Select Language

~ [DR]~

Fenomena Hari Tanpa Bayangan Matahari

JAKARTA,— Hari tanpa bayangan Matahari akan terjadi di beberapa daerah di wilayah Jawa. Solo akan mengalaminya pada Kamis (1/3/2012), Semarang pada Jumat (2/3/3012), dan Jepara pada Sabtu (3/3/3012). Sementara, Yogyakarta telah mengalaminya pada Rabu (29/2/2012). Bagaimana sebenarnya hari tanpa bayangan Matahari? Secara sederhana, fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan eksperimen jam Matahari. Caranya dengan menegakkan tongkat di sebuah bidang datar atau tanah lapang yang disinari Matahari dan kemudian mengamati bayangannya. Pada pengamatan di hari biasa, kala pagi hari, bayangan akan jatuh di sebelah barat, sementara pada sore hari akan jatuh di timur. Saat tengah hari, Matahari tepat berada di atas kepala sehingga bayangan sangat pendek. "Kalau kita mengamati di hari tanpa bayangan Matahari, kira-kira saat dzuhur bayangan akan jatuh tepat di atas tongkat sehingga kita tidak melihat bayangannya, " kata Mutoha Arkanuddin dari Jogja Astro Club saat dihubungi, Rabu (29/2/2012). Meski disebut hari tanpa bayangan Matahari, namun bayangan Matahari hanya "menghilang" saat tengah hari saja. Kala pagi dan sore hari, bayangan tetap bisa dilihat dengan melakukan eksperimen sederhana yang sama. Lalu, apa sebab terjadinya hari tanpa bayangan Matahari? Matahari mengalami gerak semu harian dan tahunan. Pada gerak semu harian, manusia di Bumi akan melihat Matahari seolah-olah terbit dari timur, berada tepat di atas kepala pada tengah hari dan akhirnya tenggelam di barat. Pada gerak semu tahunan, manusia yang berada di lintang nol akan melihat Matahari bergeser ke utara antara 21 Maret - 23 September dan bergeser ke selatan antara 23 September-21 Maret. Tepat tanggal 21 Maret dan 23 September, Matahari ada di khatulistiwa. Gerak semu Matahari tersebut membuat Matahari seperti singgah di tempat-tempat antara 23,5 derajat Lintang Utara hingga 23,5 derajat Lintang Selatan. Singgahnya Matahari di sebuah tempat ini yang menyebabkan fenomena hari tanpa bayangan Matahari. Secara ilmiah, hari tanpa bayangan Matahari disebut sebagai Transit Utama, yakni saat Matahari berada di titik zenith sebuah tempat. Jadi, jika hari di Solo terjadi hari tanpa bayangan Matahari, maka Matahari tengah singgah tepat di titik atas warga Solo. Transit Utama bukan peristiwa langka sebab terjadi secara periodik, Mutoha mengatakan, di Yogyakarta misalnya, hari tanpa bayangan Matahari terjadi pada bulan Februari. Sayangnya, Matahari tak bisa bergeser ke barat atau ke timur. Jadi, kota-kota di Indonesia lain seperti Aceh, Jakarta, dan Jayapura tak bisa menikmati transit Utama. Kota di khatulistiwa yang dapat menyaksikannya adalah Pontianak, setiap tanggal 21 Maret. Eksperimen Eratosthenes Apa keistimewaan Transit Utama? "Transit utama 2.200 tahun lalu dimanfaatkan oleh Eratosthenes untuk mengukur keliling Bumi," kata Mutoha. Eratosthenes membandingkan fenomena yang terjadi di kota Shina (Aswan) dan Alexandria. Ia mengamati bahwa setiap tanggal 22 Juni, sebuah sumur di kota Shina mendapatkan penyinaran menyeluruh, yang artinya Matahari tegak lurus. Sementara itu, tugu di kota Alexandria memperlihatkan bayangan pada tanggal yang sama. Dari pengamatannya, Eratosthenes percaya bahwa Bumi berbentuk bulat dan bahwa Shina dan Alexandria terletak di Meridien yang sama. Eratosthenes kemudian menemukan sebuah persamaan, bahwa keliling Bumi dibagi jarak dua kota yang terletak pada meridien yang sama, sama dengan 360 derajat dibagi sudut antara dua kota tersebut. Untuk mengukur keliling Bumi, Eratosthenes menghitung jarak Shina - Alexandria adalah 5000 Stadia (800 km). Pengukuran diperoleh dengan mengalikan waktu tempuh perjalanan yang selama 50 hari dengan kereta berkecepatan 100 stadia. Stadia adalah arena olahraga yang dipakai masyarakat Yunani, berukuran keliling 185 meter. Eratosthenes berteori bahwa cahaya Matahari yang mencapai Bumi berjalan pararel. Dari hal tersebut, ia mengungkapkan bahwa sudut antara Alexandria dan Shina adalah 1/5 sudut keliling Bumi atau 7,12 derajat. Dengan perhitungannya, Eratosthenes mendapatkan hasil bahwa keliling Bumi adalah 250.000 stadia atau 46.300 kilometer. Perhitungan Eratosthenes cukup akurat, hanya 15 persen meleset dari perhitungan saat ini. Jarak Shina-Alexandria 729 km, bukan 800 km. Alexandria dan Shina juga tidak terletak pada meridien yang sama, tetapi berbeda 3 derajat. Walau demikian, hasil studi Eratosthenes sangat pantas diapresiasi. "Biasanya, hari tanpa bayangan Matahari menjadi kesempatan bagi kita untuk mengulang eksperimen yang sama dengan Eratosthenes. Kala 2.200 tahun lalu dia bisa, masak kita tidak bisa," ujar Mutoha.
 

