Select Language

~ [DR]~

Earth Hour, Kaum Muda Harus Perhatikan Gaya Hidup

JAKARTA, - Earth Hour akan dirayakan Sabtu (31/3/2012) di 26 kota di Indonesia. Masyarakat diminta mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak diperlukan mulai pukul 20.30-21.30. Di sejumlah perayaan Earth Hour yang dikoordinasi oleh WWF Indonesia, komunitas yang terdiri dari kaum muda banyak terlibat. Ini menandai kesadaran kaum muda tentang gaya hidup hijau dan hemat energi. Namun demikian, menurut Verena Puspawardani, Verena Puspawardani, Koordinator Kampanye Iklim dan Energi WWF Indonesia, secara umum, gaya hidup kaum muda belum mencerminkan apa yang diperjuangkan. "Kalau kita lihat dari gaya hidupnya, banyak yang sebenarnya belum begitu efisien," kata Verena saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/3/2012). Gaya hidup yang tak ramah lingkungan dan inefisien bisa dilihat dari pilihan transportasi yang digunakan, pola konsumsi serta penggunaan gadget. Momen Eaarth Hour menjadi kesempatan bagi kaum muda untuk melihat lagi gaya hidupnya. menurut Verena, ada beberapa hal yang bisa dilakukan secara sederhana. "Misalnya dalam penggunaan gadget, sekarang anak muda banyak memakai. Bisa dimulai jika baterai sudah penuh, alat charge bisa langsung dicabut," jelas Verena. Cara lain adalah menghemat konsumsi air, mengurangi konsumsi plastik saat belanja, melilih moda transportasi umum serta memakai sepeda atau berjalan kaki dalam jarak dekat. Verena menuturkan, "Perbaikan pada anak muda ini peranannya penting karena akan menentukan gaya hidup sampai mereka tua. Apa yang dilakukan anak muda bisa menuai hal positif ke depan."
 

Molekul Kehidupan Bisa Terbentuk Sebelum Planet

JAKARTA, - Astronom berpandangan bahwa planet terbentuk ketika debu yang ada di piringan protoplanet (terdiri atas gas dan debu) membentuk bongkahan batu dan secara bertahap membangun bola lebih besar hingga menjadi planet. Bumi dan planet lain di Tata Surya terbentuk dengan proses yang sama. Diperkirakan, waktu terbentuknya Bumi dan planet lain ialah 4,5 miliar tahun yang lalu. Sebelumnya, astronom berpikir bahwa molekul kehidupan terbentuk setelah ada planet. Namun, pemodelan terbaru menunjukkan bahwa molekul kehidupan bisa saja terbentuk sebelum ada planet. Geologi Fred Ciesla dari University of Chicago dan Scott Sandford dari Ames Research Center NASA di California adalah ilmuwan yang melakukan pemodelan komputer tersebut. Berdasarkan pemodelan, keduanya mengatakan bahwa debu di piringan protoplanet bisa terpapar oleh sinar ultraviolet sehingga membentuk senyawa organik. Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat pada makhluk hidup. Senyawa ini meliputi asam amino, protein, karbohidrat, basa nukleus dan juga asam nukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Sebelumnya, Sandford mnelakukan eksperimen dengan melakukan pemaparan UV ke butir debu yang tertutupi es. Ia menemukan, UV bisa memutus ikatan pada material dan memungkinkan pembentukan molekul kompleks. Permasalahan saat itu, Sandford tak yakin mekanisme yang sama bisa bekerja pada debu di piringan protoplanet sehingga memungkinkan pembentukan molekul organik. Pemodelan yang dilakukan membuktikan bahwa mekanisme itu bisa terjadi. Piringan protoplanet cukup dinamis sehingga debu bisa terbawa ke tepian piringan dan terpapar UV dari bintang. "Hasil ini mengagumkan karena begitu natural. Kami tak harus membuat kondisi spesial dalam pemodelan kami. Kami menemukan semua yang kami harapkan bekerja dengan sempurna," ungkap Ciesla seperti dikutip Space, Kamis (29/3/2012). Menurut Ciesla, dinamika dan proses itu tak cuma terjadi di Tata Surya, tetapi juga sistem keplanetan yang lain secara umum. Meski demikian, hasil pemodelan belum mampu menjawab bagaimana senyawa organbik bisa sampai ke Bumi. Pandangan terbaru mengatakan bahwa senyawa organik dibawa oleh asteroid. Sumber : SPACE.COM
 

Ilmuwan Perancis Ciptakan Selubung Panas

MARSEILLE, — Ilmuwan asal Perancis berhasil menciptakan selubung panas yang bisa membuat titik panas tidak terdeteksi. Publikasi hasil eksperimennya muncul di jurnal Optics Express minggu ini. Untuk menciptakannya, Sebastian Guenneau dari University of Aix Marseille dan rekannya membuat susunan cincin dengan material yang punya kemampuan menghantarkan dan melepaskan panas yang berbeda. Contoh, logam bisa menghantarkan panas dengan baik, sedangkan plastik tidak. Dengan susunan material berbeda secara bergantian, panas akan mengalir area yang disebut invisibility region sehingga membuat apa pun yang ada di daerah tersebut tak terlihat. Pengujian dilakukan dengan kamera inframerah yang biasa dipakai untuk mendeteksi obyek berdasarkan panas. "Idenya adalah mengarahkan panas ke suatu area yang akan dilindungi dari panas," kata Guenneau seperti dikutip Discovery, Rabu (27/3/2012). Eksperimen membuktikan bahwa kamera inframerah tak berhasil mencitrakan area invisibility karena tak ada perbedaan panas dengan daerah sekitarnya. Panas berdifusi. Yang menarik dari eksperimen ini adalah bahwa pembuatan selubung panas tak membutuhkan material yang sangat istimewa. Ini membuktikan bahwa selubung bisa dibuat secara lebih sederhana. Aplikasi selubung panas cukup luas. Dalam dunia militer, selubung panas bisa diaplikasikan pada seragam prajurit sehingga memungkinkannya tak terdeteksi oleh inframerah. Namun, aplikasi yang lebih dekat adalah pada perangkat elektronik, komputer, dan komunikasi. Saat ini dibutuhkan biaya besar untuk menjaga server internet tetap dingin. Dengan selubung panas, pendinginan bakal tak diperlukan lagi. Sumber : DISCOVERY
 

