menyewa kapal untuk melihat lebih jelas aurora tersebut dari fjord atau danau di bagian utara Skandinavia. "Ini sungguh mengagumkan. Saya melihat aurora pertama kali 40 tahun lalu dan ini adalah yang paling bagus," kata John Mason, astronom dari Inggris di dek Kapal MS Midnatsol di sebuah fjord di utara Norwegia. Pemandu wisata di Jukkasjarvi, Swedia, Andreas Hermansson, mengatakan, aurora kali ini merupakan yang terbesar dalam enam tahun terakhir. Ia dan rombongan turis menggunakan sebuah bus sukses menikmati cahaya aurora dengan dominasi hijau yang menari-nari di langit pada Selasa petang selama sekitar satu jam. Bahkan, aurora dilaporkan terlihat dari daerah yang lebih jauh ke selatan seperti di Irlandia dan Inggris sebelum partikel-partikel badai Matahari sampai ke atmosfer. Namun, menurut fisikawan Doug Biesecker dari Pusat Meteorologi AS, cahaya tersebut mungkin akibat angin Matahari yang membawa gelombang bermuatan listrik dan bukan partikel-partikel badai Matahari. Aurora borealis kali ini disebabkan ledakan Matahari pada bintik Matahari 1402, Senin (24/1/2012) pukul 10.59 WIB. Ledakan ini merupakan yang terkuat sejak tahun 2005, masuk dalam kelas M-9 alias sudah mendekati kelas tertinggi (X-Extreme). Akibat ledakan, terlepas partikel berenergi tinggi dan lontaran massa korona (CME) yang bergerak dengan kecepatan hingga 2.200 km per detik. Badai Matahari selalu diwaspadai karena bisa menyebabkan kerusakan pada perangkat satelit dan alat komunikasi.
 

Radiasi akibat Badai Matahari Tak Membahayakan Tubuh Manusia

Tidak usah khawatir dengan peringatan bahwa badai Matahari bisa menyebabkan radiasi yang dapat merusak tubuh manusia. Sebab, pada dasarnya radiasi akibat badai Matahari tidak menyebabkan gangguan semacam itu. "Badai radiasi Matahari dapat menyebabkan gangguan operasional satelit dan propagasi radio gelombang pendek, tetapi tidak mengganggu manusia di Bumi," demikian pernyataan badan antariksa AS, NASA, di situs webnya. Gangguan juga mungkin terjadi pada telekomunikasi seluler, siaran televisi, dan lainnya jika lontaran partikel listrik mengganggu satelit. Penjelasan tersebut meluruskan informasi yang beredar di internet dan BlackBerry Messenger bahwa badai Matahari menciptakan radiasi yang meningkatkan suhu Bumi secara signifikan. Sejumlah orang khawatir karena di pesan tersebut ditambahkan peringatan bahwa radiasi bisa merusak kulit dan radiasi di telepon seluler. Seperti diberitakan sebelumnya, telah terjadi ledakan Matahari pada bintik Matahari 1402, Senin (24/1/2012) pukul 10.59 WIB. Ledakan ini merupakan yang terkuat sejak tahun 2005, masuk dalam kelas M-9 alias sudah mendekati kelas tertinggi (X-Extreme). Akibat ledakan, terlepas partikel berenergi tinggi dan lontaran massa korona (CME) yang sampai ke Bumi pada Selasa pukul 21.18 WIB +/- 7 jam. Badai matahari bergerak dengan kecepatan hingga 2.200 km per detik. Badai Matahari tersebut juga menimbulkan aurora borealis atau cahaya warna-warni di langit belahan Bumi bagian utara saat lontaran partikel bermuatan listrik dengan energi tinggi memasuki atmosfer.
 

Semburan Api Matahari Tiba di Bumi

Letusan akibat badai Matahari itu sendiri terjadi pada Kamis, 19 Januari lalu. 

 http://video.vivanews.com/read/17411-semburan-api-matahari-tiba-di-bumi

 



Sebuah lidah api raksasa menyembur dari Matahari pada 19 Januari 2012. Semburan itu melontarkan gelombang plasma yang memicu munculnya aurora atau cahaya indah di kawasan langit utara saat partikel tersebut tiba dengan bagian atas atmosfer Bumi.

Menurut para pengamat luar angkasa, letusan Matahari itu – dikenal juga dengan coronal mass ejection – terjadi sekitar pukul 16.00 GMT pada Kamis lalu. Partikel-partikel dari ledakan tersebut terlempar ke arah Bumi dengan kecepatan sekitar 1.000 kilometer per detik.

“Saat menghantam, badai geomagnetik besar muncul, dan saat awan partikel tersebut tiba, terlihat aurora di kawasan high sampai middle latitude,” sebut pengamat ruang angkasa, dikutip dari Spaceweather, 22 Januari 2012.

Sejumlah teleskop ruang angkasa termasuk Solar Dynamics Observatory (SDO) dan Solar Heliospheric Observatory (SOHO) milik NASA berhasil membuat foto dan merekam video letusan Matahari tersebut.

Menurut Space Weather Prediction Center, letusan Matahari itu muncul dari sebuah kelompok bintik Matahari aktif yang disebut dengan Region 1401. Dan pada letusan kali ini, tak hanya satu lidah api yang muncul. Satu solar hotspot lain, yang disebut dengan Region 1402, juga melontarkan lidah api.

Dari skala yang dibuat oleh astronom untuk menentukan kekuatan letusan, lidah api yang terlontar Kamis lalu itu sendiri dikategorikan sebagai M2-class sun storm, badai Matahari yang kuat. Badai Matahari M-class sendiri merupakan badai yang kuat tetapi hanya terlontar hingga jarak menengah.

Posisnya berada di antara lidah api C-class yang lebih lemah dan badai Matahari X-class yang sangat kuat yang bisa menghadirkan ancaman bagi satelit dan astronot yang sedang berada di orbit Matahari. Letusan dari badai X-class juga bisa mengganggu dan merusak infrastruktur komunikasi jika ia tepat mengarah ke Bumi.

Matahari sendiri kini tengah berada di tengah fase aktif dalam siklus 11 tahunannya. Menurut NASA, siklus badai Matahari yang saat ini terjadi, disebut dengan Solar Cylce 24, kemungkinan akan sampai puncaknya di tahun 2013 mendatang.

sumber : VIVAnews

 

Terjadi Ledakan Matahari Terkuat Sejak 2005

JAKARTA— Ledakan Matahari terjadi pada bintik Matahari 1402, Senin (24/1/2012) pukul 10.59 WIB. Ledakan ini merupakan yang terkuat sejak tahun 2005, masuk dalam kelas M-9 alias sudah mendekati kelas tertinggi (X-Extreme). Akibat ledakan, terlepas partikel berenergi tinggi dan lontaran massa korona (CME) yang diperkirakan sampai ke Bumi pada Selasa pukul 21.18 WIB -/+ 7 jam. CME bergerak dengan kecepatan hingga 2.200 km per detik. Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa CME bisa menimbulkan badai Matahari yang mengganggu sistem telekomunikasi, navigasi, fungsi satelit, dan sistem perbankan. "Navigasi berbasis satelit seperti GPS juga kemungkinan terganggu akurasinya, jadi jangan terlalu percaya pada posisi yang ditunjukkan GPS (frekuensi tunggal) kalau diduga ionosfer terganggu oleh badai Matahari," kata Thomas. Dampak lainnya adalah gangguan komunikasi radio HF atau gelombang pendek yang biasa digunakan untuk komunikasi jarak jauh, seperti siaran radio luar negeri, misalnya BBC, VOA, dan ABC. Gangguan juga mungkin terjadi pada telekomunikasi seluler, siaran televisi, dan lainnya. Namun, untuk hal ini, biasanya para operator satelit telah mengantisipasinya. Dilaporkan AP, Senin, meski ledakan yang terjadi cukup besar, badai Matahari yang ditimbulkan mungkin hanya dalam kelas moderat dengan kecenderungan besar. Wilayah yang terkena dampak terburuk mungkin adalah bagian utara Bumi. Dampak badai Matahari terburuk pernah terjadi pada abad ke-19. Ketika itu, jaringan telegraf terganggu. Selain itu, badai Matahari juga pernah menyebabkan listrik padam selama sembilan jam di wilayah Quebec, Kanada.
 