Senin, Empat Planet Muncul Bersamaan

New Delhi: Empat planet akan terlihat bersamaan pada Senin, 27 Februari. Para pengamat astronomi mengatakan bahwa planet-planet tersebut akan muncul setelah matahari terbenam. Demikian seperti diwartakan situs Zeenews, Ahad (26/2). Direktur Planetary Society of India, N Raghunandan, mengungkapkan bahwa para pecinta langit dapat melihat planet Jupiter mengorbit berdekatan dengan bulan di langit barat setelah matahari terbenam. Keduanya akan tampak dekat satu sama lain dari bumi. Peristiwa tersebut dikenal dengan Konjungsi Astronomis bulan dengan Jupiter. Planet Jupiter dapat dilihat di arah barat sekitar pukul 22.00 besok. Sementara di bawah satelit alam kita yakni bulan, Venus dapat terlihat di arah barat. Venus, Jupiter, dan bulan sabit ramping akan berbaris di langit barat. Benda-benda langit itu akan membentuk segitiga cerah di senja malam. Menurut para ahli, cahaya yang dikeluarkan benda-benda tersebut akan terlihat begitu terang. Bahkan sinarnya dapat menembus awan tipis dan mengalahkan cahaya lampu-lampu kota. Sky Gazers juga dapat melihat planet merah Mars di arah timur setelah matahari terbenam. Lalu cincin planet Saturnus juga akan menghiasi langit malam di arah timur. Selain pada 27 Februari, konjungsi lain yakni Venus dengan Jupiter juga diperkirakan akan terjadi pada 14 Maret. Pada saat itu Venus dan Jupiter akan muncul berdampingan di langit. (TNT/MEL)
 

Logo Lama Sony Ericsson Segera Jadi Barang Langka

BARCELONA,— Setelah berpisah secara resmi dengan Ericsson tanggal 16 Februari 2012, Sony Mobile Communication (namanya saat ini) meluncurkan jajaran ponsel Xperia NXT. Saat ponsel-ponsel itu diperkenalkan di Barcelona bersamaan dengan acara Mobile World Congress, 27-29 Februari 2012, banyak orang bertanya-tanya perubahan apa saja yang terlihat pada ponsel-ponsel baru itu setelah nama Ericsson tidak muncul lagi? Yang jelas, nama yang muncul di depan hanya Sony. Lalu, sebagai produk, di bagian bawah jajaran ponsel Xperia tertulis simbol Xperia. Dalam berbagai poster dan iklan, simbol yang dimunculkan adalah tulisan make.believe. Tulisan ini tidak sekedar berarti "make believe", tetapi titik di tengahnya memiliki arti sehingga pembacaan yang benar adalah "make dot believe". Kata "make" diartikan sebagai suatu "aksi", yakni melakukan, membangun, atau mendesain. Adapun "believe" ditekankan pada "semangat", yakni pemikiran, gagasan, dan mimpi-mimpi. Bagaimana dengan dot? Dot merupakan penghubung antara usaha dan gagasan tadi. "Jadi, titik di tengah itu bukan tanpa arti, tetapi menjadi penghubung antara gagasan dan usaha mewujudkannya," kata Hanny Sanjaya, Marketing Manager Produk Sony Mobile Indonesia, Selasa (28/2/2012) di Barcelona. Sony akan menggunakan logo make.believe ini dalam komunikasinya. Logo ini akan ditempatkan di produk-produk Sony dan dalam ruang atau gedung-gedung Sony. Lalu bagaimana nasib logo bulat Sony Ericsson yang disebut sebagai "liquid identity" itu? Dalam produk Sony Xperia S, P, dan U yang baru saja diperkenalkan di Barcelona, logo itu masih terlihat di balik ponsel. Namun, beberapa pihak di Sony mengatakan, logo itu akan segera dihilangkan di produk-produk mendatang. Dalam pidato pembukaan, Minggu (26/2/2012), Executive Deputy President, President, CEO Sony Corporation Kazuo Hirai menegaskan bahwa semua pengembangan ke depan akan berada di bawah merek "Sony". Artinya, suatu ketika nanti, ponsel Sony yang masih memiliki logo bulat serupa yin dan yang itu bisa menjadi barang langka.
 

