Select Language

~ [DR]~

you tube downloader

http://www.4shared.com/file/R80jnH1d/youtube-downloader.html
 
CALIFORNIA, - Selama 20 tahun terakhir, astrofisikawan telah mengamati bintang-bintang atau pun objek angkasa lainnya bergerak di dekat Sagitarius A (baca: bintang A), sebuah lubang hitam di galaksi Bimasakti. Namun, mereka belum pernah menjumpai adanya massa yang terhisap dalam lubang hitam tersebut. Kini, dengan peralatan yang ada, astrofisikawan mampu membuat perkiraan. Observasi dengan Very Large Telescope di Chile yang berbasis inframerah menunjukkan, segumpal awan gas tengah bergerak menuju lubang hitam tersebut dengan kecepatan 1600 kilometer/jam. Pada tahun 2013, massa gas itu akan tiba di mulut lubang hitam, tanpa ada kesempatan untuk kembali. Massa gas itu mungkin akan segera dilahap lubang hitam setelahnya. Pada saatnya nanti, gravitasi lubang hitam akan mempercepat gerak massa gas dan memampatkannya. Massa gas akan dipanaskan hingga setidaknya 612 juta derajat Celsius dari sebelumnya hanya 227 derajat Celsius. Massa gas ketika dihisap akan mengemisikan sinar X. "Biasanya, yang kami lakukan adalah melihat cahaya. Dan, kita harus menemukan apa yang sedang terjadi," kata Eliot Quataert, astronom di Universitas California, Berkeley, seperti dikutip New York Times, Senin (19/12/2011). Quataert mengungkapkan, meski sinar X sering terobservasi, namun sumbernya tidak pernah diketahui. Momen tahun 2013 nanti akan sangat istimewa karena ilmuwan untuk pertama kalinya bisa mengobservasi sinar X dan sumbernya. Momen ini juga akan menjadi pembuktian dari teori yang berkembang.
 

5 Fenomena Langit Terbaik 2011

JAKARTA,— Matahari, bulan, planet, asteroid, dan meteor membuat banyak "ulah" pada tahun 2011 ini. Pergerakannya mengitari Matahari dan posisinya relatif terhadap Bumi, menyuguhkan fenomena langit menarik pada tahun 2011. Kompas.com terus mengikuti fenomena-fenomena langit yang terjadi sepanjang 2011, menyajikannya dalam bentuk artikel sains, dan mengajak khalayak untuk menikmatinya dengan memberi tips-tips sederhana. Nah, apa saja fenomena langit paling menarik dan paling direspons oleh pembaca Kompas.com? Berikut kami rangkum lima fenomena langit tersebut: 1. "Supermoon" Inilah fenomena langit paling menarik perhatian masyarakat tahun 2011. Supermoon adalah fenomena ketika bulan tampak lebih besar dari biasanya. Tepatnya, tujuh persen lebih besar. Supermoon terjadi pada Sabtu (19/3/2011) malam dan Minggu (20/3/2011) dini hari. Supermoon terjadi ketika bulan berada di jarak paling dekat dengan Bumi. Jarak antara Bulan dan Bumi saat itu hanya 356.377 kilometer, 30.000 kilometer lebih dekat daripada jarak rata-rata Bulan-Bumi. Supermoon sempat diduga menjadi salah satu sebab gempa dan tsunami di Jepang pada 11 Maret 2011. Supermoon juga sempat dikaitkan dengan gelombang tinggi. Namun, ilmuwan membuktikan bahwa dampak supermoon tak begitu signifikan. Kompas.com menyajikan artikel "Menanti Supermoon" pada 19 Maret 2011. Aktivitas di jejaring sosial membicarakan supermoon juga sangat besar. Supermoon sempat menjadi trending topics di Twitter. Artikel supermoon di Kompas.com sendiri dibagikan ke Facebook oleh lebih dari 12.000 orang! Supermoon benar-benar super. 2. Gerhana bulan total Ada dua gerhana bulan total yang terjadi pada tahun 2011, yakni pada Kamis (16/6/2011) dengan totalitas 100 menit pada pukul 02.22-04.02 WIB dan Sabtu (10/12/2011) dengan totalitas 50 menit pada pukul 21.07-21.57 WIB. Saat gerhana bulan total pada bulan Juni terjadi, Kompas.com sempat mengamati bersama anggota Himpunan Astronom Amatir Jakarta. Ketika gerhana hampir usai, Jupiter tampak menghiasi langit. Inilah gerhana bulan total terbaik tahun 2011. Sementara itu, gerhana bulan total pada bulan Desember relatif tak bisa disaksikan karena mendung dan hujan. Gerhana sama sekali tak tampak di Jakarta. Di Yogyakarta, Gombong, dan Samarinda, gerhana masih bisa disaksikan walaupun sedikit terganggu oleh awan. Dua gerhana total yang terjadi tahun ini mengundang perhatian pembaca Kompas.com. Artikel "Tiga Hari Lagi Gerhana Bulan Total" dibaca oleh sekitar 72.000 orang dan dibagikan ke Facebook oleh sekitar 11.000 orang. Sementara itu, artikel "Malam Minggu, Gerhana Bulan Terakhir Tahun Ini" dibaca oleh sekitar 74.000 orang dan dibagikan ke Facebook oleh 8.000-an orang. 3. Purnama Jupiter Bukan hanya bulan yang bisa purnama. Jupiter juga bisa mencapai purnama alias terlihat penuh dan sedikit lebih besar. Purnama Jupiter terjadi saat planet tersebut berada pada jarak paling dekat dengan Bumi, yakni 629 juta kilometer. Bumi, Jupiter, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Purnama Jupiter terjadi pada Jumat (28/10/2011). Saat Purnama, Jupiter tampil dengan magnitud -2,8. Planet terbesar di Tata Surya itu bersinar terang hingga terlihat oleh mata telanjang di Jakarta yang polusi cahayanya besar. Purnama Jupiter kali ini merupakan yang terbaik dalam 11 tahun terakhir. Artikel yang dihadirkan Kompas.com "Nantikan Purnama Jupiter Besok Malam" dibaca oleh lebih dari 57.000 orang, disukai 335 facebookers dan dibagikan ke jejaring sosial itu oleh 9.327 orang. Di Twitter pun, purnama Jupiter jadi perbincangan. 4. Bulan biru Ini adalah fenomena langka. Bulan biru sebenarnya didefinisikan sebagai purnama kedua dalam bulan yang sama, bukan berarti bulan memang tampak biru. Namun, tahun ini, Bulan benar-benar tampak kebiruan. Fenomena ini disaksikan oleh astronom Ma'rufin Sudibyo saat mengamati gerhana bulan total di Gombong pada Sabtu (10/12/2011). Ma'rufin mengatakan bahwa bulan yang kebiruan disebabkan oleh hasil hamburan ozon. Kompas.com mengulas tentang fenomena bulan biru dalam artikel "Gerhana Bulan di Gombong Tampak Kebiruan" dan "Bulan Biru Bukan Cuma Kiasan". Masing-masing dibaca oleh belasan ribu orang, dibagikan ke Facebook oleh lebih dari 500 orang. Fenomena bulan biru juga pernah terjadi beberapa tahun setelah Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Tak hanya "bulan biru", saat itu Matahari pun berwarna lavender. Hal tersebut dibahas dalam artikel "Bulan Biru dan Matahari Lavender" yang menarik minat puluhan ribu pembaca. 5. Dua hujan meteor pada bulan Ramadhan Ramadhan penuh berkah, dan kali ini berkahnya adalah dua hujan meteor. Masing-masing adalah hujan meteor Perseids dan Delta Aquarids yang memuncak pada 13 Agustus 2011. Hujan meteor Perseids dan Delta Aquarids menarik banyak minat dari pembaca http://achmadhairilsyah.blogspot.com/ Buktinya, artikel "Dua Hujan Meteor di Malam Bulan Ramadhan" dibaca oleh 26.000 orang serta dibagikan ke Facebook oleh lebih dari 2200 orang. Selain lima fenomena langit tersebut, sebenarnya masih banyak fenomena yang muncul. Salah satunya adalah purnama terkecil atau kebalikan dari supermoon yang terjadi 11 Oktober 2011. Ada pula komet Lovejoy yang menabrak Matahari, selamat dan akhirnya menampakkan diri menjelang Natal. Sayangnya, banyak fenomena tak bisa disaksikan oleh banyak orang. Tahun 2012, ada banyak fenomena langit yang bakal bisa disaksikan. Salah satunya adalah Mars yang akan tampak lebih terang karena berada di titik terdekat Bumi pada 5 Maret 2012. Siapkan mata dan teleskop....
 