Ada Miliaran Bumi Super di Bimasakti

GRENOBLE,— Penelitian para astronom menunjukkan ada miliaran Bumi Super yang terdapat di Bimasakti. Bumi Super adalah planet dengan massa 1-10 kali Bumi. Hasil tersebut didapatkan lewat deteksi dan ekstrapolasi dengan mengikutsertakan planet-planet yang mengelilingi bintang redup, yang disebut bintang katai merah. Untuk melakukan deteksi, tim menggunakan instrumen Harps yang ada di teleskop 3,6 meter di Observatorium La Silla, Cile. Harps mendeteksi planet berdasarkan pengaruh gravitasi planet itu pada bintangnya. "Observasi terbaru kami dengan Harps menunjukkan bahwa 40 persen bintang katai merah memiliki Bumi Super di zona layak huni, tempat air cair bisa terdapat di permukaannya," kata Xavier Bonfils dari Observatoire des Sciences de l'Univers de Grenoble, Perancis. "Karena bintang katai merah sangat umum—ada 160 miliar di Bimasakti—ini membuat kami berkesimpulan bahwa ada puluhan miliar planet macam ini (Bumi Super) di galaksi kita saja," tambah Bonfils yang memimpin penelitian, seperti dikutip BBC, Rabu (28/3/2012). Bonfils dan rekannya sebelumnya melakukan deteksi adanya Bumi Super pada 102 bintang katai merah. Kemudian, mereka menemukan 9 planet Bumi Super dengan dua di antaranya berada di zona layak huni. Data kemudian diolah dengan memasukkan pula bintang-bintang yang tak memiliki planet. Data yang diolah akan menunjukkan seberapa umum planet Bumi Super di bintang katai merah. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Bumi Super di zona layak huni dijumpai pada 41 persen kasus, dengan rentang antara 28 dan 95 persen. Menurut para astronom, ada sekitar 100 Bumi Super yang ada pada zona layak huni, pada jarak kurang dari 30 tahun cahaya dari bintang katai merah induknya. Lalu, adakah kehidupan di planet Bumi Super itu? Karena bintang katai merah sering mengalami erupsi hingga mengirim sinar-X dan ultraviolet, maka kemungkinan kehidupan di Bumi Super yang berjumlah banyak itu tampaknya kecil. Meski demikian, peneliti akan tetap menyelidiki kemungkinannya. Mereka akan melihat tanda-tanda adanya molekul kehidupan, seperti oksigen. Sumber : BBC
 

Awan Misterius Tampak di Mars

PHILADELPHIA,- Astronom amatir bernama Wayne Jaeschke mengamati awan misterius di Mars. Ia mempublikasikan hasil pengamatannya di website miliknya, exosky.net. Citra awan itu didapatkan lewat pengamatan dengan teleskop dari Pennsylvania. Pengamatan dilakukan pada 20 Maret 2012 sekitar pukul 2.50 UT. Berdasarkan pengamatan, awan itu terdapat di atas dataran mars bernama Acidalia pada ketinggian 240 meter. Awan itu juga tampak terus mengikuti gerak Mars dari sudut pandang Bumi. Temuan Jaeschke memancing banyak komentar. Ada yang mengatakan bahwa awan itu adalah debu dari tumbukan meteorit, badai yang sangat besar ataupun hanya tipuan cahaya. Peneliti yang tergabung dalam misi Mars Odyssey akan berusaha mencitrakan awan itu dengan kamera sinar tampak maupun inframerah. "Tim peneliti atmosfer kami sangat berharap kemungkinan untuk tak cuma mendapatkan citra struktur awan, tapi juga temperaturnya," kata Jonathon Hills dari Arizona State University, seperti dikutip MSNBC, Senin (26/3/2012). Sumber : MSNBC
 

Planet Jenis Baru Punya Air Melimpah

MASSACHUSETS,— Tahun 2009, astronom menemukan planet GJ 1214b. Planet itu berjarak 40 tahun cahaya (1 tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer) dari Bumi serta memiliki diameter 2,7 kali Bumi dan massa 7 kali Bumi. Saat penemuan, ilmuwan mencatat bahwa GJ1214b adalah eksoplanet atau planet di luar tata surya kita pertama yang punya atmosfer. Lewat penelitian lanjut pada tahun 2010, astronom akhirnya juga mengetahui bahwa GJ1214b punya air. Kini, misteri dunia baru ini semakin terkuak. Dengan menggunakan Wide Field Camera 3 Teleskop Antariksa Hubble, astronom menemukan bahwa GJ1214b ialah planet jenis baru. "GJ1214b tidak seperti planet yang kita tahu. Sejumlah besar fraksi yang menyusunnya terdiri dari air," kata Zachary Berta dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics seperti dikutip situs Discovery, Selasa (21/2/2012). GJ 1214b memiliki atmosfer yang kaya uap air. Hal ini diketahui berdasarkan analisis data teleskop Hubble, di mana spektrum GJ 1214b tampak dalam spektrum warna yang lebih luas. Meskipun GJ 1214b kaya akan air, karakter eksoplanet ini berbeda dengan Bumi. Analisis massa jenis membuktikan, GJ 1214b punya air yang lebih banyak dan batuan yang lebih sedikit dari Bumi. Massa jenis air adalah 1 g/cm3 dan massa jenis Bumi adalah 5,5 g/cm3. Dengan massa jenis 2 g/cm3, maka pasti GJ 1214b mayoritas tersusun oleh air. Diketahui, GJ 1214b mengorbit bintangnya setiap 38 jam pada jarak 2 juta kilometer. Astronom memprediksi, suhu planet ini adalah 239 derajat celsius. "Temperatur dan tekanan yang tinggi akan membentuk material eksostis seperti 'es panas' atau 'air super cair', substansi yang tak dikenal dalam dunia kita," jelas Berta. Berta berpendapat bahwa pada awalnya GJ 1214b terbentuk di wilayah jauh dari bintang induknya, di mana air dalam bentuk es begitu melimpah. GJ 1214b kemudian bermigrasi mendekati bintangnya sampai melewati zona layak huni di tata surya tersebut. Sampai saat ini, belum diketahui berapa lama proses tersebut berlangsung. Sumber : DISCOVERY
 