Indonesia Ikut Karnaval di Basel

Satwa endemik Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (29/11/2010). LONDON,- Indonesia ikut meramaikan karnaval terbesar yang diadakan di kota Basel, Swiss "Die Dreei Schnenschte Dägg" atau Tiga Hari yang Mengagumkan. Karnaval akan diawali dengan matinya lampu di jalan kota Basel pada pukul empat subuh. "Waktu belum lagi menunjukkan pukul 04.00 pagi namun semua lampu lampu di jalan Kota Basel maupun lampu di rumah-rumah penduduk dimatikan dimana kegelapan mencapai puncaknya yang disebut Morgestraich," ujar staf Pensosobud KBRI Bern, Budiman Wiriakusumah, kepada Antara London, Selasa (28/2/2012). Budiman mengatakan saat "Morgestraich" itu, karnaval terbesar di Swiss di Kota Basel yang berbatasan dengan wilayah Perancis dan Jerman itu dimulai. Karnaval untuk tahun 2012 dimulai Senin tanggal 27 Februari berlangsung selama 72 jam dan akan berakhir Kamis, 1 Maret pada pukul 04.00 pagi atau dinamakan "Endstraich". Menurut Budiman, edisi kali ini Indonesia ikut meramaikan karnaval di kota Basel, tampak tram no 1 dan 14 yang merupakan tram promosi Wisata Indonesia, mengantar ribuan turis yang datang, dari stasiun kereta api (Basel Hauptbahnhof) ke pusat kota, tempat berlangsungnya karnaval. "Di tram no 1 dan 14 merupakan tram promosi Wisata Indonesia, yang mengajak wisatawan untuk berkunjung ke tujuan wisata di Indonesia seperti Raja Ampat, Borobudur, Komodo, Lombok dan Bali," ujarnya. The Basler Fasnacht atau Karnaval Basel yang berpusat ditengah kota terutama di kuta tua, manampilkan beragam kostum mulai dari tokoh-tokoh legenda Swiss, pakaian dari daerah/kanton swiss lainnya sampai kepada pakaian konvensional lainnya. Budiman memaparkan, ciri khas karnaval ini adalah pemisahan secara jelas antara penonton dan peserta karnaval, sehingga penonton tidak berbaur dengan peserta. Bahkan diantara penonton juga terjadi saling melempar konfeti (serbukan kertas). Bisa dikatakan di karnaval Basel inilah asal dari terjadinya saling melempar konfeti yang kemudian diikuti oleh karnaval di kota-kota besar lainnya di dunia. Sedangkan pawai untuk anak-anak dan keluarga dilakukan pada Selasa (28/2/2012) dan berlangsung di tengah kota. Siapa pun boleh ikut serta dengan mendaftar terlebih dahulu, biasanya mereka ikut berpartisipasi tidak secara grup namun perorangan. Karnaval ini juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk mencicipi makanan khas Swiss, mulai dari fondue (keju yang dilelehkan dan dimakan dengan roti), Raclette, dan tentunya sosis-sosis yang dijual oleh petani-petani dari Kanton Basel. Tidak seperti karnaval di Jerman, sebagian besar penonton karnaval di Basel ini mengecat wajahnya dengan make-up sehingga terlihat sangat lucu. "Basel selain kota industri di Swiss juga terkenal dengan budaya, membuat banyak turis berkunjung ke sana dan kesempatan ini kita manfaatkan untuk melakukan promosi wisata di tengah ramainya turis yang berkunjung," kata Budiman. Selain itu pada bulan Maret juga akan dilaksanakan "Basel World", pameran "Avant Premiere" dari perhiasan dan jam-jam mewah dari seluruh dunia. "Promosi Indonesia di tram line 1 dan 14 pun masih ikut meramaikan kesibukan kota Basel untuk mengajak wisatawan yang datang ke Basel berkunjung ke Indonesia," tambah Budiman Wiriakusumah. Sumber : Antara
 

Angkatan Laut AS Kembangkan Senjata Super

WASHINGTON— Angkatan Laut AS mengatakan, pihaknya kian dekat untuk mengembangkan senjata ampuh bagi kapal-kapal perang yang dapat menembakkan peluru hingga ke target sejauh 185 kilometer. Senjata itu dikenal sebagai railgun elektromagnetik. Senjata tersebut terdiri dari rel-rel paralel serta menggunakan medan magnet dan arus listrik untuk menghasilkan energi guna menembak. Saat ini, senjata di kapal perang hanya memiliki jangkauan sekitar 24 kilometer. Proyektil senjata itu nanti tidak menggunakan selongsong dan tidak punya bubuk mesiu. Hal itu membuat senjata tersebut secara teknis lebih aman ketimbang teknologi yang ada sekarang. Setelah ditembakkan pada kecepatan hipersonik, proyektil-proyektil itu akan mencapai ketinggian 150.000 meter sebelum turun ke targetnya dengan menggunakan pedoman GPS. Angkatan Laut AS, Selasa (28/2/2012) malam, mengatakan bahwa pengujian prototipe senjata itu dilakukan di sebuah pangkalan militer di Virginia bulan ini. Para peneliti Angkatan Laut AS mengatakan, kecepatan tinggi senjata itu dan jangkauannya akan memungkinkan kapal-kapal perang untuk mempertahankan diri terhadap rudal-rudal balistik dan jelajah. Senjata itu juga bisa menyerang kapal musuh. Angkatan Laut memperkirakan sudah memiliki senjata itu pada tahun 2017. Sumber : AP
 

Simon, Tommy ke Babak Kedua

JAKARTA,- Empat tunggal putera Indonesia lolos ke babak kedua turnamen bulu tangkis Jerman Terbuka Grand Prix Gold, Rabu (29/2) ini. Simon Santoso yang diunggulkan di tempat kelima akan menghadapi pemain India, Anand Pawar setelah di babak pertama, Selasa menyingkirkan pemain India lainnya, Ajay Jayaram 21-9 21-19. Sementara unggulan 9 Tommy Sugiarto menyingkirkan pemain Slovenia, Iztok Utrosa 21-10 21-9 untuk menghadapi pemain Jepang Kazushi Yamada di babak kedua. Kemenangan juga diraih unggulan 16 Dionysius Hayom Rumbaka dan Andre Kuniawan Tedjono. Kedua pemain yang merupakan alumni PB Djarum ini maju ke babak kedua dengan menyingkirkan Tan Yuhan (Belgia) 21-18 21-16 serta Petr Koukal (Republik Ceko) 21-15 21-19. Hayom akan ditantang pemain Jerman, Dieter Domke, sementara Andre harus menghadapi ganjalan keras pemain unggulan 3 asal Jepang, Sho Sasaki. Namun nasib sial menimpa pemain senior pelatnas, Sony Dwi Kuncoro. Di babak pertama, Sony yang lama berkutat dengan cedera disingkirkan pemain unggulan 13 asal Hong Jong, Wong Wing Ki 20-22 16-21.
 