Teleskop antariksa Hubble menangkap citra sepasang galaksi yang saling bertumbukan, dihiasi dengan bintang biru muda nan panas. Sekilas, dua galaksi tersebut tampak bagai bunga mawar yang merekah di angkasa. Pasangan galaksi yang saling berinteraksi itu bernama Arp 273, berada di konstelasi Andromeda, sekitar 300 juta tahun cahaya dari Bumi. Dua galaksi yang bertumbukan adalah UGC 1810 yang berukuran lebih besar serta UGC 1813. Galaksi yang lebih kecil dikatakan "menyelam" ke bagian galaksi yang lebih besar. UGC 1810 yang lebih besar pun terdistorsi bentuknya menjadi serupa mawar. Bagian spiral pada galaksi yang lebih besar merupakan tanda interaksi UGC 1810 dan 1813. Di bagian luar, terdapat struktur serupa cincin yang dipercaya merupakan tempat di mana dua galaksi saling bersinggungan. Bagaimana dua galaksi bertumbukan belum diketahui. Di bagian tepi galaksi yang lebih besar tampak banyak spot berwarna biru, yang menunjukkan tempat di mana bintang muda dan panas banyak didapati. Mawar hasil tumbukan dua galaksi ini tentu tak sama dengan bunga mawar yang dikenal manusia. "Mahkota" mawar angkasa ini agak miring dan asimetris. Mawar angkasa itu ditangkap dengan kamera WCF3, instrumen di teleskop Hubble.
 
Natal menjadi momen bersejarah bagi umat Kristiani karena kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias. Namun, malam Natal pada Sabtu (24/12/2011) malam hingga Minggu (25/12/2011) dini hari nanti menjadi istimewa karena ada empat planet yang akan menghiasi langit. Sekitar pukul 19.00 malam nanti, beberapa jam setelah Matahari tenggelam, Jupiter dan Venus akan menampakkan diri. Jupiter akan tampak di ketinggian langit dengan magnitud -2,48, sementara Venus akan muncul di langit bagian barat dengan magnitud - 3,87. Untuk melihat dengan jelas kedua planet tersebut, ada baiknya Anda menggunakan teleskop dan mencari lokasi tepat, lapang, dan minim polusi cahaya. Planet akan tampak seperti titik cahaya. Berbeda dengan titik cahaya bintang yang berkedip-kedip, cahaya planet akan tampak stabil. Venus kemudian akan menghilang dari pandangan sekitar pukul 20.30 WIB. Pada sekitar pukul 23.30, Jupiter yang sudah berada di langit bagian barat akan ditemani oleh Mars yang terbit di langit timur. "Si Planet Merah" itu akan tampak dengan magnitud 0,35 sehingga cukup terang untuk disaksikan. Sekitar pukul 02.00, Mars sudah akan berada di ketinggian langit, yaitu antara arah timur dan utara. Jupiter sudah hilang dari pandangan mata. Sebagai penggantinya, Saturnus akan muncul di langit timur dengan magnitud 1,30. Mungkin, bila diteropong memakai teleskop, cincin planet tersebut bisa disaksikan. Sebagai catatan, malam ini bukan kali pertama keempat planet itu terlihat. Jupiter, misalnya, sempat tampak sangat terang pada purnamanya, 28 Oktober 2011 lalu. Saat itu, Jupiter mencapai jarak terdekat dengan Bumi, yakni 629 juta km, 300 juta km lebih dekat dari jarak terjauh yang bisa dicapai. Mars sendiri sudah tampak sejak beberapa waktu lalu. Planet tersebut memang sedang bergerak mendekati Bumi. Setiap harinya, planet yang diduga bisa mendukung kehidupan itu bergerak 1.370.000 km lebih dekat dengan Bumi. Pada 5 Maret 2012 nanti, Mars akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi. Namun, tentu ada syarat untuk bisa menyaksikan keempat planet tersebut pada malam Natal kali ini. Syarat utamanya adalah tak ada mendung dan hujan. Jadi, berdoa saja semoga langit pada malam Natal kali ini begitu cerah tanpa terganggu awan yang menghalangi pandangan.
 

PLANET Ditemukan, Dua Planet Seukuran Bumi

Astronom dari Universitas California, Amerika Serikat (AS), berhasil menemukan dua planet seukuran Bumi dan sekaligus merupakan planet ekstra surya terkecil. Penemuan dilakukan dengan pengamatan menggunakan wahana antariksa Kepler dan dipublikasikan di sebuah jurnal yang terbit pada Selasa (20/12/2011). Dua planet yang ditemukan mengorbit bintang serupa Matahari itu adalah Kepler 20. Sementara, dua planet tersebut dinamai Kepler 20e dan Kepler 20f. Semuanya berukuran hampir setara Bumi. Kepler 20e berukuran 0,87 ukuran Bumi dan Kepler 20f berukuran 1,03 ukuran Bumi. Kepler 20e dan Kepler 20f diperkirakan merupakan planet batuan. Massa dari kedua planet itu pun tak begitu jauh dibandingkan Bumi, 1,7 kali dan 3 kali Bumi. Para ilmuwan mengatakan, kedua planet tersebut juga tersusun dari besi dan silikat, seperti halnya Bumi, meskipun tak memiliki atmosfer. Kepler 20e mengorbit bintang induknya setiap 6,1 hari pada jarak 7,6 juta kilometer, 20 kali lebih dekat jarak Bumi-Matahari yang jauhnya 150 juta kilometer. Sementara itu, Kepler 20f mengorbit bintangnya setiap 19,6 hari pada jarak 16,6 juta kilometer. Jarak kedua planet itu dengan bintangnya tergolong dekat. Kedekatan jarak planet dengan bintang induknya membuat temperaturnya terlalu panas. Suhu rata-rata di dua planet itu berkisar antara 430 derajat celsius dan 760 derajat celsius. "Peluang adanya air cair dan kehidupan yang kita tahu di Kepler 20 e dan f adalah nol," kata Greg Laughlin, astronom dari Universitas California, Santa Cruz, seperti dikutip Space, Selasa. Kepler 20 e dan f yang ditemukan merupakan dua dari lima planet yang ditemukan mengorbit Kepler 20 f. Ketiga planet lainnya adalah Kepler 20b yang mengorbit dari jarak 24.000 km, Kepler 20c yang mengorbit dari jarak 40.000 km, dan Kepler 20d yang mengorbit dari jarak 35.000 km. Tiap-tiap planet tersebut mengorbit bintangnya selama 3,7, 10,9, dan 77,6 hari. Penemuan dua planet ini menantang pemahaman astronom tentang pembentukan planet. "Arsitektur dari tata suryanya gila. Ini pertama kalinya kita melihat yang seperti ini," kata David Charbonneau, astronom Harvard University, dalam konferensi pers yang diadakan NASA, kemarin. Charbonneau menjelaskan, dalam sistem tata surya umumnya, planet batuan tersusun terpisah dengan gas, dan biasanya berada di dekat bintang. Sementara itu, planet gas berada di tepian tata surya. Di susunan tata surya Kepler 20, planet gas dan batuan tersusun selang-seling. Astronom mungkin harus merevisi pemahamannya. "Penelitian ini merupakan kemajuan besar dalam teknologi, untuk mendeteksi planet kecil seukuran Bumi. Jika kita sudah bisa menemukan planet dengan ukuran setara Bumi, di masa depan kita bisa menemukan planet di zona layak huni, dan masa depan itu adalah target untuk mendeteksi air dan tanda kehidupan," kata Lisa Kaltenegger dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.
 