Ini Dia Planet Paling Aneh

MASSACHUSETS,— Banyak planet ekstrasurya ditemukan dan memiliki karakter yang beragam. Beberapa di antaranya punya keanehan, misalnya mengorbit dua matahari. Astronom berhasil meneliti planet 55 Cancri e. Planet itu mengorbit bintang yang jaraknya 40 tahun cahaya dari Bumi, dan ditemukan pada tahun 2004. Ini adalah planet paling aneh. Penelitian selama beberapa tahun mengungkap bahwa 55 Cancri e masuk kategori super-earth, bermassa 99 kali Bumi. Observasi planet ini dilakukan ketika planet singgah di muka bintang. Diketahui, 55 Cancri e singgah di muka bintangnya tiap 18 jam. Selama ini, astronom menduga bahwa kondisi 55 Cancri e sangat panas dan kejam. Ini karena jarak planet tersebut dan bintangnya sangat dekat, 26 kali lebih dekat jarak Matahari-Merkurius. Namun, penelitian terbaru menguak bahwa 55 Cancri e tak seperti dugaan. Meski jarak planet dan bintangnya dekat, planet ini memiliki cairan, termasuk air. Cairan di planet ini pun tak seperti yang dibayangkan, bukan berupa samudra seperti di Bumi. Cairan terdapat di dalam, dan merembes keluar lewat batuan. Adanya cairan ini aneh sebab temperatur permukaan planet ini mencapai 1.000 derajat Celsius. Menurut astronom, kondisi tersebut dimungkinkan karena setiap cairan ada pada kondisi super-kritis, temperaturnya lebih dari titik didihnya (100 derajat untuk air), tetapi tetap berada pada wujud cair. Sebagai hasil dari rembesan air ke permukaan planet, atmosfer planet ini menjadi sangat panas dan beruap. Dan, ini bisa dideteksi dari jarak 40 tahun cahaya. Penelitian ini dilakukan oleh Brice-Olivier Demory dari Massachusets Institute of Technology dan dipublikasikan di Astronomy and Astrophysics.
 

Kembaran Planet Saturnus Ditemukan

Santiago: Sebuah benda luar angkasa yang misterius terdeteksi di luar sistem tata surya kita lima tahun yang lalu, kemungkinan adalah planet bercincin yang mirip dengan Saturnus. Para peneliti di sebuah observatorium Chile, Cerro Tololo Inter-American Observatory mengumumkan penemuannya setelah mempelajari gerakan gerhana cahaya dari sebuah bintang yang menunjukkan adanya benda besar yang mengorbit di dekatnya. Diumumkan pada pertemuan American Astronomical Society yang ke-219, sesama rekan peneliti, Eric Mamajek, membandingkan sebuah obyek yang sangat aneh dan unik yang menyebabkan fenomena Saturn on steroid. "Setelah kami mengesampingkan gerhana pada bintang yang berbentuk bulat atau cakram melingkar di sekitar bintang, saya menyadari bahwa penjelasan yang paling masuk akal adalah semacam sistem bercincin debu mengorbit pada benda lain yang lebih kecil," ungkapnya. Seperti dilansir Space.com, para astronom mempelajari pola cahaya dalam periode 54 hari di awal 2007. Bintang yang mengalami gerhana, dikenal sebagai 1SWASP J140747.93-394542.6, yang berada sekitar 420 tahun cahaya. Para peneliti mengatakan bintang ini memiliki massa yang mirip dengan matahari dan berada sekitar 158.1 juta mil jauhnya--atau 1.7 kali jarak Bumi ke matahari. Mamajek menyatakan bahwa satu cakram padat bagian dalam dan tiga cakram luar masing-masing bernama Rochester, Sutherland, Campanas dan Tololo. Para astronom percaya bahwa terdapat ribuan cincin yang mengelilingi mereka. Namun, para ahli masih belum mengetahui apakah benda bercincin ini adalah sebuah planet, bintang dengan massa yang rendah, atau sebuah planet kerdil berwarna coklat. Celah pada cincin, ujar Mamajek, menunjukkan keberadaan benda lain, seperti bulan atau planet baru. Tim peneliti ini juga telah mengajukan sebuah proyek all-sky monitoring untuk menemukan sistem bintang bercincin yang lain.(NatGeo/ADO)
 

Ada Air di Wilayah Gelap Bulan

TEXAS,- Astronom akhirnya mengetahui bahwa daerah Bulan yang gelap total punya tekstur lebih halus, berpori, dan memiliki material seperti tepung yang mengandung air. Fakta tersebut terungkap lewat Lyman Alpha Mapping Project di Lunar Reconaissance Orbiter, wahana antariksa milik NASA yang mengelilingi Bulan. Wilayah Bulan yang gelap total selama ini masih sulit dicitrakan. Untuk mampu menguak rahasianya, astronom memakai emisi lyman alfa. Emisi lyman alfa bekerja dengan memantulkan atom hidrogen yang tersebar di Tata Surya, termasuk di kutub Bulan di mana terdapat wilayah gelap total. Data yang didapatkan lalu dikalibrasi. Berdasarkan hasil analisis data, astronom mengungkap bahwa wilayah daerah Bulan yang gelap total lebih gelap dari daerah lainnya. "Penjelasan terbaik kami, perbedaan reflektansi ini karena permukaannya lebih berpori dan halus," kata Kurt Rutherford dari Southwest Research Institute di Texas. "Ini tersusun atas material yang serupa bubuk atau tepung," tambah Rutherford seperti dikutip situs Space.com, Kamis (19/1/2012). Menurut Rutherford, wilayah Bulan yang gelap total lebih berpori dan halus karena adanya air. Ada partikel air yang bergerak memunculkan pori-pori. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa lintang rendah Bulan punya 0,5 persen air dalam bentuk es. Studi terbaru menunjukkan bahwa bayang-bayang Bulan punya 2 persen air. Hasil penelitian ini menambah keyakinan bahwa Bulan yang awalnya diduga kering kerontang ternyata punya air. Adanya air ini sangat bermanfaat bagi astronom yang nanti mungkin akan mendarat di Bulan.
 

Atmosfer Titan Hasil Tumbukan Komet

Perbandingan Bumi dengan Titan, salah satu bulannya Planet Saturnus. Titan, salah satu bulan planet milik Saturnus, diketahui merupakan satu-satunya benda di tata surya yang memiliki atmosfer berkadar nitrogen dan densitas tinggi. Saking tingginya, tekanan di atmosfer Titan mencapai 50 persen lebih tinggi dari Bumi. Atmosfer seperti yang dimiliki Titan biasanya terbentuk ketika bulan itu telah terdiferensiasi menjadi inti, mantel, dan lempengan. Namun, eksplorasi wahana luar angkasa Cassini pada 2004 menemukan bahwa Titan belum sepenuhnya terdiferensiasi. Sebelumnya, ada beberapa teori tentang pembentukan atmosfer Titan. Ada teori yang mengatakan bahwa nitrogen terbentuk dari pemecahan molekul ammonia di atmosfer oleh Matahari, ataupun berasal dari gunung berapi. Tetapi, proses itu menuntut temperatur tinggi. Ide bahwa atmosfer terbentuk lama setelah Titan ada didukung oleh penelitian dengan wahana luar angkasa Huygens yang meneliti Titan pada 2005. Titan diketahui memiliki kadar argon yang rendah. Kadarnya akan lebih tinggi bila atmosfer terbentuk bersama bulannya sendiri. Hadir dengan teori baru, peneliti Universitas Tokyo, Yasuhito Sekine, mengatakan, "Kami berpendapat, nitrogen di atmosfer Titan terbentuk setelah pembentukan Titan sendiri, lewat proses konversi ammonia dalam periode Late Heavy Bombardment sekitar 4 miliar tahun lalu." Late Heavy Bombardment dikenal sebagai sebuah periode di mana benda angkasa seperti komet dan asteroid membombardir 100.000 kali lebih sering dari saat ini. "Hujan" komet dan asteroid pada masa itulah yang dimaksud Sekine menjadi pemicu pembentukan atmosfer Titan. Sebelum mengemukakan pendapatnya, Sekine melakukan eksperimen laser gun untuk membuktikan bahwa nitrogen terbentuk dalam tumbukan pada es ammonia yang merepresentasikan kerak Titan. Kalkulasi membuktikan bahwa Titan memiliki cukup nitrogen untuk membentuk atmosfer saat ini. Studi Sekine dipublikasikan di jurnal Nature baru-baru ini. Sekine mengatakan, studi lebih detail tentang atmosfer dan es benda angkasa di tata surya luar, termasuk komet, akan membantu menerangkan dengan akurat pembentukan atmosfer Titan. Bumi, seperti Titan, merupakan planet yang atmosfernya didominasi oleh nitrogen. Namun, rasio isotop nitrogen di Titan dan Bumi berbeda. Hal itu mengindikasikan bahwa Bumi mendapatkan sumber nitrogen yang juga berbeda.
 

Titan Benar-benar Mirip Bumi !!!

PARIS,— Titan benar-benar mirip Bumi. Lewat pemodelan komputer, ilmuwan menemukan bahwa bulan Planet Saturnus tersebut memiliki kesamaan dengan Bumi jauh dari yang diduga. Satu lagi kemiripan Titan dengan Bumi ialah lapisan atmosfernya. Titan memiliki lapisan atmosfer batas yang terbagi atas dua sublapisan. Lapisan batas bawah atmosfer Titan memiliki ketebalan 800 meter dan berubah dalam periode hari, sementara lapisan atasnya punya ketebalan 2 kilometer dan berubah musiman. "Implikasi paling penting dari penemuan ini adalah Titan tampak lebih mirip Bumi dari yang diduga sebelumnya," ujar Benjamin Charnay, ilmuwan dari National Center of Scientific Research, Perancis, seperti dikutip Space, Senin (16/1/2012). Hasil penelitian ini membantu menjelaskan angin di Titan yang pernah dideteksi wahana Huygens, fenomena bukit pasir di Titan, serta awan metana. Selain itu, hasil ini juga bisa jadi rekonsiliasi dari dua hasil penelitian terdahulu. Sebelumnya, ada dua penelitian yang masing-masing menyatakan bahwa ketebalan atmosfer Titan adalah 3,5 km dan 300 meter. "Jadi, sekarang tidak ada hasil yang bertentangan," kata Chamay. Ia bersama rekannya, Sebastien Lebonnois, memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Nature Geoscience minggu ini. Ke depan, Chamay berniat meneliti bagaimana siklus metana di Titan dan kemiripannya dengan siklus air di Bumi.
 