Astronom Temukan Planet Pengganti Bumi

London: Para astronom telah menemukan sebuah planet terbaik yang bisa dihuni. Planet berbatu ini layaknya bumi dan mengorbit matahari dalam zona yang memiliki suhu tepat pada air di permukaan planetnya. Menurut laman dailymail.com, Jumat (3/2), suhu udara planet tersebut hampir mendekati dengan suhu yang ada di bumi. "Planet ini adalah kandidat terbaik untuk dihuni karena didukung dengan air yang cair dan mungkin seperti kehidupan yang kita kenal," ujar pemimpin studi, Guillem Anglada-Escude. Planet tersebut dideteksi dengan menggunakan data dari teleskop Observatorium Eropa Selatan. Ilmuwan tengah menganalisa untuk menemukan getaran dalam sebuah gerakan bintang yang menyebabkan adanya 'tarikan' gravitasi pada planet tersebut Planet baru ini memiliki ruang sekitar 4,5 kali bumi, dan padanya mengorbit sebuah bintang yang disebut GJ 667C, 22 tahun cahaya dari Bumi . "Planet ini memiliki sekitar satu bintang dalam sistem tiga bintang. Bintang-bintang lainnya cukup jauh, tetapi mereka akan terlihat cukup bagus di langit," ujar Steven Vogt, profesor astronomi dan astrofisika dari University of California, Santa Cruz (UCSC), Amerika Serikat. Bintang induk adalah anggota dari sebuah sistem dengan tiga bintang, dua lainnya adalah planet kerdil oranye. Bintang ini memiliki susunan kimiawi yang berbeda dari Matahari, dengan kelimpahan cahaya jauh lebih rendah dari unsur yang lebih berat dari helium, seperti besi, karbon, dan silikon. Penemuan ini menunjukkan bahwa planet berpotensi dihuni yang dapat terjadi dalam berbagai lingkungan yang lebih besar dari sebelumnya. Sedangkan GJ 667C, sebelumnya telah diamati dimiliki planet besar yang mengorbit dekat dengan bintangnya, meskipun temuan ini tidak pernah dipublikasikan. Planet ini mengorbit begitu dekat dengan bintang yang terlalu panas bagi air. Studi baru dimulai dengan tujuan untuk memperoleh parameter orbital pada bumi yang super. Namun disamping kandidat pertama, tim peneliti juga menemukan sinyal yang jelas dari planet lain yang disebut GJ 667Cc. Tim menemukan sistem tersebut mungkin mengandung gas raksasa planet dan tambahan pada super-bumi. Namun, pengamatan lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi dua kemungkinan planet tersebut. (MEL)
 

Peneliti Temukan Planet Baru Berisi Air

Washington, D.C: Para peneliti kembali menemukan sebuah planet baru yang belum pernah teridentifikiasi. Planet baru yang terlacak lewat teleskop Hubble itu seluruhnya dipenuhi air. Seperti dilansir dari TGDaily, Rabu (22/2), planet yang diberi nama GJ 1214b adalah dunia air yang dikelilingi uap tebal. "GJ 1214b tidak seperti planet yang kita ketahui. Hampir seluruh massanya terdiri dari air," kata Berta Zachory, salah seorang Astrofisika. Tim peneliti menggunakan tiga kamera dari Hubble untuk mempelajari GJ 1214b saat melintasi di depan sumber bintangnya. Mereka menganalisa cahaya bintang yang disaring melalui atmosfer planet itu. Mereka menemukan spektrum GJ 1214b menjadi sifat khusus atas berbagai panjang gelombang dan menunjukkan suasana padat uap air. Berdasarkan data yang didapat, planet itu memiliki massa planet dan ukuran kepadatan hanya sekitar dua gram per sentimeter kubik, kurang dari setengah dari Bumi. Dengan kepadatan air hanya satu gram per sentimeter kubik, implikasinya adalah GJ 1214b memiliki lebih banyak air dari Bumi. Namun, planet itu dilaporkan kurang memiliki batuan. Awalnya, planet itu telah ditemukan pada 2009 silam. Planet GJ 1214b memiliki sekitar 2,7 kali diameter bumi dan beratnya tujuh kali lipat dari dunia. Planet itu mengorbit pada sebuah bintang kerdil merah dan memiliki suhu 230 Celcius derajat. Namun, hingga kini, peneliti masih belum mengetahui komposisi planet tersebut.(BOG)
 

Sebuah Asteroid Bergerak Mendekati Bumi

MOSKWA,http://achmadhairilsyah.blogspot.com/— Sebuah asteroid bernama 2012 DA14 sedang bergerak mendekati Bumi. Tahun depan, asteroid tersebut akan ada pada jarak yang lebih dekat dari beberapa satelit buatan manusia yang mengorbit Bumi. Pada tanggal 15 Februari 2013, asteroid itu akan melayang pada jarak 26.900 km. Jarak ini 6.000 km lebih dekat dari beberapa satelit yang mengorbit Bumi dari jarak 35.700 km. Asteroid itu terdeteksi pertama kali oleh Spanish Observatorio Astronomico de La Sagra. Ukuran satelit itu sekitar 4-50 meter, tergolong asteroid dekat Bumi dan memiliki potensi menumbuk Bumi. Para astronom masih akan terus memonitor asteroid ini untuk mengetahui ukuran dan jalurnya secara pasti. Menurut prediksi astronom, seperti diuraikan Ria Novosti, Senin (27/2/2012), asteroid sebesar 50 meter berpotensial menimbulkan ledakan di atmosfer yang besarnya 1.000 kali lebih besar dari bom di Hiroshima. Meski demikian, masih perlu penelitian untuk menentukan apakah asteroid ini akan berdampak pada Bumi atau tidak. Sumber : RIA Novost
 