Komet Lovejoy Selamat dari Api Matahari

Lovejoy, sebuah komet yang belum lama ditemukan, ternyata selamat dari penerjunan bunuh diri melintasi atmosfer Matahari yang amat panas pagi tadi, Jumat (16/12/2011). Demikian menurut para ilmuwan NASA. Komet Lovejoy menerobos korona Matahari sekitar pukul 07.00 WIB, pada jarak 140.000 kilometer dari permukaan Matahari. Suhu di korona bisa mencapai 1,1 juta derajat celsius sehingga kebanyakan peneliti awalnya meyakini batu es pengembara itu bakal hancur lebur. Tetapi, Lovejoy terbukti cukup kuat menghadapi panas. Sebuah video yang diambil oleh wahana Observatorium Dinamika Matahari (SDO) milik NASA menunjukkan, obyek es tersebut muncul dari balik Matahari setelah melintasinya dan melesat ke ruang angkasa. "Berita gembira, Lovejoy hidup! Komet Lovejoy telah selamat dalam perjalanannya melintasi Matahari dan muncul kembali di sisi lain," begitu bunyi tweet seorang peneliti SDO. SDO adalah salah satu dari banyak instrumen yang digunakan para ilmuwan untuk mengawasi Lovejoy dalam lawatannya ke Matahari. Para peneliti awalnya ingin merekam dan mempelajari kematian sebuah komet karena menabrak bintang, yakni Matahari. "Ini kesempatan yang sangat langka untuk mengamati penguapan menyeluruh dari sebuah komet yang relatif besar, dan kami memiliki 18 instrumen terpasang pada lima satelit untuk menelitinya," ujar Karl Battams, seorang ilmuwan di Laboratorium Riset Angkatan Laut di Washington, di situs Sungrazing Komet, sebelum Lovejoy mendekati Matahari. Battams mengelola situs yang dikhususkan untuk membahas komet Lovejoy. Komet itu sendiri ditemukan oleh dua wahana yang berbeda: Solar Terrestrial Relations Observatory NASA (STEREO) dan Solar and Heliospheric Observatory (SOHO), yang dioperasikan bersama oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA). Battams sendiri menyambut berita selamatnya Lovejoy dengan terkejut sekaligus senang. "Saya menduga ekor debunya akan bertahan hidup (walau hanya selama beberapa jam) sebelum memudar, tapi bukan intinya!" ujarnya. Lovejoy memiliki inti selebar sekitar 200 meter, dan masuk dalam kelas komet yang dikenal sebagai Sungrazers Kreutz, atau komet-komet yang orbitnya sangat dekat dengan Matahari. Semua komet Sungrazers Kreutz diyakini sebagai sisa-sisa dari sebuah komet raksasa tunggal yang pecah beberapa abad lalu. Mereka dinamai menurut astronom Jerman abad ke-19, Heinrich Kreutz, yang pertama kali menunjukkan bahwa komet-komet tersebut memiliki "hubungan darah". Banyak komet diketahui bunuh diri dengan menabrak Matahari, tetapi umumnya mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan terjun ke sana. Itulah yang membuat para ilmuwan begitu bersemangat tentang Lovejoy karena komet ini menunjukkan tanda hendak menerjang Matahari. Astronom amatir Australia, Terry Lovejoy, menemukan komet itu pada 27 November lalu, yang memberikan banyak waktu bagi peneliti untuk memetakan gerakannya.
 