Ilmuwan Ciptakan "Bintang" di Bumi

Mesin Z TEXAS,- Ilmuwan asal Universitas Texas, Austin, berhasil membuat simulasi kondisi permukaan bintang katai putih, bintang kecil yang sudah tak bersinar lagi serta terdiri atas material yang mengalami degenerasi. Don Winget, sang ilmuwan, membuat simulasi kondisi bintang katai putih dengan "Mesin Z", fasilitas yang ada di Sandia National Laboratories di Albuquerque. Mesin Z sejatinya dimanfaatkan untuk membuat simulasi ledakan nuklir, tapi sekarang juga dimanfaatkan untuk proyek Winget. Mesin ini bisa menghasilkan energi tinggi, cukup untuk melelehkan berlian. Dalam eksperimen sebelumnya, Mesin Z berhasil menciptakan suhu 3,7 miliar Kelvin, suhu tertinggi yang bisa diciptakan. Mesin juga bisa menghasilkan listrik setara dengan 80 kali output listrik Bumi. Dalam pembuatan simulasi katai putih, ilmuwan menggunakan hidrogen yang ditempatkan di sel gas, 36 kabel yang super besar dan diinsulasi oleh air serta sumber arus. Sebanyak 26 juta Ampere listrik dialirkan lewat kabel tungsten sehingga menghasilkan sinar X. Ketika sinar X menumbuk sel gas hidrogen, ia terionisasi dan menghasilkan temperatur sekitar 10.000 derajat Celsius. Terciptalah kondisi bintang katai putih. Apa istimewanya menciptakan simulasi bintang katai putih. Winget, berkomentar, "Sebagai astronom, saya bisa mengobservasi bintang dari jarak tahunan cahaya. Jadi sangat luar biasa saat ketika kita bisa mengukur dari jarak hanya 5 cm." Pakar fisika Allan Wootton yang juga dari universitas Texas di Austin, seperti dikutip Inside Science, Kamis (12/1/2012) mengatakan, "Ini adalah riset terobosan. Ini pengalaman tak biasa bagi para astronom, tapi telah membuka peluang untuk mengeksplorasi kondisi di dalam bintang dan lingkungan ekstrim lainnya."
 

"Saturnus" Pertama di Luar Tata Surya

TEXAS,- Benda angkasa menakjubkan ditemukan lima tahun lalu. Benda itu memiliki cincin sehingga menyerupai planet Saturnus. Ini adalah benda serupa Saturnus pertama di luar Tata Surya. Penemuan dipresentasikan di ajang American Astronomical Society ke 219 yang berlangsung Rabu (11/1/2012). Ilmuwan menemukannya lewat pengamatan kedipan cahaya bintang yang diakibatkan oleh adanya benda di sekitarnya. Pengamatan dilakukan dalam proyek SuperWASP (Wide Angle Search for Planets) and All Sky Automated Survey (ASAS). Peneliti mengamati bintang-bintang serupa Matahari di wilayah antara rasi Scorpius-Centaurus. Penemuan bermula ketika astronom mengetahui adanya bintang bernama 1SWASP J140747.93-394542.6. Bintang itu berusia 1/300 usia Matahari dan berada di jarak 420 tahun cahaya dari Bumi. Bintang itu terlihat aneh. Ilmuwan menemukan bahwa pada awal tahun 2007, bintang itu mengalami gerhana selama periode 54 hari. Menurut para astronom, ini menunjukkan adanya benda yang mengelilingi bintang itu. Biasanya, jika ada sebuah objek bulat sederhana seperti planet tanpa cincin, cahaya bintang akan meredup dan terang lagi dalam satu periode singkat. Tapi, ilmuwan menemukan bahwa cahaya bintang meredup dan terang lagi beberapa kali. Berdasarkan hasil penemuan itu, ilmuwan mengungkapkan bahwa objek yang mengelilingi 1SWASP J140747.93-394542.6 adalah objek yang memiliki struktur cincin. Eric Mamajek, astronom yang terlibat penelitian, mengatakan bahwa sampai saat ini ada satu struktur cincin tebal dan tiga struktur cincin tipis yang ditemukan. Secara berurutan, masing - masing bernama Rochester, Sutherland, Campanas and Tololo. Pertanyaannya sekarang, apa benda langit bercincin serupa Saturnus yang ditemukan? Apakah bintang juga, planet atau benda langit lainnya? Belum ada jawaban pasti hingga kini. Jika benda itu bermassa kurang dari 13 kali Jupiter, maka mungkin benda itu adalah planet serupa Saturnus. Sementara jika massanya 13-75 kali Jupiter, maka benda itu mungkin adalah bintang katai coklat. Dan, jika massanya jauh lebih besar, maka mungkin akan terjadi reaksi inti membentuk bintang. Ada dugaan pula bahwa ada benda langit di antara struktur cincin. Jika benda inti yang dikelilingi cincin adalah planet, mungkin saja benda yang ada di antara struktur cincin adalah Bulan. Jika benda inti adalah bintang, maka bisa jadi benda yang ada di antara struktur cincin adalah bayi-bayi planet. "Kita bisa mengimajinasikan struktur cincin di sekeliling bintang seperti yang dilihat di Saturnus. Bagian dalam tata Surya kita mungkin pernah memiliki struktur cincin ini di masa lalu, dalam usia sepuluh miliar tahun pertama," papar Mamajek. Hasil penemuan Mamajek dan rekannya akan dipublikasikan di Astronomical Journal. Penemuan ini bisa memicu penelitian selanjutnya tentang pembentukan bulan-bulan planet gas raksasa.
 

Bimasakti Ternyata Berwarna Putih Salju

Astronom sejak lama bertanya-tanya bagaimana warna Bimasakti jika dilihat dari luar. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dari hasil penelitian Jeffrey Newman, ilmuwan Universitas Pittsburg yang diumumkan di pertemuan American Astronomical Society ke 219 di Texas, Kamis (12/1/2012). "Deskripsi terbaik yang bisa saya berikan adalah jika Anda melihat salju di awal musim semi, yang memiliki butiran salju halus, sekitar satu jam setelah fajar atau satu jam sebelum Matahari terbenam," papar Newman seperti dikutip BBC, Kamis kemarin. Dengan kata lain, Bimasakti sebenarnya memiliki warna putih. Selain bagai salju, Bimasakti juga bisa diibaratkan berwarna antara lampu pijar kuno dengan cahaya Matahari pada tengah hari. Keduanya berwarna putih, namun sedikit berbeda satu sama lainnya. Informasi tentang warna galaksi ini bisa menjadi penting bagi astronom. "Warna galaksi itu mengatakan pada kita seberapa tua bintang yang ada di galaksi itu, kapan galaksi itu membentuk bintang. Apakah bintang-bintang yang ada terbentuk saat ini atau miliaran tahun yang lalu," papar Newman. Berdasarkan warna yang didapatkan, Newman mengungkapkan bahwa Bimasakti saat ini tengah ada pada tahap evolusi yang menarik. Tingkat pembentukan bintang berkurang seiring waktu. Apa yang terjadi kemudian masih teka-teki dan selalu menarik untuk dipelajari.
 

Senja Berwarna Biru di Planet "Alien"

EXETER,— Semua orang sudah mengetahui warna senja di Bumi yang merah jingga. Namun, bagaimana dengan senja di sebuah planet alien? Frederic Pont, ilmuwan dari Universitas Exeter di Inggris, berhasil merekonstruksi warna senja di HD 209458 b, sebuah planet yang mengorbit bintang HD 209458. Rekonstruksi itu dilakukan berdasarkan data dari teleskop antariksa Hubble. Menurut Pont, Hubble memiliki data karakteristik kimia suatu planet dalam gelombang cahaya yang dapat digunakan secara langsung untuk merekonstruksi warna senja di planet alien. Berdasarkan hasil rekonstruksi, Pont mengatakan, senja di HD 209458 b atau sering disebut Osiris itu akan berwarna biru. Seperti diuraikan Discovery, Senin (9/1/2012), warna cenderung kebiruan karena atmosfer Osiris kaya akan sodium yang menyerap warna merah dan jingga. Seiring bintang HD 209458 makin tenggelam, molekul di atmosfer Osiris akan menghamburkan cahaya biru. Penghamburan dikenal dengan penghamburan Rayleigh, jenis penghamburan yang sama sebagai penyebab langit Bumi berwarna biru. Akibat penghamburan, langit senja pun akan "menyala" kebiruan. Membayangkan melihat senja berwarna biru memang indah. Namun, mungkinkah manusia pergi ke Osiris untuk menyaksikannya? Sepertinya sulit. Osiris berjarak 150 tahun cahaya dari Bumi. Butuh waktu sangat lama untuk bisa menjangkaunya. Di samping itu, Osiris adalah planet gas raksasa, bagaimana mungkin manusia menginjakkan kaki di sana? Kesulitan lain, Osiris mengorbit sangat dekat dengan bintangnya. Temperatur planet itu mencapai 1.000 derajat celsius. Suhu ini membuat manusia akan berubah menjadi abu dalam segera. Belum diketahui kondisi yang memungkinkan bagi senja di Bumi untuk berwarna biru. Namun yang jelas, warna benda langit memang bisa berubah. Contohnya, setelah letusan Krakatau tahun 1883, warna Matahari berubah menjadi lavender dan Bulan menjadi kebiruan. Saat gerhana bulan total pada 10 Desember 2011 kemarin, Bulan juga berwarna kebiruan.
 