NASA: Asteroid Ancam Tabrak Bumi pada 2040

Jika itu terjadi, memang tak sampai kiamat, tapi jutaan orang dikhawatirkan tewas.
Belum lagi pasti, apakah Bumi akan selamat dari asteroid Apophis, yang menurut para ilmuwan Rusia bakal menabrak Bumi pada 13 April 2036, ancaman baru muncul. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengidentifikasi sebuah batu angkasa yang memiliki peluang untuk menyenggol Bumi. Besarnya 460 kaki atau 140 meter. Identifikasi NASA menyebut, asteroid yang dinamai 2011 AG5 berpeluang menabrak Bumi pada 5 Februari 2040. Seperti dimuat Daily Mail, 28 Februari 2012, keberadaan asteroid ini bahkan menjadi perhatian tim aksi objek dekat Bumi bentukan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), yang mulai membahas bagaimana cara untuk mengalihkan orbit batu raksasa ini agar tak menyenggol Bumi. Agar tak membahayakan umat manusia. Berdasarkan perhitungan NASA yang disampaikan Donald Yeomans, Kepala Program Observasi Obyek Dekat Bumi di Laboratorium Jet Propulsion, peluang asteroid itu bersenggolan dengan Bumi adalah 1:625, prediksi yang bisa terus berubah, seiring pergerakannya yang terus berubah. "Untungnya, obyek ini akan bisa diamati dari tanah dalam interval 2013-2016," kata dia. Meski tak akan menyebabkan kiamat dan memusnahkan umat manusia, skrenario terburuknya, jika benda langit itu menabrak sebuah kota, niscaya jutaan nyawa akan melayang. Sebagai perbandingan, asteroid yang menjadi pemicu musnahnya spesies Dinosaurus 65 juta tahun lalu, sembilan mil lebih lebar dari ukuran 2011 AG5. Sejauh ini, para ilmuwan masih meraba-raba, mencari tahu sifat pergerakan asteroid itu. Para ahli baru bisa memperkirakan ukurannya, mereka baru bisa mengamati setengah orbitnya. Baru antara tahun 2013 dan 2016, para astronom akan bisa memonitor 2011 AG5 dari tanah, yang jadi modal untuk membuat penilaian yang lebih rinci. Pada 2023, asteroid ini akan "lolos dari lubang kunci" ke Bumi -- di area yang melewati orbit, sebelum ia akhirnya menabrak Bumi. Menurut Laboratorium Jet Propulsion NASA, momentum akan berada dalam 0.02 unit astronomi dari planet kita, atau sekitar 1,86 juta mil. Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari petaka? NASA mengatakan, di antara opsi penyelamatan Bumi adalah dengan mengirimkan pesawat ke asteroid tersebut yang bisa memberi efek grafitasi, untuk mengarahkan 2011 AG5 menjauh dari bumi, selama jutaan tahun cahaya. Opsi lain, adalah dengan mengirim satelit dan menabrakkannya ke asteroid tersebut. Penggunaan senjata nuklir juga didiskusikan. Namun, dikhawatirkan, alih-alih menyelesaikan masalah, nuklir justru menciptakan hujan batu yang mengarah ke Bumi. Sementara, seperti dimuat SPACE.com, asteroid ini ditemukan pada Januari 2011 oleh observatorium Mount Lemmon Survey di Tucson, Arizona. "2011 AG5 adalah obyek yang saat ini memiliki kesempatan tertinggi menabrak Bumi, di 2040. Namun, kita hanya mengamatinya selama sekitar setengah orbit, sehingga presisi perhitungan ini masih tidak terlalu tinggi," kata Detlef Koschny dari Divisi Tata Surya Badan Angkasa Eropa (European Space Agency), Belanda. (umi) • VIVAnews
 

Teka-teki di Balik Keindahan Aurora

MASSACHUSETS,- Keindahan aurora mudah dinikmati, terutama oleh mereka yang tinggal di lintang tinggi. Namun, peristiwa pembentukan aurora hingga saat ini belum dipahami sepenuhnya. Hasil penelitian ilmuwan dari Massachusets Institute of Technology, yang dipublikasikan dalam Nature Physics, Minggu (26/2/2012), semakin membuka wawasan tentang pembentukan aurora. Secara umum, aurora terbentuk ketika partikel energetik dari badai Matahari menumbuk molekul di atmosfer menghasilkan foton cahaya. Lewat hasil penelitian, mekanisme yang lebih detail diuraikan. Pembentukan aurora terkait dengan adanya gerak elektron yang dipercepat di area magnetotail, yakni bagian medan magnet Bumi yang "mengembang" saat badai Matahari menumbuk Bumi. Area magnetik yang mengembang menyimpan energi persis seperti karet yang diregangkan. Energi bisa dilepas persis seperti karet gelang yang bisa ditembakkan ke arah tertentu. Gerak elektron dengan kecepatan tinggi juga dimungkinkan karena adanya magnetotail yang besar. Ilmuwan memperkirakan, magnetotail yang ada seribu kali lebih besar dari yang diperkirakan. Energi yang dilepaskan itulah yang mempercepat gerak elektron menuju Bumi. Ketika elektron menumbuk lapisan atas atmosfer Bumi, foton cahaya pun tercipta menghasilkan aurora. "Orang berpikir area ini kecil. Kami berhasil menunjukkan bahwa area ini bisa sangat besar dan sanggup mempercepat gerak elektron," kata Jan Egedal, pimpinan penelitian, seperti dikutip Space, Senin (27/2/2012). Untuk mendapatkan hasil penelitian ini, Egedal dan rekannya menganalisis data yang diambil oleh beberapa wahana antariksa, misalnya wahana Cluster milik Eurpean Space Agency (ESA). Ilmuwan juga menggunakan superkomputer yang disebut Kraken. Superkomputer itu memiliki 112.000 prosesor yang bekerja secara pararel. Para ilmuwan memakai 25.000 prosesor selama 11 hari untuk mengamati 180 miliar partikel simulasi yang bisa menunjukkan gerak elektron. Sumber : SPACE.COM
 