Sebuah Komet Mati Menabrak Matahari Besok Pagi

Sebuah komet seukuran Gelora Bung Karno akan menabrak Matahari, Jumat (16/12/2011) pagi besok. Komet tersebut bernama Lovejoy atau dalam astronomi juga dikenal dengan C/2011 W3. Lovejoy dikatakan menabrak karena melintas di jarak yang sangat dekat dengan Matahari, hanya 131.000 kilometer. Pada jarak tersebut, Lovejoy sebenarnya sudah memasuki atmosfer Matahari. Apa akibat dari tabrakan tersebut? Akankah kita kehilangan Matahari yang menjadi sumber kehidupan? Tidak juga. Lovejoy terlalu kecil untuk membunuh Matahari. Justru, Lovejoy-lah yang akan mati dalam tabrakan itu. Bagaimana bisa? Panas Matahari akan melelehkan semua es di komet dan bahan lain yang membeku. Perbedaan paparan sinar Matahari di satu tempat dan yang lain menyebabkan pemuaian tidak seragam. Komet akan retak dan musnah dengan cepat besok. Situs Space.com dalam publikasinya, Rabu (14/12/2011), menyatakan, tabrakan antara Lovejoy dan Matahari akan terjadi sekitar pukul 07.00, Jumat. Astronom Ma'rufin Sudibyo mengatakan, komet akan lebih aktif ketika memasuki wilayah dekat Matahari. Es dan senyawa beku lain yang terdapat pada komet akan menguap membentuk gas. Gas yang terbentuk akan mengalir keluar membentuk ekor dan atmosfer komet. Semburan gas akan membawa debu dan tanah liat komet, membentuk atmosfer dan ekor komet. Saat mendekati Matahari, Lovejoy pun akan mengalami hal yang sama. Ketika di atmosfer, komet memantulkan sinar Matahari, maka di situlah keindahan bisa disaksikan. "Bahkan, prediksi memperlihatkan komet ini berpotensi menjadi komet paling terang pada 2011, yang kecemerlangannya menyamai Planet Venus di kala senja atau fajar atau lebih," tutur Ma'rufin di akun Facebook-nya. "Bahkan, tak menutup kemungkinan komet ini bakal seterang bulan purnama sehingga pada puncaknya, komet ini berpotensi menjadi benda langit paling terang relatif yang kedua di tata surya setelah Matahari," lanjutnya. Meski terang, pengamatan komet ini takkan mudah dilakukan. Pertama karena halangan cahaya Matahari yang tak kalah terang. Kedua, diperlukan peralatan khusus untuk melihat jelas tanpa merusak pandangan. Pengamatan dengan teropong memungkinkan untuk melihat bagaimana komet ini menabrak Matahari. Namun, jika pemakaiannya tak hati-hati akan berbahaya bagi mata. Sangat disarankan mengamati dengan yang sudah berpengalaman. "Paling aman dalam situasi seperti ini, ya, blokirlah posisi Matahari dengan penutup tertentu, lantas amati dengan mata tanpa alat," urai Ma'rufin. Yang paling mudah dan tak berbahaya adalah mengamati lewat internet. Cara ini memuaskan sebab saat ini ada satelit pemantau Matahari, contohnya Soho (Solar and Heliospheric Observatory). Untuk melakukannya, bisa dibuka laman tentang Soho di website NASA. Komet telah muncul sejak 14 Desember 2011 pukul 15.30. Komet Lovejoy ditemukan astronom asal Australia, Terry Lovejoy, pada 27 November 2011. Umur komet dihitung dari sejak tanggal penemuan sampai tanggal kematian sangat pendek, cuma 20 hari. Lovejoy unik karena orbitnya yang ekstrem lonjong. Akibatnya, beda titik terdekat dan terjauhnya dengan Matahari sangat jauh. Titik terdekat ialah 0,83 juta km, titik terjauh 16,500 km, tiga kali lebih jauh daripada jarak Matahari-Pluto. Keunikan lain, komposisi komet mirip batu apung, antara lain debu, es, tanah liat, dan senyawa mudah menguap, seperti CO2, metana, dan amoniak. "Jika kota meletakkan komet Lovejoy ini di samudra secara hati-hati, ia bakal mengapung!" Tabrakan Lovejoy dengan Matahari takkan menimbulkan dampak besar baik bagi Matahari maupun Bumi. Ukuran Lovejoy terlalu kecil untuk menimbulkan dampak besar bagi Matahari. Namun, jika diandaikan Lovejoy menumbuk Bumi, kerusakan besar akan terjadi. Bencana yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun silam bisa terulang, menumpas mayoritas makhluk hidup yang ada. Tabrakan komet dengan Matahari bukan sebuah peristiwa aneh, tetapi cukup jarang terjadi. Peristiwa ini dinanti tidak hanya oleh seorang amatir, tetapi juga astronom profesional.
 

Planet Mars Bisa Ditinggali Manusia?

Tersedianya air dan suhu yang cukup hangat di kedalaman tertentu membuat sekelompok peneliti dari Australian National University menyimpulkan jika Planet Mars bisa ditinggali makhluk hidup. Tim peneliti yang dipimpin Charley Lineweaver ini membandingkan model suhu dan kondisi tekanan di Bumi dengan di Mars. Dari hasil penelitian, disebutkan jika hanya satu persen volume bumi --dari inti hingga ke atmosfir tertinggi-- yang bisa ditinggali makhluk hidup. Sedangkan model Planet Mars yang diteliti Lineweaver dan timnya menyebut jika ada tiga persen lokasi yang bisa ditinggali dengan mayoritas lokasinya di bawah tanah. "Apa yang kami lakukan hanya mengambil dan mengumpulkan sebagian besar informasi yang ada. Lalu kami menanyakan apakah tampilan besar ini sesuai dengan adanya kehidupan di Mars," ujar Lineweaver. "Dan jawabannya, 'iya'. Ada wilayah luas di Mars yang cocok dengan kehidupan," seperti dikutip National Geographic, Selasa (13/12). Penelitian sebelumnya menyebut jika ada air beku yang ditemukan di Kutub Mars. Penelitian lain dari ANU juga menyebut berapa jumlah air yang bisa ditinggali oleh mikroba layaknya mikroba di Bumi. Namun, suhu permukaan Mars yang mencapai minus 63 derajat Celsius membuat air sulit hadir. Tekanan udara juga membuat air akan langsung menguap begitu mencapai permukaan. Itulah yang membuat Lineweaver yakin jika air bisa hadir di bawah tanah permukaan Mars. Di sini, kondisi tanah dan tekanan dianggap ideal untuk munculnya air. Suhu yang cukup hangat juga memungkinkan untuk bakteria dan mikro organisme kecil lain untuk bisa hidup. "Ini relevan jika Anda tertarik dengan asal mula kehidupan dan bagaimana sebuah kehidupan dimulai di planet lain," ujar Lineweaver.
 

Ditemukan, Planet Berlian dari Bintang Mati

Astronom berhasil menemukan planet berlian yang terbentuk dari bintang mati. Planet tersebut mengorbit pulsar bernama PSR J1719-1438. Pulsar adalah bintang kecil yang berputar cepat dan mengemisikan gelombang radio. Penemuan planet ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (25/8/2011). Penemuan ini merupakan yang ketiga sejak 1800 di mana didapatkan planet yang mengorbit sebuah pulsar. Hal yang istimewa dari planet ini ialah ukurannya. Maksimal, planet berukuran 40 persen Jupiter. Jika lebih besar, planet pasti sudah masuk di medan gravitasi bintangnya dan musnah sebelum ditemukan. Namun, meski berukuran kecil, planet ini memiliki massa lebih besar dari Jupiter. Hal ini memberi petunjuk akan asal-usul planet yang dipercaya mayoritas memiliki kandungan oksigen dan karbon. Planet ini ditemukan setelah pulsarnya ditemukan lebih dulu. Pulsar ditemukan pada tahun 2009 oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh Matthew Bailes dari Swinburne University of Technology di Melbourne dengan teleskop Parkes di New South Wales. Sebulan kemudian, tim ilmuwan itu melihat bahwa ada "gangguan" ketika mengamati pulsar, menandakan adanya planet yang mengorbit pulsar tersebut. Keberadaan planet itu kemudian dikonfirmasi oleh teleskop yang lebih besar di Inggris dan Amerika Serikat. Planet diketahui mengorbit pulsar dengan periode 2 jam 10 menit saja. Jarak antara planet dan pulsar adalah 600.000 km. Diameter planet lebih kurang hanya 60.000 km. Para astronom percaya, planet adalah inti dari bintang besar yang telah mati. Bagaimana bintang kemudian bisa menjadi planet berlian? Prosesnya sedikit rumit. Seperti yang diuraikan di Space, Kamis (25/8/2011), pulsar dan planet mulanya adalah 2 bintang yang saling mengorbit di sebuah sistem bintang ganda. Ketika salah satu bintang menua dan meledak, ia menjadi bintang merah raksasa dan kemudian berubah menjadi bintang katai putih. Planet lain mulai mengisap materi dari planet itu. Planet lain itulah yang menjelma menjadi pulsar PSR J1719-1438. Semakin banyak materi yang diisap, pulsar tersebut berputar semakin cepat. Astronom mengatakan, pulsar bisa berputar 10.000 kali dalam 1 menit sehingga disebut pulsar milidetik. Massa pulsar milidetik alias si PSR J1719-1438 adalah 1,4 kali Matahari dan berdiameter 20 km. Biasanya, bintang katai putih tetap akan mengorbit pulsar, tetapi bisa juga bintang ini "dimakan" olehnya. Dalam kasus bintang berlian, inti dari katai putih gagal "bersatu" dengan pulsar. "Ketika jarak antara pulsar dan katai putih sangat dekat, katai putih kehilangan banyak materialnya dan terlempar keluar di zona aman dari radius bintang," kata Bailes. Akhirnya, terciptalah planet yang sebenarnya adalah inti dari bintang. Dari bintang menjadi planet diketahui bahwa jumlah materi yang hilang adalah 99,9 persen. Lalu, apakah planet berlian ini cemerlang layaknya berlian? "Ini sangat spekulatif. Tetapi, jika Anda menyinarinya, saya rasa tak ada alasan bagi planet ini untuk tidak cemerlang seperti berlian," kata Travis Metcalfe dari National Center for Atmospheric Research di Boulder, Colorado. Kabar buruknya, sangat sulit untuk menjangkau planet berlian ini karena berjarak 4.000 tahun cahaya di konstelasi Serpens.
 