Tata Surya Terkecil Ditemukan

TEXAS,— Astronom menemukan tiga planet melalui penelitian wahana antariksa tanpa awak Kepler milik NASA. Tiga planet tersebut berukuran 0,78, 0,73, dan 0,57 diameter Bumi (12.756 km pada ekuator). Ketiganya mengorbit bintang katai merah bernama KOI-961 yang ukurannya cuma seperenam dari Matahari serta terletak di konstelasi Cygnus, berjarak 1,2 kuadriliun km dari Bumi. "Ini tata surya terkecil yang kita temukan sejauh ini. Ini seperti antara Jupiter dan bulannya, dibandingkan dengan sistem keplanetan lainnya. Penemuan ini menunjukkan keberagaman sistem keplanetan di galaksi kita," kata John Johnson, pemimpin proyek penelitian dari California Institute of Technology. Ketiga planet berjarak sangat dekat dengan bintangnya, hanya 0,6-1,5 jarak Bumi dengan Matahari yang rata-rata adalah 150 juta km. Johnson mengatakan, cuma dibutuhkan waktu kurang dari dua hari bagi planet-planet mungil itu untuk mengelilingi bintang KOI-961. Semua planet yang ditemukan diperkirakan merupakan planet batuan. Namun, kedekatan jarak dengan bintang induknya membuat air dan kehidupan sulit terdapat di ketiga planet itu. Kisaran suhu tiga planet itu diperkirakan antara 447-177 derajat celsius. Tata surya terkecil beranggotakan tiga planet ini ditemukan dengan metode transit. Astronom mengidentifikasi planet-planet dengan melihat kedipan cahaya bintang KOI-961. Kedipan bintang menandakan adanya planet yang mengelilinginya. Penemuan juga dibantu oleh astronom amatir, Kevin Apps. Mengutarakan perasaan setelah menemukan tata surya dengan tiga planet ini, Johnson seperti dikutip Space, Rabu (11/1/2012), mengatakan, "Saya tidak bisa mengekspresikan perasaan senang saya ketika menemukan planet seukuran Mars. Sudah sangat sulit menemukan planet seukuran Bumi." Temuan tata surya terkecil ini mengagumkan sebab planet-planetnya mengelilingi bintang katai merah. Penemuan ini menegaskan bahwa ada banyak tata surya dengan bintang induk berupa katai merah. "Tata surya seperti ini bisa sangat umum di semesta. Ini sangat mengagumkan bagi para pemburu planet," papar Phil Muirhead dari California Institute of Technology yang juga terlibat penelitian. Hasil penelitian dipaparkan di pertemuan tahunan American Astronomical Society yang berlangsung di Texas, Rabu kemarin.
 

Mungkin Ada "Bumi" di Sistem Bintang Ganda

TEXAS,— Planet layak huni seperti Bumi mungkin saja terdapat di sebuah sistem tata surya dengan dua bintang (binary system atau bintang ganda). Demikian diungkapkan Billy Quarles, mahasiswa doktoral Universitas Texas di Arlington dalam American Astronomical Society, Senin (9/1/2012). Quarles menyampaikan kemungkinan tersebut berdasarkan hasil simulasi komputer pada Kepler 16, sistem yang memiliki dua bintang, di mana satu lebih redup serta yang lain lebih terang. Pada sistem tersebut, September 2011 lalu, ditemukan planet gas raksasa seukuran Saturnus bernama Kepler 16b. Simulasi dimulai dengan menentukan letak zona layak huni pada sistem itu, daerah yang pas, tak terlalu panas maupun dingin, memungkinkan adanya air dan kehidupan. Hasilnya, zona layak huni diperkirakan ada pada jarak 55-106 juta kilometer dari bintang. Quarles mengatakan, Kepler 16b memang merupakan planet gas raksasa sehingga tak mungkin dihuni. Namun, mungkin saja planet itu memiliki Bulan yang mendukung kehidupan. "Kita bisa mengatakan bahwa bulan ekstrasurya mungkin berada di dekat Kepler 16b, dan yang penting dari ini adalah mereka bisa dideteksi hingga pada ukuran 0,2 massa Bumi," ungkap Quarles seperti dikutip National Geographic, Senin. Saat ini, memang belum bisa dibuktikan bahwa ada Bulan di dekat Kepler 16b. Namun, berdasarkan simulasi, Bulan mungkin bisa terbentuk. Bagaimana bisa? Berdasarkan model, planet yang berada di dekat bintang yang lebih terang telah terlempar dari orbitnya sejak lama. Gravitasi Kepler 16b bisa menarik planet tersebut hingga berada di dekatnya dan bergerak mengelilinginya. Alhasil, planet yang terlempar berubah status, dari bintang jadi Bulan. Deteksi bulan layak huni bisa dilakukan dengan wahana antariksa Kepler. Caranya, dengan melihat ketidakteraturan dalam orbit Kepler 16b. Selain hipotesis adanya bulan layak huni, Quarles juga mengatakan bahwa planet layak huni mungkin juga ada di luar zona layak huni. "Kami memperkirakan bahwa planet ekstrasurya layak huni mungkin saja ada di luar zona layak huni. Ada lebih sedikit cahaya dari bintang yang didapat sehingga planet itu harus mempertahankan panasnya sendiri," papar Quarles seperti dikutip Space, Senin. Quarles memprediksi, planet itu memiliki atmosfer dengan kadar karbon monoksida dan metana lebih besar. Hasil simulasi Quarles telah dikirim ke Astrophysical Journal Letters. Meski terdengar mengawang-ngawang atau terlalu science fiction, tapi bukan berarti hal ini tak mungkin.
 

Inikah Bulan Kedua Bumi?

NEW YORK,— Astronom pernah menjumpai obyek misterius berwarna putih titanium mengorbit Bumi pada tahun 2006. Pada awalnya, mereka menyangka bahwa benda tersebut adalah sampah roket. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa obyek itu adalah asteroid. Herannya, asteroid ini secara teratur mengitari Bumi. Pertanyaan muncul, apakah asteroid itu "Bulan" kedua Bumi? Studi terbaru astrofisikawan Universitas Cornell, New York, AS, mengklaim bahwa Bumi memang punya Bulan-bulan kecil. Itu umum, bukan anomali. Ini artinya, Bumi sebenarnya punya Bulan kedua sementara. Bulan sementara tidak sama dengan Bulan yang dikenal saat ini. Bulan memiliki orbit yang pasti, mengelilingi Bumi secara teratur. Sementara Bulan yang dimaksud dalam penelitian adalah satelit temporer. Mikael Granvik, Jeremie Vaubaillon, dan Robert Jedicke, tim peneliti, mengatakan bahwa mereka telah mencacah populasi satelit alami ireguler yang secara temporer tertangkap Bumi. Tim astronom tersebut mengatakan bahwa ukuran satelit-satelit temporer itu memang kecil, tetapi implikasi dari hasil penelitian ini besar. "Pada satu waktu tertentu, pasti ada minimal satu satelit alami yang berukuran paling tidak 1 meter yang mengorbit Bumi," ungkap tim peneliti seperti dilaporkan Daily Mail, Rabu (21/12/2011). Publikasi tim astronom tersebut berjudul "The Population of Natural Earth Satellites" dan bisa diakses di situs web Universitas Cornell. Tim astronom mengungkapkan, asteroid berukuran beberapa meter lebarnya saja bisa disebut satelit. Dan, satelit itu bisa menghemat misi antariksa. Meski mungkin tidak mungkin mendarat di satelit kecil itu, tetapi ilmuwan bisa mencari informasi darinya. Sumber : Daily Mail
 

Lubang Hitam Paling Mungil Ditemukan

WASHINGTON,- Penemuan lubang hitam biasanya selalu identik dengan ukuran besar, menegaskan bahwa kekuatan lubang hitam untuk menghisap apapun yang ada tak terkecuali cahaya. Namun, kini astronom menemukan lubang hitam paling mungil, yang berukuran 3 kali lebih kecil dari Matahari. Lubang hitam paling mungil itu ditemukan di sistem yang bernama IGR J17091-3624. Lubang hitam tersebut berjarak 16.000 - 65.000 tahun cahaya dengan 1 tahun cahaya sama dengan 10 triliun kilometer. Bagaimana menemukan lubang hitam terkecil ini? Astronom memakai Rossi X-ray Timing Explorer (RXTE) milik NASA. Wahana antariksa itu mendeteksi keberadaan lubang hitam dengan melihat "detak jantung"-nya. Detak jantung merujuk pada gambaran sinar X yang dipancarkan dari lubang hitam. Astronom menjelaskan, IGR J17091-3624 memiliki lubang hitam dengan satu bintang terdekat. Massa gas dari bintang itu "mengalir" ke lubang hitam, terpanaskan hingga jutaan derajat Celsius dan akhirnya mengemisikan sinar X. Pancaran sinar X ketika dicitrakan membentuk grafik serupa detak jantung manusia.Seperti diuraikan oleh Space, Jumat (16/12/2011), grafik itu merupakan tanda adanya lubang hitam. Sebelumnya, observasi di sistem GRS 1915+105 juga menghasilkan temuan serupa. Lubang hitam di sistem tersebut memiliki massa besar, mencapai 14 kali Matahari. Astronom menjelaskan, sinar X yang dilihat di GRS 1915+105 sangat terang, bertahan hingga berjam-jam. Sebaliknya, sinar X yang dilihat di IGR J17091-3624 20 kali lebih kecil. Tomaso Belloni dari Observatorium Brera, Italia, yang terlibat penelitian ini mengatakan bahwa hal itu ]bisa berkaitan dengan kecilnya ukuran lubang hitam. Penemuan ini dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters yang terbit 4 November 2011 lalu.
 