Lubang Hitam Memakan Asteroid

MASSACHUSETTS,- Lubang hitam disebut sebagai objek semesta yang memiliki gravitasi tinggi serta sanggup menelan apapun, tak terkecuali cahaya. Ketika sebuah benda langit ditelan lubang hitam, benda itu akan menguap. Sebagai jejaknya, pancaran sinar X yang terang akan dihasilkan. Astronom telah mengobservasi pancaran sinar X di sekeliling lubang hitam Galaksi Bimasakti, Sagitarius A*. Observasi dilakukan sejak tahun 1999 dengan Chandra X-Ray Observatory serta Very Large Telescope European Southern Observatory di Chile. Pendataan yang dilakukan menunjukkan bahwa pancaran sinar X bisa terjadi setiap hari. Pancaran bisa bertahan selama satu jam hingga lebih. Kadang terdapat pancaran sinar X yang ratusan kali lebih terang dari biasanya. Kini, riset oleh tim peneliti dari University of Leicester yang dipimpin Kastytis Zubovas menunjukkan bahwa pancaran sinar X bisa berkaitan dengan asteroid. Dengan kata lain, lubang hitam memakan banyak asteroid. Berdasarkan data Chandra X-Ray Observatory, ada beberapa triliun asteroid yang terdapat di sekeliling Sagitarius A*. Jarak asteroid sedikitnya 160 juta kilometer dari cawan akresi, cincin gas panas di lubang hitam. Pada suatu waktu, karena tertarik oleh gravitasi, asteroid akan mendekati lubang hitam dan akhirnya tertelan. Asteroid akan masuk cawan akresi dan menguap, persis ketika sebuah asteroid atau meteor masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar. Sebelumnya, diperkirakan hanya asteroid berukuran lebar minimal 10 km saja yang bisa menghasilkan pancaran sinar X yang terang. Namun, berdasarkan riset ini, asterois yang lebih kecil pun bisa menghasilkannya. Lalu, darimana jutaan asteroid di sekeliling Sagitarius A* berasal? Peter Edmonds, astronom yang bertanggung jawab pada proyek Chandra X-Ray Observatory mengatakan bahwa kemungkinan asteroid merupakan curian dari sebuah tata surya. "Asteroid kemungkinan dikeluarkan dari tata surya tertentu dan kemudian ditarik di awan asteroid di dekat lubang hitam," jelas Edmond dikutip National Geographic, Kamis (9/2/2012). Sumber : National Geographic News
 

Bimasakti Kaya Planet Yatim Piatu

CALIFORNIA,- Galaksi Bimasakti memiliki lebih dari 100.000 planet yatim piatu atau planet nomad, alias planet yang tidak mengorbit bintang induk tertentu. Hal tersebut diketahui dari ekstrapolasi hasil observasi planet yang dilakukan dengan metode gravitational microlensing, melihat pengaruh gravitasi planet pada cahaya bintang. Louis Strigari, ilmuwan dari Kavli Institute di Stanford University dan rekannya mendeteksi objek yang terdapat di Bimasakti, mulai dari yang sebesar Jupiter hingga sekecil Pluto. Berdasarkan hasil studi, ilmuwan menemukan bahwa tak ada cukup tata surya yang mempu menaungi seluruh planet yang ada, sehingga planet yatim piat umum. Ada teori yang meyatakan bahwa planet yatim piatu semula berasal dari tata surya tertentu dan kemudian terlempar keluar. Hasil riset menunjukkan bahwa teori itu tak sepenuhnya berlaku. Lebih lanjut, hasil studi juga membuka pertanyaan baru tentang proses pembentukan planet serta pandangan baru tentang zona layak huni di luar Bumi. "Jika ada planet nomad yang cukup besar dan memiliki atmosfer tebal, mereka bisa menjebak panas, memungkinkan bakteri untuk hidup," kata Strigari seperti dikutip Discovery, Jumat (24/2/2012). Hasil penelitian Strigari telah dikirim ke jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. Penelitian lebih lanjut bisa dilakukan dengan Wide-Field Infrared Survey Telescope (WFIRST) milik NASA dan Large Synooptic Telescope yang akan diluncurkan pada tahun 2020. Sumber : DISCOVERY
 

Selain Menyusut, Bulan Ternyata Mengembang Juga

WASHINGTON,- Studi terbaru menunjukkan bahwa Bulan mengembang. Hasil penelitian ini mengejutkan sebab ilmuwan sebelumnya menyangka bahwa Bulan menyusut. Pada tahun 2010, peneliti menemukan bahwa Bulan selalu menyusut sepanjang waktu. Penyusutan ini membuat Bulan nampak seperti kismis, memiliki kerutan-kerutan di permukannya. Proses penyusutan Bulan ini masuk akal sebab Bulan kehilangan panas dari proses pembentukannya 4 miliar tahun lalu. Kerutan seperti di Bulan itu juga ditemukan di Merkurius. Namun, di tengah penyusutan itu, tim peneliti yang dipimpin Thomas Watters dari Smithsonian Institution di Washington mengungkap bahwa beberapa permukaan bulan menunjukkan peregangan atau mengembang. Penelitian dengan Lunar Reconaissance Orbitter milik NASA menunjukkan struktur disebut graben, yang terbentuk ketika dua permukaan Bulan meregang atau menjauh. Pengembangan lama telah ditemukan sebelumnya. Namun, pengembangan ini tergolong "baru", umurnya kurang dari 50 juta tahun. Peneliti mengungkapkan bahwa pengembangan bisa disebabkan oleh magma, menyebabkan permukaan tampak membengkak. "Sangat menyenangkan ketika Anda menemukan sesuatu yang sama sekali tak terduga," kata Mark Robinson, anggota tim peneliti dari Arizona State University, seperti dikutip New Scientist, Selasa (21/2/2012). Sumber : NewScientist
 