Astronom Indonesia Temukan Tata Surya Tertua

JAKARTA,— Johny Setiawan, astronom Indonesia, beserta astronom Eropa berhasil menemukan tata surya tertua. Dunia baru tersebut terdiri atas satu bintang yang dikelilingi oleh dua planet. Tata surya tersebut dikatakan tertua karena berumur 12,8 miliar tahun, hanya 900 juta tahun lebih muda dari semesta yang tercipta lewat Big Bang pada 13,7 miliar tahun lalu. Bintang induk pada tata surya tersebut diberi nama HIP 11952 sesuai penamaan obyek dari katalog Hipparcos. Sementara kedua planet yang mengorbit bintang tersebut diberi nama HIP 11952 b dan HIP 11952 c. HIP 11952 juga dijuluki "Sannatana". Dalam bahasa Sansekerta, kata tersebut berarti abadi atau purba, sesuai dengan keunikan tata surya baru ini. Sistem keplanetan yang baru saja ditemukan ini diperkirakan terbentuk saat galaksi Bimasakti masih bayi atau bahkan belum terbentuk. Jarak tata surya ini bahkan tak jauh, hanya 375 tahun cahaya dari Bumi. "Ini sama perumpamaannya dengan menemukan benda arkeologi di pekarangan rumah sendiri," ungkap Johny lewat e-mail yang diterima Kompas.com, Jumat (23/3/2012) lalu. Dua planet yang mengitari HIP 11952 ditemukan dengan metode kecepatan radial. Teknik ini didasarkan pada observasi gerakan bintang induk akibat planet-planet yang mengelilinginya. Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2011 menggunakan spektrometer FEROS (Fibre-fed Extended Range Optical Range Spectograph) pada teleskop 2,2 meter di Observatorium La Silla, Cile. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa dua planet di tata surya baru ini ialah planet gas raksasa berukuran 0,8 dan 2,9 kali Jupiter. Masing-masing berevolusi dengan periode 7 dan 290 hari. Anomali Tata surya baru ini bisa dikatakan anomali. Pasalnya, bintang induk pada sistem keplanetan ini miskin logam, diperkirakan hanya 1 persen dari kandungan logam Matahari. Teori saat ini menyatakan bahwa bintang-bintang dengan kandungan logam tinggi cenderung memiliki peluang lebih besar untuk memiliki planet, dan sebaliknya. Sejauh ini, HIP 11952b dan HIP 11952c adalah temuan planet kedua yang mengelilingi bintang miskin logam. Tahun 2010, ditemukan planet yang mengelilingi HIP 13044 yang juga miskin logam. Berdasarkan hasil penelitian, Johny mengatakan, "Kedua planet yang mengitari HIP 11952 membuktikan bahwa planet-planet ternyata memang dapat terbentuk di sekitar bintang yang kandungan logamnya sedikit." Tak cuma itu, Johny yang bertahun-tahun bekerja di Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman, mengatakan bahwa planet di sekelilling bintang melarat logam mungkin umum. Observasi pada bintang-bintang tua masih diperlukan untuk mengonfirmasi hal tersebut. Tim peneliti masih akan terus mencari jawabannya. Secara lebih luas, secara teoritis diketahui bahwa lingkungan awal semesta hanya terdiri atas hidrogen dan helium. Unsur-unsur logam yang lebih berat terbentuk lewat proses lebih lanjut seperti supernova. Penelitian ini menunjukkan bahwa manusia bisa berharap adanya planet-planet purba yang terbentuk pada awal semesta, walau kondisinya dipandang kurang memungkinkan. Hasil penelitian Johny dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics yang terbit minggu ini. Johny kini mengabdi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin.
 

Astronom Temukan Supernova Baru

WASHINGTON,— Supernova baru ditemukan di galaksi Meisser 95 (M95), jenis galaksi apiral yang terletak di konstelasi Leo. Astronom yang bekerja di observatorium Crni Vrh, Slovenia, J Skvarc, adalah yang pertama mendeteksi supernova tersebut pada Sabtu (18/3/2012) lalu. Awalnya, Skvarc melihat supernova tersebut sebagai bintik cahaya. Setelah membandingkan dengan tujuh arsip citra M95, Skvarc yakin bahwa bintik itu adalah supernova. Skvarc melaporkan temuannya ke Central Bureau of Astronomical Telegram (CBAT). Selasa (21/3/2012) lalu, International Astronomy Union meresmikan temuan Skvarc sebagai supernova, dinamai SN 2012aw. SN 2012aw unik karena jaraknya. Dengan jarak ke galaksi M95 yang hanya 37 juta tahun cahaya dari Bumi, supernova ini merupakan yang terdekat yang pernah diobservasi. Supernova adalah ledakan bintang yang memancarkan energi. Peristiwa supernova menandai akhir kehidupan suatu bintang. Kebanyakan supernova, karena terjadi di tempat sangat jauh, baru bisa dilihat saat terang maksimum. Namun, karena terjadi di jarak relatif dekat, SN 2012aw bisa memberi gambaran bagaimana supernova terjadi. Ulisse Munari dari National Institute of Astrophysics di Italia, seperti dikutip National Geographic, Jumat (23/3/2012), mengatakan, "Astronom bisa menggunakan ini untuk menginvestigasi bagaimana awal ledakan terjadi di dalam struktur bintang." Sumber : National Geographic News
 

Lubang Hitam Bisa Melemparkan Planet

MASSACHUSETS,— Simulasi komputer menunjukkan bahwa gravitasi lubang hitam bisa melemparkan planet keluar dari orbitnya. Planet yang terlempar lumrahnya akan bergerak dengan kecepatan 11-16 juta km per jam. Namun, bisa saja kecepatan mencapai 48 juta km per jam. "Planet-planet itu akan menjadi benda tercepat yang bergerak di galaksi kita," kata Avi Loeb, peneliti di Harvard Smithsonian Center for Astrophysics di Massachusets, Amerika Serikat, seperti dikutip BBC, Jumat (23/3/2012). Perlu diketahui, dengan kecepatan itu, planet bergerak 450 kali lebih cepat daripada kecepatan revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Dengan kecepatan itu, manusia bisa pergi dari London ke New York hanya dalam waktu kurang dari 1/2 detik, atau bisa pergi ke Bulan dalam waktu hanya 30 detik. Bagaimana planet bisa terlempar? Peristiwa ini bisa dialami oleh planet yang ada dalam sistem bintang ganda atau tata surya yang memiliki dua bintang. Jika tata surya tersebut ada di dekat lubang hitam, maka lubang hitam akan memakan salah satu bintang. Sementara itu, bintang lain akan terlempar jauh dengan kecepatan super-tinggi. Planet-planet pengorbit bintang yang dimakan itulah yang bisa terlempar. Menurut para astronom, terlemparnya planet ini pernah diobservasi tujuh tahun lalu. Astronom mendeteksi adanya benda angkasa yang bergerak keluar dari Bimasakti dengan kecepatan 2,4 juta km per jam. Sumber : BBC
 