Malam Minggu, Gerhana Bulan Terakhir Tahun Ini

JAKARTA,— Malam minggu nanti, Sabtu (10/12/2011), langit malam di Indonesia akan dihiasi oleh gerhana Bulan. Gerhana ini cukup istimewa sebab menjadi Gerhana Bulan Total terakhir pada tahun 2011. Astronom Ma'rufin Sudibyo dalam posting di jejaring sosialnya, Minggu (4/12/2011) lalu, mengatakan, "Gerhana mulai terjadi pada pukul 18.35 WIB ditandai dengan mulai bersentuhannya cakram Bulan terhadap penumbra." Namun, Ma'rufin menjelaskan bahwa tahap awal gerhana akan sulit dilihat secara kasat mata. Gerhana baru bisa dilihat jelas sekitar pukul 19.46 WIB, saat bulan bersentuhan dengan umbra. "Totalitas, yakni tertutupinya cakram Bulan secara sepenuhnya oleh umbra, terjadi pukul 21.07 hingga 21.57 WIB, selama 50 menit, dengan puncak gerhana pukul 21.32," tutur Ma'rufin. Saat totalitas terjadi, jangan dikira Bulan akan lenyap. Bulan akan "berdarah", berwarna kemerahan seperti yang sering diperlihatkan dalam film tentang manusia serigala. Tak seperti gerhana Matahari, gerhana Bulan aman disaksikan tanpa alat dan pelindung. Karena terjadi tak terlalu malam, maka gerhana Bulan kali ini pas dinikmati sambil minum kopi atau bercengkerama bersama teman. Jangan lupa, Anda pun bisa menyiapkan kamera DSLR untuk mengabadikan momen gerhana ini. Membuat serangkaian foto gerhana dari tahap awal hingga akhir patut dicoba. Ada yang unik dari gerhana kali ini. Saat totalitas terjadi, Bulan akan tampak berada di depan Bimasakti. Jadi, jika dilihat, di belakang Bulan berdarah akan tampak kabut tipis. Bimasakti adalah galaksi tempat Bumi bernaung. Ma'rufin mengatakan, Bimasakti juga "monster" yang telah menelan galaksi-galaksi kecil lain serta merupakan salah satu galaksi tertua di semesta. Bulan berdarah juga akan memiliki beberapa pendamping malam Minggu nanti. Salah satunya Jupiter yang sejak beberapa waktu lalu terus-menerus tampak dan bisa dilihat dengan mata telanjang. Selain itu, bintang Sirus yang menjadi bintang paling terang setelah Matahari juga akan terlihat. Ada juga gugus tujuh bintang bersaudara atau Pleiades. Galaksi Awan Magellan Kecil dan Besar juga akan terlihat. Semua benda langit yang terlihat saat gerhana menjanjikan pemandangan yang menarik pada malam Minggu nanti. Tetapi, semua bisa lenyap tak terlihat bila langit berawan dan hujan. Jadi, berdoa saja hal itu tak terjadi. Gerhana kali ini bisa dilihat oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Indonesia juga beruntung karena berpeluang menyaksikan seluruh tahap gerhana. Amerika Selatan, Afrika barat, dan seluruh wilayah Atlantik tak bisa menikmati gerhana ini. Gerhana Bulan Total terjadi saat Bumi, Matahari, dan Bulan berada di satu garis lurus. Bulan akan ada di umbra (bayang-bayang inti) dan penumbra (tambahan) Bumi. Gerhana Bulan Total adalah salah satu fenomena alam yang telah dinikmati selama ribuan tahun, yang diterjemahkan menjadi makna yang berbeda di setiap kebudayaan.
 

UFO Parkir di Merkurius?

WASHINGTON, - Wahana STEREO milik NASA memangkap Lontaran Massa Korona dari Matahari ke yang melewati Merkurius. Dalam rekaman yang diambil Kamis (1/12/2011) lalu, tampak bintik-bintik kuning menghiasi latar angkasa yang berwarna merah.

Lontaran Massa Korona memang sudah biasa ditangkap wahana antariksa. Yang unik, dalam rekaman yang kemudian diunggah ke Youtube itu, terdapat objek misterius di dekat Merkurius. Sontak objek itu menyita perhatian pemburu alien. Mereka menyatakan, objek itu adalah pesawat alien yang parkir.

"Itu kelihatan silindris pada dua sisi dan punya bentuk di dalamnya. Ini persis seperti pesawat menurut saya, sangat pasti. Objek apa yang sendiri dan tidak muncul sampai diberi energi oleh Matahari," kata pengguna Youtube, SinXster.

Anggapan bahwa objek itu pesawat alien mungkin tidak masuk akal. Dan demikianlah diungkapkan fisikawan yang bekerja di Naval research Laboratory (NRL), Amerika Serikat, lembaga yang mengelola data teleskop Heliospheric Imager-1 (HI-1), teleskop yang menangkap rekaman itu.

Nathan Rich, fisikawan di lembaga itu mengatakan bahwa objek misterius itu adalah artifak dari data yang diproses. Bukannya sebuah pesawat milik alien alias UFO, objek adalah Merkurius. Objek menunjukkan posisi Merkurius pada hari sebelumnya.

Bagaimana bisa? "Ketika proses ini dilakukan di hari kemarin dan sekarang, ada fitur seperti planet, tampak sebagai artifak gelap di background planet di hari sebelumnya, yang kemudian tampak sebagai bagian terang di citra," jelas Rich seperti dikutip Space, Selasa (6/12/2011).

Rich menjelaskan bahwa untuk merekam lontaran massa korona, ilmuwan mengambil gambar pada hari H dan sebelumnya. Mereka membandingkan, mengurangi cahaya latar semaksimal mungkin dan berusaha agar tidak ada citra yang tertampil dua kali.

Teknik ini bekerja pada objek seperti bintang yang tidak bergerak secara relatif terhadap Matahari. Namun, benda yang bergerak seperti planet di Tata Surya, citranya sulit untuk dihapus. Jadilah keudian citra itu tetap tampil. Jadi, apakah objek misterius itu UFO? 99,99 persen tidak.
 