Jangan Samakan Aktivitas Matahari dengan Badai Matahari

Puncak badai Matahari terjadi tahun 2013? Benarkah? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah puncak badai Matahari atau puncak aktivitas Matahari? Kepala Observatorium Bosscha Hakim L Malasan mengatakan, "Sebenarnya yang terjadi adalah puncak aktivitas Matahari, bukan puncak badai Matahari." Hakim menjelaskan bahwa aktivitas Matahari adalah siklus 11 tahunan yang terjadi akibat aktivitas magnetik di Matahari itu sendiri. "Siklus ini terjadi terakhir pada tahun 2001 sehingga awalnya diprediksikan memuncak lagi pada 2012. Tapi akhirnya bergeser, puncak aktivitas Matahari baru pada tahun 2013," kata Hakim. Badai Matahari sendiri hanya salah satu wujud dari aktivitas Matahari. Badai Matahari adalah pelepasan energi magnetik setara jutaan kali bom hidrogen 100 megaton ke lingkungan sekitar. Badai Matahari inilah yang bisa mengakibatkan kerusakan pada sistem komunikasi dan listrik. Namun demikian, badai Matahari tidak mengakibatkan kemusnahan massal. Hakim menguraikan bahwa pada puncak aktivitas Matahari, frekuensi terjadinya badai Matahari akan semakin sering. Meski demikian, besarnya badai Matahari tidak bisa diperkirakan. "Jadi, sama dengan kita tidak bisa memperkirakan dengan pasti berapa besarnya gempa tektonik yang akan mengguncang Bumi," tutur Hakim saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/1/2012). Astrofisikawan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa puncak aktivitas Matahari tidak sebanding dengan dampak Matahari pada Bumi. Menurut Thomas, salah satu syarat badai Matahari bisa berdampak besar bagi Bumi adalah kelasnya. Badai harus masuk dalam kelas Medium (M) atau Ekstrem (X). Faktor lain adalah soal arah. "Untuk bisa menimbulkan dampak, badai Matahari juga harus mengarah ke Bumi. Soal arah ini kita juga tidak bisa memperkirakan arahnya," jelas Thomas. Thomas menjelaskan, walaupun 2013 merupakan puncak aktivitas Matahari dan frekuensi badai Matahari bisa meningkat, namun tak berarti selalu ada dampak besar bagi Bumi. "Di samping itu, kadang badai Matahari besar justru terjadi setelah puncak aktivitas Matahari. Contohnya puncak aktivitas Matahari terakhir tahun 2001, tetapi badai Matahari besar baru terjadi tahun 2003," cetus Thomas. Saat ini yang diperlukan adalah melakukan mitigasi terkait dampak badai Matahari, bukan membesar-besarkan dampak yang mungkin terjadi. Hakim menjelaskan, dampak badai Matahari ini bisa luas, bisa pada telekomunikasi, perbankan, dan navigasi. Pemerintah harus mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi.
 

Fenomena Langit Langka Akan Terjadi Tahun 2012

Transit Venus 8 Juni 2004 JAKARTA, — Fenomena langit langka akan terjadi pada pertengahan tahun ini, tepatnya 6 Juni 2012. Venus akan singgah di muka Matahari yang dalam astronomi dikenal sebagai transit Venus. Saat transit Venus terjadi, Bumi, Venus, dan Matahari ada dalam posisi segaris. Venus berada di antara Bumi dan Matahari. Posisi tersebut mirip seperti saat gerhana Bulan, yaitu saat Bulan, Bumi, dan Matahari ada dalam posisi segaris. Perbedaannya, saat transit Venus, piringan Venus tidak cukup besar untuk bisa menutupi piringan Matahari yang lebih besar. Transit Venus terjadi hanya dua kali dalam seabad. Berdasarkan informasi NASA, fenomena ini baru terjadi tujuh kali sejak teleskop ditemukan, yakni tahun 1631, 1639, 1761, 1769, 1874, 1882, dan 2004. Transit Venus terjadi dalam periode waktu dengan formula 8, 121, 5, 8, dan 105,5 tahun. "Jadi, rugi kalau tidak menyaksikan karena ini adalah yang terakhir dalam masa hidup kita," kata Mutoha Arkanuddin dari Jogja Astro Club saat dihubungi Kompas.com, Senin (2/1/2012). NASA memperkirakan, fenomena ini baru akan terjadi lagi tahun 2117. Tahun ini, warga Bumi yang berkesempatan menyaksikan transit Venus adalah yang berada di wilayah Amerika Utara, Hawaii, Pasifik bagian barat, Asia bagian utara, Jepang, Korea, China bagian timur, Filipina, Australia bagian timur, dan Selandia Baru. Seluruh warga Indonesia pun bisa melihat fenomena langka ini. Berdasarkan peta NASA, warga Indonesia bagian barat meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat hanya berkesempatan melihat sebagian proses transit. Adapun warga Indonesia di Sulawesi Utara dan Tenggara, bagian timur Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua bisa melihat keseluruhan proses transit. "Untuk Indonesia bagian timur, sejak Matahari terbit sudah bisa melihat kontak awal Venus dengan Matahari. Sementara kalau yang di bagian barat akan melihat saat Venus sudah ada di piringan Matahari," papar Mutoha. "Transit akan dimulai dari sisi bawah Matahari pada pukul 05.14 WIB terus bergerak ke barat melewati muka Matahari sampai pukul 11.50 WIB," tutur Mutoha. Transit berlangsung selama lebih kurang enam jam dan berdasarkan informasi NASA, Venus akan berada di tengah piringan Matahari pada pukul 08.32 WIB. Mutoha mengatakan, karena obyeknya berkaitan dengan Matahari, pengamatan transit Venus sebaiknya dilakukan menggunakan teleskop. Transit Venus sulit diamati dengan mata telanjang sebab piringannya kecil serta disilaukan sinar Matahari. Cara lain adalah dengan teknik proyeksi, tetapi sulit. Pengamat harus berhati-hati dengan cahaya Matahari. Menyongsong fenomena langka ini, Jogja Astro Club sudah menyusun persiapan untuk pengamatan serta membuat pernak pernik terkait transit Venus. Himpunan Astronom Amatir Jakarta yang bermarkas di Planetarium Taman Ismail Marzuki pun bersiap menyongsong fenomena ini. Jadi, pengamatan pun akan bisa dilakukan bersama kalangan astronom amatir di setiap kota, lebih aman bagi yang belum pernah melakukan pengamatan. Transit Venus digunakan ilmuwan sebagai momen penelitian tentang fenomena Black Drop, yaitu saat Venus kontak dengan Matahari, tampak bahwa ada bagian Venus yang memanjang. Jadi, jangan sampai melewatkan kesempatan ini.
 