Ditemukan, Galaksi Berbentuk Tablet

MELBOURNE,— Astronom menemukan galaksi unik bernama LEDA 074886. Galaksi itu berbentuk tablet, memiliki sudut bak obat tablet ataupun iPad. LEDA 074886 terletak pada jarak 70 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya di konstelasi Eridanus. Galaksi ini ditemukan lewat pengamatan dengan teleksop Subaru di Hawaii. Alister Graham dari Swinburne University of Technology di Australia, astronom penemu galaksi ini, mengatakan, "Awalnya saya kira ini kesalahan. Tapi akhirnya saya tak bisa berhenti tersenyum." Kebanyakan galaksi berbentuk piringan dengan spiral, ellips ataupun ireguler. Dengan bentuk tablet, galaksi ini adalah sebuah anomali. Graham mengatakan bahwa galaksi ini terletak di tepian galaksi lain yang lebih masif, bernama NGC 1407. Galaksi tablet ini 50 kali lebih redup dari Bimasakti. Wajar jika eksistensinya lama tak terdeteksi. Menurut Graham, galaksi tablet ini adalah gabungan dari dua galaksi spiral. Saat bergabung, poros dua galaksi membentuk sudut galaksi tablet. LEDA 074886 adalah sebuah galaksi hibrida karena memiliki ciri dua galaksi yang bergabung. Berdasarkan teori, galaksi elips cenderung miskin material pembentuk bintang. Simulasi komputer akan menunjukkan bahwa saat dua galaksi elips bergabung, galaksi balok terbentuk dengan aktivitas bintang minim. Kontras dengan galaksi elips, model menunjukkan bahwa galaksi dengan gas pembentuk bintang yang banyak tak akan menjadi galaksi tablet jika merger dan memiliki aktivitas bintang tinggi. LEDA 074886 unik karena selain memiliki bentuk tablet, aktivitas bintang juga terdeteksi di piringannya. Keunikan ini akan membantu astronom mengembangkan model merger galaksi yang lebih kompleks. Ben More, pakar fisika teoretis dari University of Zurich yang juga terlibat penelitian, akan mengembangkan model pembentukan LEDA 074886 dengan superkomputer tahun ini. Graham, seperti dikutip National Geographic, Selasa (20/3/2012), menuturkan bahwa model itu akan memprediksi umur bentuk tablet. Menurut Graham, kecuali LEDA 074886 bisa merger dengan galaksi yang pas, bentuk tablet yang dimilikinya akan hilang dalam beberapa miliar tahun. Hasil studi Graham dan rekannya akan segera dipublikasikan di Astrophysical Journal. Sumber : National Geographic News
 

Galaksi Mengubah "Sampah" Menjadi Bintang

HEIDELBERG, - Upaya mengubah sampah menjadi barang yang berguna tak cuma dilakukan manusia, tetapi juga galaksi-galaksi di semesta, termasuk Bimasakti. Demikian kesimpulan Kate Rubin dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman setelah mengamati 100 galaksi pada jarak 5-8 miliar tahun cahaya dengan Teleskop Keck I di Hawaii. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa ada 6 galaksi yang menarik kembali gas di ruang angkasa. Material gas yang ditarik semula berasal dari ledakan supernova maupun radiasi bintang. "Sampah" galaksi yang ditarik kembali tersebut akan diubah menjadi bintang yang sama sekali baru. Rubin memperkirakan, Bimasakti mengubah material setara dengan massa Matahari untuk menciptakan bintang baru tiap tahun. Namun, Bimasakti tak punya bahan baku cukup untuk melakukannya selama miliaran tahun sehingga melakukan daur ulang. Menurut Rubin, jumlah galaksi yang melakukannya sebenarnya lebih banyak. Hanya saja, kesulitan observasi membuat astronom juga sulit memastikannya. Ia mengatakan, temuan ini bisa menjadi dukungan pada teori daur ulang galaksi. "Ini kepingan puzzle dan bukti penting bahwa daur ulang kosmos bisa memecahkan misteri bahan baku yang hilang," kata Rubin seperti dikutip Space, Rabu (14/3/2012).
 

Video 3 Menit Ungkap Evolusi Bulan

WASHINGTON,- Memperingati 1000 hari misi Lunar Reconaissance Orbiter (LRO) sejak peluncuran pada 18 Juni 2009 lalu, NASA meluncurkan video yang menunjukkan proses evolusi Bulan.

Kebanyakan manusia, dari sudut pandang pengamatan di Bumi, menyangka bahwa Bulan selalu tampak sama sepanjang waktu. Padahal, Bulan mengalami banyak perubahan dalam "kehidupannya".

Video yang dirilis NASA menyuguhkan proses evolusi Bulan yang berlangsung mulai 4,5 miliar tahun yang dalam durasi waktu hanya 3 menit.

Dalam video itu, terlihat bahwa antara 4,5 - 4,3 miliar tahun yang lalu, benda angkasa raksasa menumbuk kutub Bulan, membentuk South Pole Aitken Basin yang lebarnya 2.500 km dan dalamnya 13 km.

Tergambar juga bahwa tumbukan benda angkasa terus terjadi setelahnya. Periode 4,1 - 3,8 miliar tahun yang lalu dikenal sebagai Heavy Bombardment, dimana banyak objek angkasa menumbuk permukaan.

Video juga menunjukkan adanya proses vulkanisme di Bulan. Selain itu juga proses pembentukan kawah yang terjadi mulai 3,8 miliar tahun yang lalu.