Sains & Teknologi PLANET KEMBARAN BUMI: Adakah Makhluk di Planet Kepler-22b

Kembaran Bumi ini memiliki atmosfer, air, dan temperatur rata-rata 22 derajat Celcius.
Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menguak keberadaan planet yang bisa mendukung kehidupan (habitable). Namanya, Kepler-22b. Ditemukan oleh teleskop luar angkasa Kepler. Para ilmuwan terus mengkaji "kembaran Bumi" itu. Berdasarkan penelitian terbaru, Kepler-22b teridentifikasi besarnya dua kali ukuran bumi, dengan temperatur rata-rata 22 derajat Celcius. Kepler-22b juga memiliki atmosfer yang bisa mendukung kehidupan. Nyaris sempurna, kecuali kekurangan yang ini: jaraknya terlampau jauh, 600 tahun cahaya dari Bumi. Kepler 22-b adalah yang kali pertama disebut sebagai "super-Earth" yang diketahui terletak di zona habitasi, dengan bintang mirip dengan Matahari kita. Dijuluki sebagai "Goldilocks Zone", lokasi di mana planet ini berada memiliki suhu yang cocok, yang memungkinkan eksistensi air di permukaannya. Ini berarti, planet tersebut bisa memiliki benua dan lautan -- seperti halnya Bumi. Sebab, di mana ada air, di situlah kehidupan berada. Ilmuwan yakin, Kepler-22b tak hanya sekedar bisa mendukung kehidupan, tapi juga mungkin, sudah ada kehidupan di sana. "Penemuan ini mendukung keyakinan, bahwa kita hidup dalam alam semesta yang penuh sesak dengan kehidupan," kata Dr Alan Boss, dari Carnegie Institution for Science in Washington DC -- yang membantu mengidentifikasi planet ini dari data yang diperoleh oleh teleskop ruang angkasa Kepler, seperti dimuat Telegraph, 6 Desember 2011. Seperti diketahui, teleskop Kepler yang diluncurkan NASA mengawasi 155.000 bintang -- untuk mencari keberadaan planet-planet layak huni. Bintang di sekitar orbit Kepler-22b, berada di konstelasi Lyra dan Cygnus -- ukurannya lebih kecil dari matahari dan 25 persen lebih redup. Planet tersebut mengorbit bintangnya dalam waktu 290 hari, dengan jarak 15 persen lebih dekat dari jarak Bumi ke Matahari. Kepler-22b berada tepat di tengah zona habitasi bintang -- sebuah kondisi yang sempurna bagi kehidupan. Sementara, dua planet lainnya yang mengorbit pada bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan Matahari -- baru-baru ini ditemukan di tepi zona layak huni mereka.Orbit mereka lebih mirip dengan Mars dan Venus. Laporan tentang penemuan tersebut akan dipublikasikan oleh Astrophysical Journal. Dr Douglas Hudgins, ilmuwan program Kepler di markas NASA di Washington, mengatakan, "Ini adalah tonggak untuk menemukan kembaran Bumi."
 

Satu Planet Dikonfirmasi Layak Huni

CALIFORNIA, Wahana antariksa Kepler kembali membuat kejutan. NASA mengumumkan pada Senin (5/12/2011) bahwa salah satu dari 2.326 kandidat planet temuan Kepler telah dikonfirmasi sebagai planet layak huni. "Ini penemuan yang fenomenal. Ini membuktikan bahwa Homo sapiens semakin dekat dengan pencapaian kita di semesta untuk menemukan planet yang mengingatkan kita akan rumah. Kita hampir di sana," kata Geoff Marcy, peneliti dari University of California, Berkeley, seperti dikutip AP, Selasa (6/12/2011). Planet yang dikonfirmasi layak huni tersebut bernama Kepler 22b. Planet itu mengorbit bintang serupa Matahari bernama Kepler 22 dan berjarak 600 tahun cahaya dari Bumi. Kepler 22b memiliki beberapa kesamaan dengan Bumi. Bumi mengelilingi Matahari selama 365 hari, sedangkan Kepler 22b mengelilingi bintang induknya dalam waktu 290 hari. Cuma beda tipis. Temperatur Bumi dan Kepler 22b pun tak berbeda jauh. Disebutkan bahwa jika efek rumah kaca bekerja di Kepler 22b, maka temperatur di planet itu sekitar 22 derajat celsius. Perbedaan dijumpai pada ukurannya. Kepler 22b berukuran 2,4 kali lebih besar daripada Bumi. Sementara massanya belum diketahui sehingga sulit dipastikan apakah Kepler 22b merupakan planet batuan atau gas raksasa. Jika merupakan planet gas, maka tentu sulit bagi manusia untuk hidup di sana. Meski dikonfirmasi layak huni, masih sulit bagi manusia untuk pergi ke Kepler 22b. Satu tahun cahaya setara dengan 9,65 triliun kilometer. Butuh waktu 22 juta tahun untuk ke sana dengan teknologi yang ada sekarang. Teknologi-lah yang nanti akan menjawab apakah pergi ke Kepler 22b akan menjadi mimpi atau kenyataan. Selain penemuan Kepler 22b, NASA juga mengumumkan bahwa kini Kepler telah memiliki 2.326 kandidat planet layak huni. Jumlah ini bertambah 1.094 dari pengumuman pada bulan Februari 2011 lalu yang menyatakan bahwa ada 1.235 kandidat planet layak huni. Dari jumlah 2.326 kandidat planet, 207 di antaranya memiliki ukuran setara Bumi. Sementara 680 lainnya lebih besar dari Bumi. Jumlah planet yang ada di Zona Layak Huni sendiri ada 48 buah. Masih dibutuhkan penelitian untuk mengonfirmasi apakah sekian planet-planet tersebut layak huni.
 

Astronom Temukan Lubang Hitam Terbesar

California: Para ilmuwan telah menemukan dua lubang hitam terbesar yang pernah diamati, masing-masing dengan massa miliaran kali lebih besar dari Matahari. Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Nature, Senin (5/12). Dua lubang hitam raksasa itu terletak di jantung sepasang galaksi sekitar beberapa ratus juta tahun cahaya dari Bumi. Setiap lubang hitam diperkirakan memiliki massa sekitar 10 miliar kali lebih besar dari Matahari, jauh melebihi lubang hitam terbesar yang sebelumnya ditemukan dan memiliki massa 6,3 miliar kali dari Matahari. Tim peneliti dari University of California, Berkeley, yang dipimpin oleh Nicholas McConnell dan Chung-Pei Ma mengatakan satu lubang hitam terletak di NGC 3842, cluster galaksi paling terang sekitar 320 juta tahun cahaya dari Bumi. Lubang kedua merupakan "massa yang sebanding atau lebih besar" dan terletak di NGC 4889, galaksi paling terang di cluster Coma sekitar 335 juta tahun cahaya jauhnya. "Kedua lubang hitam ini secara signifikan lebih besar dari yang diperkirakan," tulis para astronom. Mereka mengatakan, perhitungan menunjukkan bahwa proses evolusi yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan terbesar galaksi dan lubang hitam mereka daripada galaksi yang lebih kecil. Para astronom juga sudah lama menduga bahwa sejak alam semesta dimulai telah memendam lubang hitam dengan massa ukuran dua raksasa yang baru ditemukan itu. Lubang hitam kosmik ini tumbuh secara bersama-sama dengan galaksi mereka, menghirup gas, planet dan bintang-bintang. "Ada hubungan simbiosis antara lubang hitam dan galaksi mereka yang sudah ada sejak dulu," kata Kevin Schawinski, seorang astronom Yale dalam penelitiannya pada Juni lalu.
 