Ilmuwan Temukan "Selubung Waktu"

PARIS,- Para fisikawan yang didukung oleh Departemen Pertahanan AS, hari Rabu (4/1/2012), menyatakan berhasil menemukan sebuah alat yang mampu membuat satu kejadian tak terdeteksi. Alat yang disebut "selubung waktu" (time cloak) itu memiliki prospek penggunaan untuk meningkatkan keamanan komunikasi melalui serat optik. Perangkat, yang masih berada dalam skala laboratorium tersebut, memanipulasi aliran cahaya sehingga dalam waktu sepersekian detik, satu kejadian bisa tak terdeteksi. Hasil penelitian itu diterbitkan dalam jurnal ilmiah *Nature*. "Penemuan ini mewakili satu langkah penting ke depan dalam membuat satu perangkat selubung ruang-waktu," ungkap studi yang dipimpin oleh Moti Fridman, fisikawan dari Cornell University, New York. Prinsip dasar alat ini adalah fakta bahwa cahaya bergerak dengan kecepatan yang sedikit berbeda-beda untuk frekuensi (warna) cahaya yang berbeda. Kecepatan cahaya warna biru, misalnya, berbeda dengan kecepatan cahaya warna merah. Proses selubung temporal ini dimulai dengan memancarkan sinar cahaya hijau melalui kabel serat optik. Sinar tersebut kemudian dilewatkan lensa dua arah yang memecah cahaya hijau ini menjadi dua cahaya dengan frekuensi berbeda, yakni cahaya kebiruan yang bergerak lebih cepat, dan cahaya kemerahan yang bergerak lebih pelan. Perbedaan kecepatan yang sangat kecil ini diperkuat dengan meletakkan rintangan transparan di lintasan dua berkas cahaya tersebut, sehingga tercipta jeda waktu yang cukup besar antara dua berkas cahaya. Saat ini, jeda waktu yang berhasil diperoleh masih sangat kecil, yakni sebesar 50 picodetik (seperlimapuluh juta juta detik). Namun, jeda waktu tersebut sudah cukup besar untuk menembakkan satu pulsa sinar laser dengan frekuensi berbeda di antara dua berkas sinar yang lewat tersebut. Setelah itu, kedua sinar biru dan merah di lewatkan rintangan transparan yang kini akan memperlambat sinar biru dan mempercepat sinar merah, sehingga dua berkas sinar akan kembali berjalan dengan kecepatan sama. Sebelum akhirnya dua berkas sinar itu disatukan kembali dengan sebuah lensa menjadi sinar hijau lagi seperti semula. Dengan demikian, pengamat di ujung serat optik tersebut tak akan bisa mendeteksi pulsa sinar laser yang ditembakkan tadi. Menurut pakar optika Robert Boyd dan Zhimin Shi dari University of Rochester, proses tersebut bisa dianalogikan dengan arus lalu lintas yang terputus saat ada kereta api lewat di perlintasan sebidang. Saat ada kereta lewat, pintu perlintasan tertutup, sehingga arus lalu lintas terputus. Mobil-mobil yang sempat melewati pintu perlintasan sebelum tertutup akan terus melaju, meninggalkan mobil-mobil yang harus berhenti setelah pintu tertutup, sehingga menciptakan ruang kosong di antara dua kelompok mobil tersebut. Namun, setelah kereta lewat dan pintu terbuka lagi, mobil-mobil di belakang akan menambah kecepatan untuk menyusul mobil-mobil di depan, sehingga arus lalu lintas akan kembali tersambung. Pengamat di depan tak bisa mendeteksi bahwa arus tersebut sempat terputus dan ada rangkaian kereta api lewat di antara dua kelompok mobil. Saat ini, para ilmuwan tersebut berusaha membuat jeda waktu antara dua berkas cahaya itu makin lebar, mungkin hingga ke hitungan mikrodetik (seperjuta detik) atau milidetik (seperseribu detik). Teknik ini akan meningkatkan keamanan komunikasi melalui serat optik, karena data bisa dikirim dengan cara dipecah menjadi berkas cahaya berbagai frekuensi yang bergerak sendiri-sendiri dengan kecepatan berbeda, sehingga akan mempersulit penyadapan di tengah.
 

Lubang Waktu Bisa Diciptakan

WASHINGTON,— Teori relativitas Einstein mengungkapkan bahwa gravitasi bisa menyebabkan waktu melambat. Kini, ilmuwan berhasil membuat sebuah demonstrasi bahwa waktu bukan saja melambat, melainkan juga seolah-olah dihentikan sama sekali. Ilmuwan menciptakan lubang waktu. Mereka melakukannya dengan membiaskan cahaya. Dengan cara itu, sebuah peristiwa atau benda bisa disembunyikan. Peristiwa atau benda itu ada, hanya saja tak tampak dalam pandangan mata. Magic? Bukan. "Bayangkan Anda bisa memanupulasi cahaya dalam waktu tertentu, mempercepat atau memperlambat, sehingga Anda bisa menciptakan gap," Alex Gaeta, fisikawan dari Universitas Cornell yang terlibat studi ini, memberikan ilustrasi. Ia memaparkan bahwa lubang waktu diciptakan dengan mencegah cahaya yang mengenai suatu obyek dalam sebuah peristiwa untuk dihamburkan dan direfleksikan pada pengamatnya. Dengan demikian, obyek atau peristiwa itu seolah-olah tak pernah terjadi. Apa yang terjadi akibat lubang waktu? Gaeta memberi sebuah contoh apa yang akan terjadi di sebuah museum yang telah dilengkapi sinar laser dan detektor untuk melindungi benda berharga. "Anda punya sinar laser dan sebuah detektor yang telah disediakan untuk mendeteksi ketika semua sinar tiba-tiba rusak dan tak ada cahaya. Jadi, ketika Anda melewati sinar itu, alarm akan mati," kata Gaeta. "Tapi bagaimana jika sebuah perangkat akan mempercepat beberapa bagian dari sinar dan memperlambat bagian lainnya sehingga ada saat tanpa ada sinar," lanjut Gaeta seperti dikutip National Geographic, Rabu (4/1/2012). "Anda bisa melintas, dan perangkat akan melakukan sebaliknya, mempercepat bagian yang dilambatkan dan memperlambat bagian yang dipercepat. Ini membuat dua sinar kembali lagi bersatu. Jadi, detektor tidak akan bisa melacak apa yang terjadi," imbuh Gaeta. Untuk menciptakan lubang waktu ini, Gaeta dan rekan menembakkan sinar pada sebuah alat dan melewatkannya pada lensa waktu. Bila lensa umumnya membiaskan cahaya dalam ruang, maka lensa waktu memodifikasi distribusi temporal cahaya. "Ini adalah cara agar bisa mengontrol karakteristik cahaya dalam waktu, membentuk dan mendistorsinya, serta melakukan hal-hal menyenangkan seperti yang kita lakukan dalam domain waktu," ungkap Gaeta lagi. Moti Fridman, peneliti lain yang terlibat penemuan ini, menambahkan bahwa sebuah sinar kemudian digunakan untuk "memotong" sinar yang sedang menuju ke perangkat yang sedang digunakan. "Ini akan mengubah frekuensi dan panjang gelombang dari sinar sehingga sinar itu pun akan berubah kecepatannya. Dan, inilah bagaimana lubang waktu itu diciptakan," kata Fridman yang juga dari Universitas Cornell. Seluruh proses berlangsung di sebuah fiber optic yang lebih tipis dari rambut manusia. Eksperimen berlangsung di atas meja panjang, dengan fiber optic yang berserakan dan tampak seperti spageti. Zhimin Shi, peneliti dari Institut Optik di Universitas Rochester yang tidak terlibat studi, mengungkapkan bahwa cara yang digunakan dalam penemuan ini tidak baru. Namun, ini adalah penelitian pertama yang berhasil mewujudkan lubang waktu. Meski riset ini masih sangat awal, aplikasinya sudah bisa dibayangkan. Menurut Shi, aplikasinya tidak cuma menyembunyikan sesuatu seperti di film Harry Potter, tetapi juga bisa memasukkan data tanpa gangguan. "Saya pikir, kalau Anda bisa menyembunyikan data yang sedang berjalan di fiber optic, itu mungkin lebih bernilai dari apa pun yang Anda curi dari museum. Dengan lensa waktu, Anda bisa memanipulasi data dengan cara yang diinginkan dan mengembalikannya setelahnya," urai Fridman. Teknik ini, kata Fridman, bisa membantu penciptaan chip yang memproses data lebih cepat dan mengirimkannya real time, baik lewat internet maupun ke komputer. Namun, untuk itu, langkahnya masih cukup panjang. Peneliti masih perlu membuat efek tiga dimensi cahaya, bukan hanya sinar dari satu sisi. Selain itu, peneliti juga masih harus berupaya agar lubang waktu yang diciptakan bisa lebih besar.
 

Sutra Sekuat Jaring Spider-Man Dikembangkan

Peneliti kombinasi ulat sutra dan laba-laba untuk hasilkan sutera terbaik secara massal. - Peneliti AS telah menciptakan ulat sutera yang secara genetik dimodifikasi untuk memintal sutra yang lebih kuat. Dalam laporan dalam jurnal PNAS, itu para ilmuwan University of Wyoming tersebut mengatakan bahwa tujuan akhir mereka adalah untuk menghasilkan sutra dari ulat yang memiliki ketangguhan sekelas sutra laba-laba. Dari perbandingan berat, sutera laba-laba tersebut lebih berat dari baja. Dalam buku komik, Spiderman menghasilkan jaring laba-laba yang kuat. Bahkan jaring itu mampu dipakai untuk menjerat penjahat dan berayun dalam gedung pencakar langit kota. Para peneliti memang telah mencoba untuk memproduksi kembali sutera untuk beberapa dekade. Tapi tak mungkin membuat peternakan laba-laba untuk produksi komersial. Karena binatang sejenis laba-laba tidak menghasilkan sutera yang cukup. Ditambah lagi kecenderungan antar satu sama lain yang saling memakan. Sedangkan ulat bulu bagaimanapun mudah dikelola untuk diternakkan dan menghasilkan jumlah sutera yang banyak, walau gampang pecah. Peneliti telah mencoba selama beberapa tahun untuk mendapatkan kombinasi terbaik dari dua hewan tersebut. Yaitu, sutera yang kuat dalam jumlah industri, dengan mentransplansi gen dari laba-laba ke dalam ulat. Tapi hasilnya, yang secara genetik dimodifikasi, memperlihatkan ulat tidak menghasilkan sutera laba-laba yang cukup banyak. Ulat GM dihasilkan oleh sebuah tim yang dipimpin Profesor Don Jarvis dari Universitas Wyoming. Ia melihat produksi sebuah gabungan ulat dan sutera laba-laba dalam jumlah yang besar. Para peneliti hanya mengatakan itu tak sekuat sutera laba-laba. Mengomentari kerja Don Jarvis, Christoper Holland dari Universitas Oxford mengatakan bahwa pengembangan itu memperlihatikan sebuah tahapan di masa depan yang akan mampu untuk menghasilkan sutera yang kuat secara komersil. “Secara pokok, paper ini menunjukkan bahwa mereka mampu mengambil sebuah komponen sutera laba-laba dan membuat sebuah ulat sutera, memintalnya menjadi serat seperti yang dihasilkan laba-laba," ucap Holland. Para peneliti ini berharap dapat menghasilkan sutera super kuat dalam sejumlah industri. Selain itu, laba-laba GM ini juga akan dapat digunakan sebagai pengganti plastik. Tak hanya itu, Profesor Guy Poppy dari Universitas Southampton mengatakan mereka tidak akan menimbulkan ancaman lingkungan dan ia percaya manfaat akan lebih besar dan minim resiko. "Sulit untuk melihat bagaimana ulat sutera memproduksi sutera seperti jerat laba-laba, dan akan memiliki keuntungan di alam," katanya.
 