Berikut videonya
 

5000 Gelembung Angkasa Ditemukan

CHILE,- Sebanyak 5000 gelembung angkasa ditemukan di Galaksi Bimasakti oleh tim yang terdiri dari ilmuwan amatir. Gelembung-gelembung itu berkaitan dengan bintang muda dan panas. Banyaknya gelembung yang ada menandakan bahwa Bimsakati merupakan tempat pembentukan bintang yang jauh lebih aktif dari yang diduga. "Piringan Bimsakati seperti champagne dengan gelembung-gelmbung di semua sisinya," ungkap Eli Bresselt, mahasiswa doktoral yang melakukan penelitian di European Southern Observatory (ESO). Penemuan 5000 gelembung angkasa ini melibatkan 35.000 sukarelawan yang tergabung dalam Proyek Bimasakti. Observasi dilakukan dengan Spitzer Space Telescope milik NASA. Seperti diberitakan Space, Jumat (9/3/2012), jumlah gelembung yang ditemukan 10 kali lebih banyak yang yang diperkirakan. Pimpinan investigasi Proyek Bimasakati, Robert Simpson dari Oxford University, mengatakan, "Proyek Bimasakti adalah upaya untuk melihat data yang banyak dan indah dari Spitzer serta mengekstrak informasi secara menyenangkan, online dan melibatkan publik." Dalam observasi, ilmuwan amatir diminta memberi tanda bendera pada gelembung yang ditemukan. Gelembung akan dikatalogkan jika telah ada minimal 5 orang yang menandai gelembung yang sama. Berdasarkan penemuan, ilmuwan mengungkapkan bahwa gelembung lebih jarang ditemukan di tepian galaksi. "Kami memperkirakan bahwa pembentukan bintang paling banyak terjadi di pusat galaksi karena di sanalah gas bermassa jenis tinggi terdapat. Proyek ini mengungkap lebih banyak pertanyaan daripada jawaban," kata Bressert. Hasil studi telah dimasukkan ke jurnal Monthly Notice of the Royal Astronomical Society. Sumber : SPACE.COM
 

Penampakan "Ular Putih" di Mars

WASHINGTON,— Wahana Mars Reconaissance Orbiter menangkap penampakan "ular putih" pada 16 Februari 2012 yang lalu ketika melintas di wilayah Amazonis Planitia, bagian utara Mars. Ular putih tersebut diketahui berada pada ketinggian 800 meter dari permukaan Mars. Perkiraan menunjukkan bahwa panjang ular putih itu sekitar 30 meter. Menurut penjelasan NASA, penampakan ular putih tersebut adalah udara yang berputar dan terlihat karena menarik debu dari permukaan Mars. Debu bisa ditarik karena gravitasi Mars relatif kecil. Panas Matahari memanaskan permukaan Mars. Udara di sekitar permukaan yang terpanaskan mulai berotasi dan bergerak ke atas. Akhirnya, massa udara itu naik dan membawa debu yang ada di permukaan. NASA, seperti diberitakan Space, Kamis (8/3/2012), mengungkapkan bahwa bukan Mars saja yang bisa mengalami fenomena serupa. Penampakan yang sama bisa terjadi di Bumi. Angin di Bumi dan Mars sama-sama dipengaruhi oleh panas. Citra ini adalah yang kesekian kalinya dihasilkan wahana Mars Reconaissance Orbitter. Wahana tersebut diluncurkan pada tahun 2005 dengan tugas meneliti lingkungan purba Mars dan bagaimana proses angin dan hantaman meteorit memengaruhi permukaan Mars saat ini. Sumber : SPACE.COM
 

LAPAN: Badai Matahari Ganggu Komunikasi

JAKARTA,- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mencatat beberapa dampak ledakan besar Matahari kelas X5.4 dan X1.3 yang terjadi pada Rabu (7/3/2012). "Dampak langsung sesaat setelah flare terdeteksi oleh ionosoda Sumedang. Rabu, 7 Maret 2012, terjadi blackout pada pukul 7.00 - 09.00 WIB. Kemungkinan mengganggu komunikasi radio frekuensi 3-6 MHz," kata peneliti astrofisika LAPAN, Thomas Djamaluddin, Jumat (9/3/2012). Thomas mengungkapkan, ionosoda LAPAN mencatat kondisi di ionosfer. Ketika terjadi blackout, artinya semua pengguna komunikasi radio gelombang pendek di Indonesia terganggu. Blackout terjadi sesaat setelah ledakan terjadi. Dua ledakan matahari terbesar dalam 5 tahun terakhir tersebut terjadi pada pukul 07.02 WIB dan sekitar satu jam setelahnya. Ledakan itu memicu lontaran massa korona (CME) yang mengarah ke Bumi. Berdasarkan catatan NASA, CME akhirnya sampai ke Bumi pada Kamis (8/3/2012) sekitar pukul 17.45 WIB. Thomas mengatakan bahwa CME yang sampai ke Bumi tidak mengakibatkan blackout. Dampak badai Matahari lain juga terjadi semalam. "Tengah malam tadi terjadi plasma bubble mulai pukul 23.00 WIB yang mungkin menyebabkan fading pada komunikasi radio dan sintilasi pada komunikasi satelit. Selain itu, magnetometer LAPAN mencatat terjadinya badai geomagnetik," jelas Thomas. Thomas menuturkan, fading adalah kondisi ionosfer yang tidak normal sehingga mengganggu komunikasi, navigasi, dan penginderaan jauh. Ini juga menyebabkan global positioning system (GPS) menjadi tidak akurat. Adapun sintilasi secara sederhana bisa dikatakan sebagai sinyal yang putus-putus. Meski beberapa dampak terjadi, Thomas mengatakan bahwa badai Matahari tak berdampak langsung bagi manusia. Tak ada korban material maupun korban jiwa akibat fenomena ini. Matahari kini tengah memasuki periode aktifnya dan akan memuncak pada tahun 2013. Sepanjang periode aktif, frekuensi ledakan Matahari akan semakin sering. Besarnya dampak ledakan akan tergantung besarnya ledakan dan arah lontaran massa korona.
 

Badai Matahari, Stasiun Antariksa Aman

WASHINGTON,— Dua ledakan Matahari terbesar dalam 5 tahun terakhir terjadi pada Rabu (7/3/2012). Ledakan tersebut dikategorikan sebagai kelas X5.4 dan X1.7. Akibat ledakan tersebut, lontaran massa korona (CME) bergerak menuju ke Bumi. Lontaran tersebut sampai ke Bumi pada Kamis (8/3/2012) pada pukul 17.45 WIB. Space.com, Kamis, melaporkan bahwa badai Matahari membuat satelit milik European Space Agency (ESA), Venus Express, mengalami gangguan fungsi kamera pelacak bintang (startracker). Meski demikian, badai Matahari hanya berdampak kecil bagi Bumi. Antisipasi telah dilakukan, misalnya oleh maskapai penerbangan Delta Airlines, dengan mengubah rute perjalanan. Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) beberapa kali terpapar radiasi badai matahari. Astronot diharuskan berlindung di dalam ISS untuk menghindari efek buruk radiasi. Namun, kali ini badai Matahari besar yang terjadi tak membahayakan ISS. Rob Navias, juru bicara NASA, seperti dikutip Space kemarin, mengatakan, "Tak ada bahaya, tak ada keharusan untuk berlindung." Sementara tweet NASA juga menyatakan hal serupa. "Badai Matahari tak berbahaya bagi ISS atau krunya. Doktor di Kontrol Misi di Houston selalu melakukan monitor level radiasi, yang masih bisa diterima." Ledakan Matahari yang terjadi pada hari Rabu lalu muncul dari bintik Matahari AR1429. Besarnya ledakan ini mengalahkan ledakan pada 27 Januari lalu yang masuk kelas X1.7. Namun, ledakan masih kalah dengan ledakan pada Februari 2003 yang masuk kelas X28. Sumber : SPACE.COM
 