Sains & Teknologi Astronom Temukan 18 Planet Baru

Planet ditemukan beberapa bulan setelah peneliti lain mengumumkan temuan 50 dunia lain.
Astronom menemukan 18 planet baru. Seluruh planet tersebut merupakan planet gas raksasa berukuran sebesar Jupiter dan mengitari sebuah bintang yang lebih besar dibanding matahari kita. Temuan ini meningkatkan jumlah planet yang diketahui mengorbiti bintang raksasa hingga 50 persen. Planet-planet baru itu juga ditemukan hanya beberapa bulan setelah kelompok peneliti lain mengumumkan temuan 50 dunia dengan kehidupan lain, termasuk sebuah planet berbatu yang berpotensi mengandung kehidupan di dalamnya. Jumlah planet alien yang sudah diketahui ini kini jumlahnya telah mencapai lebih dari 700 buah dan angkanya terus meningkat pesat. Dikutip dari laman Space, 5 Desember 2011, saat ditemukan, peneliti tengah mengobservasi sekitar 300 bintang menggunakan observatorium Keck di Hawaii dan perangkat-perangkat yang ada di Texas dan Arizona, Amerika Serikat. Pada penelitian, mereka fokus ke pencarian apa yang disebu dengan bintang tipe A yang sudah ‘pensiun’ dan memiliki ukuran setidaknya 1,5 kali lipat lebih raksasa dibandingkan dengan matahari kita. Serupa Jupiter Bintang-bintang tersebut sudah melampaui tahapan utama dalam hidupnya dan kini tengah membesar menjadi apa yang disebut dengan subgiant star. Para astronom kemudian meneliti bintang-bintang tersebut, mencari adanya guncangan kecil yang disebabkan oleh sentakan gravitasi dari planet yang mengorbit. Akhirnya, proses pencarian itu mengungkapkan adanya 18 buah dunia alien yang baru, dan semuanya memiliki massa serupa dengan Jupiter. Seluruh planet itu mengorbit relatif dekat dengan matahari mereka, dalam jarak setidaknya 0,7 kali jarak Bumi ke matahari (sekitar 150 juta kilometer). Temuan planet-planet baru ini dipublikasikan di jurnal Astrophysical Journal Supplement Series.
 

Sains & Teknologi Lima Tahun Lagi, Mammoth Akan Hidup di Bumi?

Sekelompok ilmuan sedang mempersiapkan kloning binatang raksasa ini. Minggu, 4 Desember 2011, 10:22 WIB
Binatang raksasa purba, mammoth telah punah 10.000 tahun yang lalu. Tapi, jika sekumpulan ilmuan asal Rusia dan Jepang berhasil melakukan penelitiannya, maka kita bisa melihat binatang raksasa itu kembali berjalan di muka bumi ini. Pasalnya, para ilmuan itu yakin bisa mengkloning mammoth. Keyakinan itu mereka dapatkan setelah menemukan jaringan sumsum tulang paha dari bangkai mammoth yang membeku di lapisan es di Siberia. Sebagaimana dilansir laman earthsky.org, saat ini, peneliti asal Jepang bernama Iritani dan tim peneliti asal Rusia dan Amerika sedang mempersiapkan kloning mammoth yang hasilnya diperkirakan akan diketahui dalam lima hingga enam tahun kemudian. Rencananya, para peneliti ini akan memasukkan inti sel mammoth itu ke dalam sel telur gajah. Dimana sebelumnya inti sel telur gajah itu dihilangkan terlebih dahulu. Hasilnya akan menjadi embrio yang mengandung gen raksasa. Selanjutnya, mereka akan memasukkan embrio ke dalam rahim gajah hidup. Masa kehamilan akan berlangsung dua tahun, setelah itu -tim berharap- bayi raksasa akan lahir ke muka bumi. Sebenarnya, ada keraguan antara tim ilmuan Jepang dan Rusia mengenai potensi keberhasilan kloning ini. Sebagian berpendapat kloning dengan sel beku ini akan gagal. Namun mereka segera menghilangkan keraguan itu. Para ilmuan ini akan menggunakan teknik kloning yang telah dirintis pada 2008 silam. Dimana seorang ilmuan Jepang berhasil mengkloning seekor tikus dengan menggunakan sel tikus lain yang telah dibekukan selama 16 tahun. Para ilmuwan berharap teknik yang sama akan bekerja untuk raksasa ini. Diperkirakan, sekitar 150 juta mammoth terkubur di bawah lapisan es Siberia. Para peneliti mengatakan jika kloning ini berhasil, mungkin akan memberikan petunjuk penyebab raksasa ini punah.
 

STOP GLOBAL WARMING

Penyebab Pemanasan Global Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik. Apa itu Gas Rumah Kaca? Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon. Apa Penyebab Utama Pemanasan Global? Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock’s Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2), 65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak. Peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon. Sedangkan laporan yang baru saja dirilis World Watch Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51 persen dari pemanasan global. Penulisnya, Dr. Robert Goodland, mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf riset Bank Dunia Jeff Anhang, membuatnya berdasarkan “Bayangan Panjang Peternakan”, laporan yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Mereka menghitung bidang yang sebelumnya dan memperbarui hal lainnya, termasuk siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan sebenarnya yang menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah hewan ternak yang dilaporkan di planet ini. Emisi metana dari hewan ternak juga berperan sebesar 72 kali lebih dalam menyerap panas di atmosfer daripada CO2. Hal ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, para peneliti itu memberitahu bahwa perkiraan mereka adalah minimal, dan karena itu total emisi 51 persen masih konservatif. *Save our earth by Bicycle *saatnya nge-gowez* Bumi kita sedang mengalami krisis global warming. Dan adanya pemakaian kendaraan, yang menyebabkan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi dan meningkatnya pemanasan bumi. Sekarang ini banyak sekali manusia yang memakai kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor yang mengakibatkan polusi udara dan salah satu pemicu terjadinya global warming. Oleh karena itu, sebaiknya kurangilah penggunaan kendaraan bermotor yang menjadi penyebab utama polusi udara. Kita sebagai generasi muda harus bisa memperbaiki kerusakan alam, dan merawat juga menjaga lingkungan di sekitar kita dan mengurangi pemakaian teknologi canggih yang dapat menimbulkan efek rumah kaca. Jadi salah satu cara untuk mengurangi kerusakan lingkungan, gunakanlah kendaraan yang ramah lingkungan guna mengurangi polusi dan penghematan bahan bakar. Kendaraan seperti sepeda salah satunya. Sepeda merupakan kendaraan yang hemat energi dan bahan bakar. Karena penggunaan sepeda yang tidak memerlukan bahan bakar dan juga tidak menimbulkan asap yang menyebab polusi. Sepeda merupakan kendaraan yang hanya memerlukan tenaga manusia untuk mengkayuh agar sepeda dapat bergerak dan digunakan. Banyak sekali keuntungan memakai sepeda, yaitu sepeda yang hemat bahan bakar jadi tidak mengurangi minyak bumi, ramah lingkungan, dan membuat kita untuk belajar hidup sehat dengan menggunakannya. Sedangkan kerugiannya, yaitu sepeda sangat menguras tenaga manusia karena harus mengkayuh sepeda untuk dijalankan Tapi walaupun begitu kita harus menjaga bumi kita ini dengan merawat lingkungan disekitarnya. Salah satunya dengan menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan, yang tidak menimbulkan polusi dn hal lainnya yang merugikan kita dan lingkungan.
 