Benarkah Bumi Punya Dua Bulan?

Arizona: Bumi ternyata memiliki lebih dari satu satelit. Jika selama ini satu-satunya satelit Bumi yang dikenal hanyalah Bulan, peneliti dari Cornell University menyebut jika ada satu satelit lagi yaitu 2006 RH120. Satelit ini pertama kali muncul 2006 di Catalina Sky Survey, Arizona, Amerika Serikat. Saat itu, objek yang dianggap asteroid ini bergerak mengelilingi Bumi. Awalnya 2006 RH120 nampak seperti roket buatan manusia yang memiliki cat putih layaknya titanium buatan Badan Antariksa AS (NASA). Tapi dalam penelitian, ternyata 2006 RH120 memiliki tubuh sendiri dengan panjang hanya beberapa meter. 2006 RH120 kemudian masih dianggap satelit alami seperti Bulan. Namun, 2006 RH120 menghilang di tahun 2007 dan meninggalkan orbit Bumi. Sekarang, para astrofisikawan dari Cornell menyatakan jika 2006 RH120 bukanlah anomali biasa. Melainkan bulan sementara yang normal dimiliki planet seperti Bumi. 2006 RH120 dikatakan menjadi satelit sementara yang tertarik gravitasi Bumi dan Bulan. Kedua benda planet ini, Bumi dan Bulan, saling tarik satu sama lain dan ikut menarik benda lain yang dekat dengan mereka di angkasa. Seringkali, objek yang ditarik gaya gravitasi Bumi dan Bulan adalah komet dan asteroid. Komet dan asteroid ini 'tersenggol' oleh planet-planet luar dan berakhir di wilayah sekitar Bumi. Tiga astrofisikawan Cornell yang terlibat antara lain Mikael Granvik, Jeremie Vaubaillon, dan Robert Jedicke, mendirikan model sederhana yang menunjukkan bagaimana gaya tarik Bumi dan Bulan menangkap objek luar angkasa dan membuat Bumi mendapat tambahan Bulan. "Pada waktu tertentu, paling tidak ada satu satelit natural Bumi dengan diamater 1 meter yang bergerak mengeliling Bumi. Benda-benda ini mengorbit sekitar 10 bulan, sebelum akhirnya hilang," demikian ujar tim astrofisikawan itu. Selama ini, planet yang dikenal memiliki lebih dari satu satelit adalah Mars dengan dua satelit kecilnya; Deimos dan Phobos. Jupiter dengan 64 satelit termasuk empat satelit terbesarnya; Ganymede, Callisto, Io, dan Europa. Saturnus yang memiliki 62 bulan, dua di antaranya Titan dan Enceladus. Uranus juga memiliki banyak satelit yakni sebanyak 27 buah, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel, dan Miranda. Terakhir, Neptunus mempunyai 13 satelit dan yang terbesar adalah Triton.(NatGeo/ADO)
 

Badai Matahari Melenyapkan Bulan?

JAKARTA,— Badai Matahari mungkin tak akan melenyapkan Bumi, hanya berpotensi menimbulkan gangguan telekomunikasi, navigasi, dan kelistrikan. Tapi bagaimana dampak badai Matahari bagi Bulan yang ukurannya lebih kecil dan tidak memiliki atmosfer? Akankah badai Matahari melenyapkan Bulan? Studi terdahulu mengungkap bahwa angin Matahari yang memiliki muatan bisa mengakibatkan material di permukaan Bulan terlontar. Studi terbaru NASA mengungkap bahwa dengan prosentase ion berat seperti helium, oksigen, dan besi yang lebih tinggi, maka badai Matahari bisa melontarkan lebih banyak material dari Bulan. "Kami menemukan bahwa ketika awan plasma yang sangat massif ini mengenai Bulan, ia beraksi seperti 'penghambur pasir' dan segera mengangkat material mudah menguap dari permukaan Bulan," kata William Farrel, pimpinan Dynamic Response of the Environment at the Moon (DREAM) dari NASA Goddard Space Flight Center. Farrel yang terlibat penelitian terbaru NASA tersebut seperti dikutip National Geographic, Jumat (9/12/2011), menuturkan, "Model yang dikembangkan memprediksi bahwa 100 - 200 ton material Bulan, atau setara dengan muatan 10 bak truk, bisa terhambur akibat lontaran massa korona besar selama 2 hari." Rosemary Killen, juga dari NASA Goddard Space Flight Center, mengatakan bahwa sekali terhambur, 90 persen massa material Bulan terbang ke angkasa. Partikel itu akan terionisasi, tertarik bersama angin Matahari. Partikel tersebut ada dalam bentuk atomik, jadi tidak memproduksi hujan meteor. Hasil studi ini masih harus diuji lagi. Tahun 2013 adalah puncak aktivitas Matahari, di mana frekuensi badai Matahari juga akan meningkat, Wahana Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE) akan membuktikan kebenaran studi ini. Jika benar, maka partikel bisa mencapai ketinggian 20-50 km dari permukaan Bulan. Nah, lalu, apakah dengan terlontarnya material Bulan ke angkasa ini akan melenyapkan Bulan? Tidak. Jumlah partikel yang terlontar sangat kecil dibandingkan massa Bulan keseluruhan. Di samping itu, material yang terlontar akan menyeimbangkan partikel yang masuk dari meteorit dan angin Matahari sendiri. Jadi, Bulan tidak akan lenyap atau tererosi secara perlahan kemudian hilang. Bahkan, jejak pendaratan astronot di Bulan masih akan ada dan bisa terlihat hingga jutaan tahun mendatang, bila manusia masih punya kesempatan melihatnya. Demikian studi yang diterbitkan di Journal of Geophysical Research-Planet itu. Secara terpisah, astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan bahwa badai Matahari justru akan berefek pada planet lain yang tidak memiliki medan magnet. Atmosfer dari planet-planet tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit. "Badai matahari yang masuk itu, kan, merupakan partikel energetik. Ini memungkinkan terjadinya penghilangan atmosfer, penghapusan sedikit demi sedikit. Atmosfer planet-planet itu akan makin menipis," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/1/2012) hari ini. Bagi Bumi, efek yang sama tidak terjadi. Sebabnya, Bumi memiliki medan magnet yang diperoleh karena inti Bumi memiliki banyak kandungan besi. Sementara, bagi planet gas seperti Jupiter, badai Matahari juga takkan begitu berpengaruh karena jarak Matahari dan Jupiter yang sangat jauh.
 