Badai Matahari Membutakan Satelit Venus

PARIS,— Badai Matahari terbesar yang terjadi pada Rabu (7/3/2012) merupakan yang terkuat dalam lima tahun terakhir. Badai ini membutakan satelit milik European Space Agency (ESA) yang mengorbit Venus, Venus Express. Space.com pada Kamis (8/3/2012) melaporkan bahwa radiasi dari badai Matahari membuat kamera yang terdapat di wahana antariksa tersebut tak mampu mendeteksi bintang. "Kami tak mampu mendeteksi bintang apa pun jadi kami ubah ke unit B, tetapi kami menemukan hal yang sama. Kedua kamera dibutakan oleh badai Matahari," kata Octavio Camino, Manager Proyek Venus Express. Kamera yang rusak sejatinya adalah pelacak bintang atau startracker. Kamera tersebut membuat wahana mampu menentukan posisi dan orientasi di angkasa, persis ketika pelayar membaca rasi bintang. Informasi yang didapatkan kamera dikalibrasi dengan alat yang disebut giroskop. Dengan cara ini, wahana antariksa mengetahui arah gerak dan sudutnya. Dalam misi antariksa, kamera ini sangat krusial. Pasalnya, wahana mengarahkan panel surya ke Matahari dan antenanya ke Bumi. Tanpa kamera ini, wahana bisa gagal berfungsi. Startracker pada Venus Express telah 5-10 kali gagal berfungsi akibat badai Matahari. Namun, kegagalan kali ini adalah yang terlama, mencapai 40 jam. "Ini tak biasa. Kami pernah mengalami gagal berfungsi selama 32 jam, tetapi kali ini cukup lama. Jadi, ini kasus istimewa," kata Paolo Ferri, ilmuwan ESA. Kegagalan fungsi startracker pada Venus Express tidak permanen. Jadi, ini tak berarti Venus Express tak bisa dipakai lagi. Penanganan yang tepat bisa "menyembuhkan" Venus Express dari kebutaan. Saat ini, ESA masih terus memantau aktivitas Matahari yang dianggap belum menunjukkan tanda penurunan. ESA akan melakukan beberapa operasi. Kontrol misi akan menghentikan beberapa fungsi wahana antariksa hingga situasi normal. "Kami tak berasumsi masalah ini akan menjadi permanen. Normal saja Matahari naik dan turun seperti ini dan kita hanya butuh periode pendek untuk diam dan memulihkan lagi ke kondisi normal, yaitu kondisi saat stratracker mampu membaca bintang lagi dengan sendirinya. Ada banyak aktivitas 'pengasuhan bayi' sekarang, tetapi kami tak berharap ini selamanya," papar Ferri. Sumber : SPACE.COM
 

Badai Matahari Terbesar Mengarah ke Bumi

WASHINGTON, — Badai Matahari akan menghantam Bumi, Kamis (8/3/2012) pada pukul 13.00-17.00 WIB. Badai Matahari tersebut berasal dari dua ledakan Matahari terbesar dalam 5 tahun yang terjadi pada Rabu (7/3/2012). Ledakan Matahari digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu C, M dan X. Kelas C menunjukkan ledakan kecil, M adalah ledakan kelas menengah, sedangkan X adalah ledakan besar. Dua ledakan yang terjadi pada Rabu kemarin masing-masing tergolong kelas X5.4 dan X1.3. Ledakan pertama yang lebih besar terjadi pada pukul 07.02 WIB, sedangkan ledakan kedua terjadi satu jam kemudian. Ledakan yang terjadi memecahkan rekor ledakan terbesar dalam lima tahun yang sebelumnya dipegang oleh ledakan pada 27 Januari 2012, tergolong kelas X1.7. Sementara astronom mencatat bahwa erupsi Matahari terbesar pernah terjadi pada tahun 2003. Erupsi tergolong dalam kelas X28. Space.com pada Rabu melaporkan bahwa pada saat ledakan terjadi, wahana Stereo-B milik NASA melihat awan partikel besar yang disebut lontaran massa korona (CME) dihasilkan dari ledakan. Menurut pengamatan Tony Phillips, astronom yang menuliskan laporan di Spaceweather, ledakan kelas X5.4 muncul pada bintik Matahari AR1429. Sebelumnya, bintik ini jugalah yang menyebabkan ledakan pada Minggu (5/3/2012). Badai Matahari yang menghantam Bumi hari ini bisa menyebabkan munculnya aurora. Fenomena ini bisa dinikmati oleh warga Bumi yang berada di wilayah lintang tinggi, misalnya Amerika Utara. Yang perlu diwaspadai, badai Matahari bisa mengakibatkan perubahan pada lapisan ionosfer di atmosfer Bumi sehingga mengganggu komunikasi radio. Badai Matahari, jika tak diantisipasi, juga berpotensi mengakibatkan padamnya listrik. Tahun 1989, listrik di wilayah Quebec, Kanada, padam akibat badai Matahari. Selain itu, badai Matahari juga berpotensi mengakibatkan gangguan koneksi internet. Badai juga bisa berdampak pada gangguan sistem perbankan. Meski demikian, badai Matahari tidak mengakibatkan peningkatan suhu Bumi dan cuaca ekstrem. Badai Matahari juga tidak akan menyebabkan kepunahan makhluk hidup di Bumi alias kiamat. Jadi, tak perlu panik. Sumber : AP, Space, Spaceweather
 