Para Astronom Temukan 18 Planet Baru Serupa Jupiter

Sejumlah tim peneliti menemukan 18 planet baru. Planet-planet baru itu ditemukan oleh tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Institut Teknologi California (Caltech), Amerika Serikat. Planet-planet tersebut serupa Jupiter. "Ini pengumuman terbesar tentang planet di orbit sekitar bintang-bintang lebih besar dari matahari, selain dari penemuan yang dibuat oleh misi Kepler," kata John Johnson, asisten profesor astronomi di Caltech , seperti dikutip ScienceDaily, Jumat (2/11/2011) atau Sabtu (3/11/2011) WIB. Temuan 18 planet itu diterbitkan dalam edisi Desember Astrophysical Journal. Misi Kepler adalah teleskop ruang yang sejauh ini telah mengidentifikasi lebih dari 1.200 planet mungkin, meskipun mayoritas dari mereka belum dikonfirmasi. Menggunakan Observatorium Keck di Hawaii -- dengan tindak lanjut pengamatan menggunakan Observatorium McDonald dan Fairborn di Texas dan Arizona--masing - para peneliti mensurvei sekitar 300 bintang. Mereka berfokus pada bintang tipe A "pensiun", suatu jenis bintang yang lebih dari satu setengah kali lebih besar dari matahari Untuk mencari planet-planet, para astronom mencari bintang dari jenis yang bergoyang, yang disebabkan oleh tarikan gravitasi planet yang mengorbit. Tim menemukan 18 planet dengan massa serupa dengan Jupiter. Johnson mengatakan, penemuan ini merupakan karunia baru yang menandai peningkatan 50 persen dalam jumlah planet yang mengorbit bintang-bintang besar yang dikenal. Penemuan ini menyediakan informasi tak ternilai dari sistem planet untuk memahami bagaimana planet -- dan sistem surya kita -- bisa terbentuk. Para peneliti mengatakan bahwa temuan juga memberikan dukungan lebih lanjut untuk teori bahwa planet-planet tumbuh dari benih yang menumpuk partikel gas dan debu pada sabuk yang mengelilingi sebuah bintang baru lahir. Dalam teori lain, planet-planet terbentuk ketika sejumlah besar gas dan debu di sabuk spontan runtuh menjadi gumpalan padat yang kemudian menjadi planet. Tapi di foto temuan ini, ternyata massa bintang tidak mempengaruhi jenis-jenis planet yang diproduksi. Sejauh ini, karena jumlah planet yang ditemukan telah tumbuh, astronom menemukan bahwa massa bintang tampaknya tidak menjadi penting dalam menentukan prevalensi planet raksasa. Planet-planet yang baru ditemukan lebih mendukung teori pertama, yang menyatakan bahwa planet-planet lahir dari partikel benih.
 

"Spesies" Galaksi Merona di Kedalaman Angkasa

Astronom menemukan empat galaksi merona di kedalaman angkasa, berjarak 13 miliar tahun cahaya dari Bumi. Galaksi itu dikatakan merona karena warna yang ekstrim merah. Saking merahnya, empat galaksi itu tak bisa terdeteksi oleh teleskop Hubble. Astronom mesti menggunakan Teleskop Spitzer yang sensitif dengan cahaya inframerah. "Kami harus menuju ke yang ekstrim dalam mendapatkan model untuk menyesuaikan dengan observasi ini," kata Jiansheng Huang, peneliti dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics (CfA). Huang ialah pimpinan dari penelitian yang dipublikasikan di Astrophysical Journal. Huang melihat bahwa dalam pengamatan Spitzer, empat galaksi itu tampak 60 kali lebih terang daripada pengamatan Hubble. Galaksi bisa tampak begitu merona oleh beberapa sebab. Pertama, mereka mungkin punya banyak debu. Kedua, mereka memiliki banyak bintang tua. Dan ketiga, mereka mungkin sangat jauh. Alasan pastinya belum diketahui. Keempat galaksi tersebut terletak berdekatan dalam pengamatan Spitzer. Menurut prediksi Huang, karena berjarak begitu jauh, galaksi yang terlihat adalah pada masa awal setelah Big Bang. "Hubble menunjukkan pada kita bukti protogalaksi yang terbentuk, tapi tak ada yang terlihat seperti ini. Galaksi ini mungkin "missing link" dalam evolusi galaksi," ungkap Giovani Fazio, peneliti lain yang juga dari CfA. Tahap selanjutnya dari penelitian ini, ilmuwan akan mengukur lebih akurat tingkat merah dari galaksi ini. Penelitian itu membutuhkan teleskop yang lebih kuat, seperti Atacama Large Millimeter Array di Chile. Ilmuwan juga akan mencari galaksi lain yang satu "spesies" dengan keempat galaksi itu. "Ada bukti tentang keberadaan yang lain di zona langit yang lain. Kami akan menganalisa dengan Spitzer dan Hubble," lanjut Fazio seperti dikutip Physorg, Kamis (1/12/2011).
 

NASA Deteksi Black Hole Sedot Bintang

Untuk pertamakalinya, para ilmuwan menjadi saksi mata fenomena menakjubkan ini (astronomynow.com) Salah satu peristiwa paling langka di alam semesta telah disaksikan oleh para ilmuwan untuk pertama kalinya. Dikutip dari Daily Mail, 2 Desember 2011, sebuah lubang hitam yang maha besar (super massive black hole) diketahui telah menelan sebuah bintang. Fenomena ini sendiri lazimnya terjadi setiap seratus juta tahun sekali di sebuah galaksi. Seperti diketahui, sebagian besar galaksi memiliki lubang hitam besar yakni ruang yang menyedot segala sesuatu di dekatnya dengan gaya gravitasi yang sangat kuat. Untuk pertamakalinya, para ilmuwan berkesempatan menjadi saksi mata fenomena tersebut setelah Swift, teleskop milik NASA mendeteksi sejumlah semburan sinar-X dari bidang tenang di langit. Tim peneliti dari Universitas Pennsylvania State dan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, mengatakan, semburan tersebut kemungkin besar merupakan sisa-sisa bintang yang tersedot ke dalam lubang hitam besar yang terletak di jarak 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. "Analisis kimia dari semburan cahaya ultraviolet menunjukkan hal tersebut datang dari materi yang tersedot ke lubang hitam berukuran satu juta kali ukuran matahari kita," kata David Burrows, astronom dari Universitas Pennsylvania State University. Lubang hitam atau biasa disebut dengan black hole diyakini lebih kuat dibanding sebelumnya karena penambahan massa dari penyerapan bintang. Penyerapan tersebut membuat lubang hitam tumbuh lebih besar hingga menjadi super-massive black hole. Super-massive black hole dapat mencapai ukuran hingga miliaran massa matahari. Sebagai perbandingan, planet bumi memiliki ukuran bumi 1/332.950 dari massa matahari. Video black hole tengah menghisap sebuah bintang yang ditangkap oleh satelit Swift milik NASA
 

Date A Live

Date A Live
Ratatoskr

Eureka seveN

Eureka seveN

Pages - Menu

5

~

diooda