Tak Ada Twitter,Facebook,Blackberry Messenger, Saat Badai Matahari

JAKARTA,http://achmadhairilsyah.blogspot.com/— Badai Matahari, bila masuk dalam kelas medium (M) dan ekstrem (X) serta mengarah ke Bumi, bisa mengakibatkan gangguan pada komunikasi berbasis radio atau gelombang pendek, komunikasi berbasis satelit, dan navigasi. Lalu, jika badai Matahari besar menyambar Bumi, masihkah bisa kita berkomunikasi dengan telepon seluler? Masihkah bisa juga kita mengakses internet, memperbarui status di Facebook, atau nge-tweet di Twitter? Kepala Observatorium Bosscha Hakim L Malasan ketika dihubungi pada Rabu (4/1/2012) mengatakan bahwa potensi terganggunya penggunaan jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter, serta komunikasi lewat Blackberry Messenger cukup besar. "Penggunaan komunikasi lewat BBM itu sangat berpotensi mengalami gangguan dan akan sulit. Penggunaan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter juga sangat boleh jadi terganggu," ungkap Hakim. Menurut Hakim, lama gangguan komunikasi tergantung pada besarnya energi yang dilepaskan Matahari dan menuju Bumi. Jika energi cukup besar, gangguan bisa dialami berjam-jam bahkan lebih dari satu hari. Dampak terburuk badai Matahari terkait komunikasi adalah gangguan pada komunikasi lewat telegraf yang terjadi pada 1859. Dampak buruk lainnya adalah padamnya listrik di Quebec, Kanada, selama lebih dari 9 jam. Dampak badai Matahari tersebut tidak bisa dicegah, sama halnya manusia tidak bisa mencegah gempa Bumi ataupun gunung meletus. Manusia hanya bisa memikirkan alternatif untuk tetap beraktivitas walaupun ada gangguan tersebut. Lebih lanjut, Hakim mengatakan, "Inti dari badai Matahari dari sisi sains adalah mengurangi ketergantungan kita pada elektronik dan satelit. Kita juga harus memikirkan cara-cara manual untuk berkomunikasi." Hakim mencontohkan, dunia perbankan bisa mencari alternatif cara manual sebagai antisipasi jika sesuatu terjadi.Dunia penerbangan juga harus berpikir agar pilotnya memiliki kemampuan navigasi yang baik, tidak cuma tergantung pada sistem yang sudah tersedia. http://achmadhairilsyah.blogspot.com/
 

Badai Matahari 2012 Tergolong "Biasa"

Sejumlah kalangan mengungkapkan bahwa badai Matahari yang mungkin muncul akibat aktivitas Matahari yang memuncak pada 2012 dan 2013 lebih berbahaya dari badai matahari 10 tahun yang lalu. Benarkah demikian? Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antarika Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, saat dihubungi pada Rabu (4/1/2012), mengatakan, "Secara statistik, tidak akan terjadi seperti itu. Hampir rata-rata." NASA dalam pernyataan di webnya, Kamis (22/12/2011), juga menyatakan, "Tidak ada risiko spesial terkait 2012. Puncak aktivitas yang terjadi pada 2012-2014 diprediksikan sebagai siklus Matahari rata-rata, tak ada perbedaan dengan siklus lain." Menurut Thomas, frekuensi badai Matahari akan meningkat saat aktivitas Matahari memuncak. Aktivitas Matahari ditandai dengan semakin banyaknya bintik Matahari. Bila jumlah bintik lebih dari 100, Matahari dikatakan aktif. "Aktivitas Matahari terbesar pernah terjadi tahun 1960 saat terdapat 200 bintik Matahari. Kedua pada tahun 1780 ketika jumlah bintik Matahari mencapai 150. Siklus terakhir tahun 2000 jumlah bintiknya 120," kata Thomas. Saat ini, jumlah bintik Matahari masih sekitar 100, masih fluktuatif. Beberapa hari lalu, jumlah bintik Matahari sempat hanya 60. Untuk hari ini, penghitungan jumlah bintik Matahari menunjukkan sekitar 95. Dengan jumlah bintik Matahari tersebut, badai Matahari yang mungkin muncul tak akan terlalu besar. Gangguan yang harus diwaspadai adalah pada komunikasi, navigasi, dan kelistrikan. Badai Matahari tidak akan menyebabkan kepunahan kehidupan. Thomas mengatakan, badai Matahari digolongkan menjadi kelas A, B, C, M, dan X. Kelas X merupakan yang terbesar. Badai Matahari yang muncul bulan Desember lalu hanya pada kelas C dan B, dan ada beberapa yang kelas M.
 

(C.I.A) Couple In Anime

http://www.facebook.com/pages/CIA-Couple-In-Anime/220149388031147?sk=wall LIKE dan join PAGE NYA YA
 

Ahli Kalender Bangsa Maya Jawab Isu Kiamat

"Ini pernah terjadi sebelumnya, menurut para tetua Maya, ini adalah kali kelimanya."
Beragam bantahan dan penjelasan telah diberikan, namun memasuki tahun baru ini, masih saja ada orang yang bertanya: benarkah kiamat akan tiba pada 2012? Isu kiamat 2012 dipicu berakhirnya kalender Bangsa Maya yang akan jatuh 21 Desember 2012. Di kalangan keturunan Maya pun ada yang mempercayainya. Mereka melakukan ritual menyambut "kiamat" dan menyiapkan peti mati yang diisi barang kenangan. Namun, Leonzo Barreno, ahli Maya dari Saskatchewan, Kanada mengatakan, konsep 'kiamat' adalah interpretasi salah dari kalender hitung panjang (long count). Dosen University of Regina itu menambahkan, tetua Bangsa Maya memberitahunya, 21 Desember tahun ini hanya bermakna sederhana, pergantian kalender baru. Barreno, yang berimigrasi ke Kanada dari Guatemala 23 tahun lalu dilatih khusus oleh tetua Bangsa Maya untuk membaca kalender. "Ada dua sisi kisah yang berlawanan," kata dia. "Di satu sisi, kalender ini dihubungkan dengan datangnya kiamat. Lainnya, adalah versi dari suku Maya, yang jarang Anda jumpai di media, Sebab, mereka (wartawan) tak pernah mewawancarai kami, orang Maya." Bahkan, dia menambahkan, orang Maya hanya terlihat lima detik dalam Film "2012" yang dibintangi John Cusack. Padahal film itu didasari apa yang diklaim sebagai prediksi Bangsa Maya. "Saat saya tumbuh dewasa di kalangan Bangsa Maya, juga selama pelatihan, saya tak pernah mendengar kata "kiamat" dari para tetua dan pemimpin spiritual." Bagi Bangsa Maya, Barreno menambahkan, 21 Desember 2012 adalah momentum kegembiraan, bukan sesuatu yang menakutkan. "Ini sesuatu yang klise," kata dia kepada CBC. "Ini pernah terjadi sebelumnya, menurut para tetua Maya, ini adalah kali kelimanya terjadi." Untuk diketahui, prasasti Bangsa Maya di Tortuguero, Meksiko dianggap menyampaikan, Bolon Yokte -dewa yang berhubungan dengan perang dan dunia bawah akan turun pada 2012. Namun, senada dengan Barreno, ahli Maya dari Jerman, mengatakan, persepsi 'kiamat' keliru. Ia yakin, 21 Desember 2011 hanya soal pergantian kalender yang berusia 5.125 tahun. Apalagi, seperti yang diyakini Bangsa Maya, Bolon Yokte adalah figur yang terkait dengan perubahan. Banyak keturunan Maya yang juga menepis prediksi kiamat, dan menyebutnya sebagai 'ide Barat'. Daily Mail (adi)
 

Pasangan Venus Bukan Mars, tapi Jupiter dan Saturnus

JAKARTA, - Selama ini Venus yang diidentikkan dengan perempuan selalu diidentikkan sebagai pasangan Mars yang jadi lambang laki-laki. Namun, khusus tahun 2012 ini, pasangan Venus bukan hanya Mars. Pada tahun ini, planet kedua terdekat dari Matahari itu malah akan berpasangan dengan dua planet lain, Jupiter dan Saturnus. Venus akan berpasangan dengan Jupiter pada petang hari tanggal 14 Maret 2012. Sementara Venus dengan Saturnus akan terjadi menjelang fajar pada tanggal 27 November 2012. Venus, Jupiter, dan Saturnus akan tampak berdekatan satu sama lain. Dalam istilah astronomi, fenomena saat dua planet saling berdekatan disebut konjungsi. Konjungsi Venus dan Jupiter paling tepat dilihat pada 14 Maret 2012 antara pukul 18.30 - 19.00 WIB. Saat konjungsi, keduanya cuma akan terpisah sejauh 3 derajat. Keduanya akan bersinar di langit bagian barat. Jupiter tampak dengan magnitud -1,97 dan Venus -4,17. Sementara, konjungsi Venus dan Saturnus bisa dilihat pada 27 November 2012 mulai pukul 04.00 WIB di langit timur. Venus akan tampak dengan magnitud -3,87 sedangkan Saturnus bermagnitud 1,33. Jarak keduanya sangat dekat hingga hampir menyatu, cuma terpisah 1 derajat. Konjungsi planet adalah hal yang biasa terjadi dalam astronomi. Fenomena ini bisa disaksikan dengan mata telanjang, namun bisa disaksikan lebih jelas dengan teleskop. Magnitud merujuk pada kecerlangan benda langit. Makin negatif, makin cerlang. Konjungsi Venus-Jupiter diperkirakan pernah terjadi tahun 3 SM dan dikaitkan dengan Bintang Natal, fenomena yang dilihat para Majus terkait dengan kelahiran Yesus. Namun, hingga saat ini belum dipastikan apakah Bintang Natal ialah Konjungsi Venus-Jupiter. Sementara, konjungsi Venus dan Saturnus tahun ini akan lebih istimewa. Tepat saat dua planet tersebut berpasangan, Merkurius akan datang menemani. Ini bisa dilihat sekitar pukul 04.30 dini hari tanggal 27 November 2012. Konjungsi Venus-Jupiter serta Venus-Saturnus tak berlangsung lama. Venus-Jupiter akan tenggelam cepat setelah konjungsi. Sementara, Venus-Saturnus akan cepat tak tampak karena fajar tiba. Jadi, jangan sampai terlewat. Dan, tenang saja, konjungsi Venus tak akan menimbulkan keributan apapun.
 

Date A Live

Date A Live
Ratatoskr

Eureka seveN

Eureka seveN

Pages - Menu

5

~

diooda