PLEASE LIKE THIS FACEBOOK PAGE

http://www.facebook.com/pages/CIA-Couple-In-Anime/220149388031147
 

Danian- Karena Terbiasa.mp4

 

Akan Ada Letusan Gunung Berapi di Bulan

Lava cair berada di kedalaman 1200 sampai 1350 kilometer di bawah permukaan Bulan.
- Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Geosciences, di masa depan, manusia akan menikmati pemandangan indah, yakni letusan gunung berapi di Bulan yang terlihat dari Bumi. Menggunakan informasi yang dikumpulkan oleh seismometer yang dipasang di Bulan saat misi Apollo digelar, diketahui bahwa sekitar 30 persen lapisan yang mengelilingi inti Bulan yang terbuat dari logam merupakan zat cair. Menurut Renee Weber, peneliti dari Marshall Space Flight Center NASA yang mengetuai studi pemetaan dan pemodelan Bulan, lava cair itu berada di kedalaman 1200 sampai 1350 kilometer di bawah permukaan Bulan. Lalu, mengapa tidak ada gunung berapi aktif di sana? Dikutip dari Gizmodo, 21 Februari 2012, permukaan Bulan sama seperti planet mati. Letusan gunung berapi terakhir yang terjadi di Bulan terjadi beberapa miliar tahun yang lalu. Untuk mengetahui apakah akan ada letusan gunung berapi di bulan, sekelompok peneliti yang diketuai Mirjam van Kan Parker dan Wim van Westernen dari VU University, Amsterdam coba mencari jawabannya. Berhubung manusia tidak bisa mengakses lava yang ada di Bulan, peneliti menggunakan sampel bebatuan seberat 350 kilogram yang dibawa oleh Apollo dari Bulan. Mereka kemudian menempatkan batu itu di kondisi serupa dengan perut Bulan. Yakni dengan tekanan lebih dari 45.000 bar serta temperatur sekitar 1.500 derajat Celsius. Setelah menciptakan lava buatan, mereka kemudian menganalisa dan membuat simulasi komputer. Ternyata, diketahui bahwa magma Bulan kaya dengan titanium. Artinya, lava cair itu terlalu berat untuk dapat mengalir ke permukaan Bulan. Padahal, agar lava bisa meletup di permukaan Bulan, ia perlu lebih ringan. “Setelah magma terbentuk, mereka terakumulasi di lapisan bawah Bulan. Kira-kira seperti gunung berapi namun terbalik. Saat ini, Bulan sedang berada dalam fase pendinginan, demikian pula dengan bagian dalamnya,” kata Westrenen. “Ini menjawab pertanyaan mengapa tidak ada gunung berapi di Bulan,” ucapnya. Tetapi, bagaimana dengan di masa depan? Di masa depan, lava yang lebih dingin itu akan berubah komposisinya. Kemungkinan, ia akan menjadi tidak terlalu padat dibandingkan dengan zat-zat yang ada di sekelilingnya. “Magma yang lebih ringan ini dapat dengan mudah bergerak ke permukaan dan membentuk gunung berapi di Bulan,” kata Westrenen. “Itu akan menjadi pemandangan yang sangat indah,” ucapnya. Sayangnya, tidak satupun dari kita yang hidup saat ini bisa melihat fenomena letusan gunung berapi di Bulan. Pasalnya, proses tersebut akan membutuhkan waktu jutaan tahun. (sj)
 