Mars Bersinar Terang Malam Ini

JAKARTA,— Malam ini adalah malam terbaik untuk menyaksikan Mars. Planet tersebut akan tampak merah terang dan bisa dilihat tanpa teleskop. Kecerlangan Mars malam ini terkait dengan proses revolusi Mars mengelilingi Matahari yang kadang membawanya menuju titik terdekat dengan planet lain. Pada Sabtu (3/3/3012) lalu, Mars mencapai oposisi dengan Bumi. Oposisi Mars berarti kondisi di mana Bumi berada di antara Matahari dan Mars, mirip seperti kondisi gerhana Bulan. Secara logika, jika oposisi terjadi pada Sabtu maka Mars juga akan berada di titik terdekat Bumi pada hari itu juga. Tetapi, karena perbedaan orbit maka titik terdekat baru dicapai pada Senin (5/3/2012) atau malam ini. Malam ini, Mars akan berada pada jarak 100,7 juta kilometer dari Bumi. Mars pernah mencapai jarak terdekat ke Bumi selama 60.000 tahun pada peristiwa oposisi tahun 2003. Pada oposisi kali ini, Mars akan terlihat di konstelasi Leo. Planet yang diduga menyimpan air di bawah permukaannya ini tetap akan tampak terang di langit kota. Jadi, pasti bisa disaksikan dari Jakarta. Karena masih berdekatan dengan oposisi, maka Mars mulai bisa disaksikan hampir bersamaan dengan saat Matahari tenggelam. Saat matahari tenggelam di ufuk barat, Mars akan terbit di ufuk timur. Berdasarkan Stellarium, Mars akan tampak dengan magnitud -1.23. Magnitud ini menyatakan kecerlangan benda langit. Semakin negatif, maka benda langit makin mudah dilihat mata. Untuk melihatnya, paling mudah adalah mengarahkan pandangan ke timur jika mengamati sebelum tengah malam. Mars punya warna khas merah pucat, jadi seharusnya tak terlewat dari pandangan. Mars akan bisa disaksikan sepanjang malam hingga menjelang Matahari terbit. Jika menyaksikannya dini hari, maka pengamat harus mengarahkan pandangannya ke barat. Bersama dengan munculnya Mars, empat planet lain, yakni Merkurius, Venus, Jupiter, dan Saturnus, juga akan bisa dilihat. Bisa dikatakan, empat planet tersebut plus Mars sedang mengadakan parade malam ini. Merkurius tampak di ufuk barat sesaat setelah Matahari tenggelam. Begitu juga Venus dan Jupiter yang bisa disaksikan hingga sekitar pukul 21.00 WIB. Ketika Venus dan Jupiter tenggelam, Saturnus terbit. Mars akan terlihat terang hingga bulan April 2012. Setelahnya, masih bisa disaksikan hingga Februari 2013, tetapi dengan cahaya yang semakin meredup. Oposisi Mars berikutnya akan terjadi pada 8 April 2014 dengan waktu pengamatan terbaik pada 14 April 2014. Jika pengamat melewatkan kesempatan malam ini, maka pengamat harus menunggu sekitar 26 bulan dari sekarang.
 

Asteroid 2011 AG5 Berpotensi Menghantam Bumi

JAKARTA,- Pada 8 Januari 2011 lalu, astronom menemukan asteroid baru yang diberi nama 2011 AG5. Lewat kajian terbaru, astronom menunjukkan bahwa asteroid ini berpotensi menghantam Bumi. 2011 AG5 adalah asteroid berukuran lebar 140 meter. Sampai saat ini, astronom belum mengetahui komposisi asteroid ini, apakah terdiri dari batuan, es atau logam. Astronom mengungkapkan bahwa potensi hantaman asteroid ini adalah 1:625. Sementara, dalam skala Torino yang menyatakan potensi hantaman asteroid, 2011 AG15 masuk skala 1 dari 10. Apa dampaknya jika asteroid ini benar-benar menghantam Bumi? Donald Yeomans, kepala program observasi objek dekat Bumi di Jet Propulsion Laboratory, mengatakan bahwa jika menabrak Bumi, asteroid ini berpotensi menciptakan kawah dan menimbulkan tsunami. Dalam wawancara pada situs Universe Today, Kamis (1/3/2012), Yeomans mengungkapkan bahwa ketika masuk atmosfer Bumi, asteroid ini akan mulai terbakar pada ketinggian 65,5 km. "Puing terbesarnya akan mencapai permukaan Bumi dengan kecepatan 2,64 km/detik. Energi tumbukannya adalah 7,52 x 10^15 Joule atau sekitar 1,8 MegaTon," ungkap Yeomans. Akibat tumbukan, gempa bermagnitud 4,9 bisa terjadi. Wilayah tumbukan bisa seluas 1,17 x 0,824 km. Ada banyak kawah tumbukan yang bisa terbentuk. Kawah terbesar bisa berukuran lebar 400 meter. Jika berada di rentang jarak 10 km, sensasi seperti truk menabrak gedung akan dirasakan. Mobil akan bergoyang. Di ruangan, alat makan dan jendela akan bergoyang dan dinding akan membuat suara retak. "Letupan di udara dengan kecepatan 26,3 meter per detik akan terjadi 10-30 detik setelah tumbukan asteroid dengan Bumi," ungkap Yeomans kepada Universe Today. Tsunami bisa terjadi jika puing asteroid jatuh di lautan. Tsunami akan terjadi 6,18 menit setelah tumbukan. Ketinggian gelombang bisa mencapai 4,78-9,55 meter. Mengetahui tumbukan yang mungkin terjadi, astronom Ma'rufin Sudibyo mengatakan bahwa energi hantaman mencapai 7 kali letusan Merapi 2010. Kekacauan iklim lokal dan regional bisa terjadi 1-2 tahun setelahnya. Haruskah panik? Tentu, tak perlu. Alasan pertama adalah waktu tumbukan yang masih lama. Asteroid memang akan mendekati Bumi pada tahun 2023 dan 2028. Namun, 2011 AG5 baru diperkirakan menghantam Bumi pada 5 Februari 2040. Dengan waktu lama, upaya menangkal hantaman asteroid masih bisa diupayakan. salah satu cara, astronom tengah mengembangkan metode menghalau asteroid dengan mengacaukan orbitnya. Alasan kedua adalah kemungkinan hantaman masih bisa berkurang. "Peluang 1:625 adalah berdasarkan prediksi dari data NASA saat ini. Observasi lebih lanjut kemungkinan besar akan mengurangi peluang hingga nol," jelas Yeomans. Satu hal lagi, tumbukan juga takkan menyebabkan kepunahan massal. Jadi, tak akan ada kiamat akibat hantaman asteroid ini, jika memang nanti terjadi.
 

Waspadai Dampak Kenaikan Suhu Global

DEPOK, - Kenaikan suhu global berdampak pada kehidupan manusia. Tak hanya mengancam kemerosostan ekonomi, kenaikan suhu global juga bisa berdampak buruk pada kesehatan manusia. Persoalan ini dipaparkan dalam peluncuran program Green Map di Kampus UI, Depok, Jumat (2/3/2012). Hadir dalam acara tersebut Duta Besar Inggris Mark Canning dan Rektor UI Gumilar R. Somantri. Kegiatan yang diikuti lebih dari 300 peserta dari berbagai universitas di Jakarta ini menghadirkan pembicara dari Dewan Nasional Perubahan Iklim serta tim UK Climate Change Unit di Indonesia. Green Map ini menggambarkan bagaimana dampak dari kenaikan suhu global sebesar 4 derajat di Asia Tenggara. Di Indonesia, hal ini dapat menyebabkan lima juta orang yang menggantungkan diri pada perikanan akan kehilangan hasil tangkapannya. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan suhu laut menjadi lebih panas yang berujung pada penurunan potensi hasil tangkapan perikanan. Dalam bidang pertanian, seperti jagung dan padi, suhu 4 derajat tersebut telah menyebabkan penurunan produksi lima persen akibat kekeringan dan meningkatnya potensi intrusi air asin pada pertanian pesisir yang rentan akibat naiknya permukaan laut. Dalam bidang kesehatan, kenaikan suhu global tersebut telah mendorong banyaknya kasus penyakit yang berhubungan dengan panas, termasuk stress, stroke, dan gangguan kardiovaskular. Tidak hanya itu, penyakit dengan vector seperti demam berdarah dan malaria juga mengalami perubahan lokasi serangan dan durasi penularan yang lebih lama. Tentu saja segala potensi bencana tersebut dapat kita hindari, bila seluruh komponen masyarakat bekerja keras untuk mereduksi dengan melakukan gerakan hidup hijau yang ramah lingkungan.
 

Mulai Malam Ini, Lima Planet Gelar "Parade"

JAKARTA— Lima planet di Tata Surya akan menggelar "parade" yang bisa disaksikan penduduk Bumi pada akhir pekan ini hingga beberapa hari selanjutnya. Menurut publikasi National Geographic, Selasa (28/2/2012), parade lima planet tersebut termasuk langka, terakhir terjadi pada tahun 2004. Planet-planet yang akan tampil dalam parade tersebut adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Kelima planet takkan tampil sekaligus, tetapi secara bergiliran sejak senja hingga fajar. Pada Sabtu (3/3/2012) malam, parade bisa disaksikan hingga lebih kurang Rabu (7/3/2012). Bila jeli, maka planet bisa disaksikan tanpa alat bantu. Sekitar pukul 18.30 WIB hari ini, Merkurius, Venus, Jupiter, dan Mars sudah bisa disaksikan. Merkurius akan tampak di ufuk barat dengan magnitud -0,52. Pengamatan planet ini harus lebih jeli karena tampak dekat dengan Matahari. Sementara itu, Venus dan Jupiter juga akan bersinar di langit barat, masing-masing dengan magnitud -4,12 dan -2,01. Di ufuk timur, Mars ada dalam kesendirian, tampak dengan magnitud -1,23. Magnitud menyatakan kecerlangan benda planet. Semakin negatif, semakin cerlang benda langit dan semakin mudah dilihat mata. Kesempatan mengamati Merkurius sangat singkat. Sekitar pukul 19.00 WIB, planet ini sudah menghilang dari pandangan mata. Venus dan Jupiter bisa diamati lebih lama, namun juga akan tenggelam sekitar pukul 20.30 WIB. Sementara itu, semakin malam, Mars akan semakin bergerak ke atas. Hingga menjelang fajar, planet ini masih bisa diamati. Saturnus, si planet bercincin, akan hadir di langit timur dengan magnitud 1,01 mulai sekitar pukul 21.30 WIB. Untuk melihat parade planet ini, akan lebih baik mencari tempat yang lapang dan jauh dari polusi cahaya. Jangan lupa membawa perlengkapan, seperti jaket, minuman hangat, kamera, dan teleskop, jika sewaktu-waktu ingin mengamati lebih jelas. Selain planet, masih ada obyek langit lain yang bisa disaksikan. Selain Bulan, ada bintang Sirius yang merupakan bintang paling terang. Untuk mempermudah pengamatan, ada baiknya mengunduh software Stellarium agar mengetahui posisi planet.
 

Bumi Terbentuk dari Campuran Meteorit

LYON,— Bumi ternyata terbentuk dari beragam jenis meteorit. Inilah hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (2/3/2012). Caroline Fitoussi dan Bernard Bourdon dari Ecole Normale Superieure de Lyon, Perancis, adalah pakar geokimia yang ada di balik studi tersebut. Fitoussi dan Bourdon menganalisis isotop silikon pada batuan Bumi dan meteorit. Proses penelitian dilakukan di Swiss Federal Institute of Technology di Zurich, Swiss. Sebelumnya, dipercaya bahwa Bumi terbentuk dari subkelas meteorit yang disebut enstatite chondrite. Alasannya, batuan Bumi dan meteorit jenis tersebut punya persamaan isotop oksigen, nikel, dan krom. Dalam penelitian ini, Fitoussi dan Bourdon membandingkan batuan Bumi dengan dua jenis meteorit, yakni enstatite chondrite dan enstatite achondrite, serta batuan Bulan koleksi NASA. Chondrite adalah jenis meteorit yang belum mengalami diferensiasi dari kondisi awalnya. Sementara enstatite chondrite adalah jenis meteorit yang kaya mineral enstatite (MgSiO3). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa Bumi tidak hanya terbentuk dari material meteorit enstatite chondrite, tetapi juga enstatite achondrite. "Ini pertama kalinya komposisi isotop dari beragam unsur di enstatite chondrite dan Bumi diobservasi. Hasilnya sangat berbeda dengan hasil observasi sebelumnya," kata Fitoussi. Analisis isotop silikon juga mengungkap bahwa Bumi dan Bulan memiliki persamaan. Ini memberi petunjuk bahwa material yang membentuk Bulan bercampur dengan material di mantel Bumi sebelum Bulan terbentuk. "Ini akan memberitahukan pada kita tentang bagaimana Bulan terbentuk dan apa saja batasan-batasannya," jelas Fitoussi seperti dikutip Space, Jumat hari ini. Sumber : SPACE.COM
 

Date A Live

Date A Live
Ratatoskr

Eureka seveN

Eureka seveN

Pages - Menu

5

~

diooda