Hutan Berusia 298 Juta Tahun Ditemukan Utuh

Hutan ini ditemukan terkubur abu hasil erupsi gunung berapi.
- Sejumlah ilmuwan Amerika dan China tercengang dengan apa yang mereka temukan di bawah tambang batubara dekat Wuda, Mongolia Dalam, China. Sebuah hutan yang diperkirakan berumur 298 juta tahun ditemukan terkubur dalam keadaan utuh. Para ilmuwan kemudian menyebut temuan itu Pompeii dari periode Permian. Pompeii adalah sebuah kota kuno di Romawi yang ditemukan terkubur abu vulkanik dari letusan gunung Vesuvius. Seperti halnya Pompeii, hutan rawa ini terjaga secara sempurna sehingga ilmuwan bisa mengetahui di mana setiap tumbuhan awalnya pernah tumbuh. Ini memungkinkan mereka untuk memetakan hutan itu. Ahli paleobotanis Universitas Pennsylvania, Hermann Pfefferkorn, menyebut temuan ini sebagai kapsul waktu. Pfefferkorn sendiri merupakan salah satu ilmuwan yang tergabung dalam tim.
“Ini merupakan pengawetan yang mengagumkan. Kami berada di sini dan saat menemukan dahan, kami menemukan tunggul dari pohon yang sama. Ini benar-benar sempurna,” kata Pfefferkorn seperti dilansir Gizmodo. Para ilmuwan menemukan seluruh tumbuhan dan pohon dalam posisi dan keadaan yang persis sama ketika terjadi erupsi, persis seperti Pompeii. Bedanya, Pompeei berasal dari tahun 79 Masehi, sedangkan hutan ini tertutup abu selama 298 juta tahun, selama periode Permian. Para peneliti menemukan area hutan seluas 10.763 kaki persegi (sekitar 1 kilometer persegi), tersembunyi di bawah sebuah tambang batubara. Mereka menggalinya menggunakan berbagai alat berat. Mereka percaya, pemfosilan hutan terjadi karena terkubur abu dalam volume yang sangat besar yang tercurah dari langit selama berhari-hari. Sejauh ini, para ilmuwan telah mengidentifikasi enam kelompok pepohonan. Beberapa dari mereka setinggi 80 kaki, yakni Sigillaria dan Cordaites. Ilmuwan juga menemukan sejenis kelompok pepohonan besar, Noeggerathiales, yang sudah dinyatakan punah. Selama masa Permian pada 299 sampai 251 juta tahun lalu, tidak ada conifer atau bunga. Pada periode ini, tumbuhan yang dihasilkan seperti pakis menggunakan spora, dan benua modern masih tergabung dalam satu daratan luas yang dinamakan Pangaea. Periode geologi ini terjadi pada akhir era Paleozoic, setelah Carboniferous. Pada zaman ini juga ditemukan binatang. Masa itu merupakan saat kelompok pertama mamalia, kura-kura, lepidosaurs, dan archosaurs mulai berkeliaran di Bumi. Ilmuwan meyakini bahwa Permian dan seluruh era Paleozoic berakhir dengan kepunahan massal terbesar yang pernah menghapuskan 90 persen laut dan 70 persen spesies darat. Setelah periode itu, era Mesozoic dimulai dengan periode Triassic. Periode ini merupakan saat mamalia pertama berevolusi, pterosaurus terbang untuk pertama kalinya, dan archosaurs mendominasi Bumi. Hermann Pfefferkorn mengerjakan proyek penelitian ini bersama Jun Wang dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina, Yi Zhang dari Shenyang Normal University, dan Zhuo Feng dari Universitas Yunnan. Hasil penelitian mereka akan dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. (kd)
 

Galaksi Kerdil Pemangsa Galaksi

CALIFORNIA, - Untuk pertama kalinya, astronom berhasil menangkap gambar dengan detail sebuah galaksi kerdil yang sedang memakan galaksi lebih kecil di dekatnya. Galaksi kerdil kanibal yang sedang memakan galaksi lain itu bernama NGC 4449. Galaksi tersebut berjarak sekitar 12,5 juta tahun cahaya dari Bumi. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature, Kamis (9/2/2012), menyatakan bahwa NGC 4449 memiliki galaksi sahabat yang lebih kecil bernama NGC 4449B. Aaron Romanowsky dari Universitas California Santa Cruz dan rekannya melakukan penelitian lanjutan untuk merekam citra lebih detail dari NGC 4449 dan lingkungan sekitarnya. Tim internasional, terdiri dari David Martinez-Delgado dari Max Planck Intitute for Astronomy di Jerman serta seorang astronom amatir Jay Gabani, terlibat dalam penelitian ini. Riset dilakukan di Observatorium Blackbird di New Mexico Amerika Serikat serta dengan Subaru Telescope di Hawaii. Hasil riset menunjukkan bahwa NGC 4449 tengah memakan galaksi sahabatnya. "Kami mendapatkan citra fantastis dimana kita bisa melihat bintang di galaksi yang ditelan oleh galaksi lain yang lebih besar," ungkap Romanowsky seperti dikutip National Geographic, Jumat (10/2/2012). Astronom mengetahui bahwa sebuah galaksi sedang dimakan karena adanya aliran bintang di sekitar NGC 4449. Aliran bintang ialah bintang pengorbit galaksi kerdil yang terlempar jauh dari orbitnya. Citra menunjukkan dengan jelas bahwa ada banyak bintang yang ada di galaksi yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa galaksi yang lebih kecil tengah dimakan. Penemuan ini mengkonfirmasi salah satu aspek dari teori pembentukan galaksi yang mengatakan bahwa galaksi dalam segala ukuran bisa mengkonsumsi satu sama lain. "Galaksi yang lebih besar bisa memakan galaksi yang lebih kecil dan galaksi yang lebih kecil bisa memakan galaksi lain yang lebih kecil lagi," papar Romanovsky. Penemuan juga menunjukkan bahwa NGC 4449 adalah area pembentukan bintang yang aktif. Galaksi kecil mengorbit galaksi besar dalam orbit elips, seperti komet mengorbit bintang. Meski dua galaksi (yang memakan dan dimakan) terlalu sulit dilihat mata, astronom bisa memperkirakan bahwa kedua galaksi sebenarnya berukuran hampir sama. Galaksi yang lebih redup memiliki massa seperlima dari galaksi yang lebih terang. Hasil penelitian ini telah diterima Astrophysical Journal dan akan segera dipublikasikan. Sumber : National Geographic News
 

Planet Baru yang Luar Biasa Padat

MARSEILLES - Observasi para astronom kembali membuahkan hasil. Sebuah planet baru bernama Corot-20b ditemukan. Planet ini tergolong planet gas raksasa dan berjarak 4000 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini ditemukan tahun 2011 lewat misi European CoRoT, teleskop antariksa yang memburu planet dengan melihat kedipan cahaya bintang saat suatu planet melewati muka bintang tersebut. Penemuan juga dibantu dengan instrumen HARPS di observatorium Chile untuk mengonfoirmasi keberadaan planet dengan melihat "goyangan" akibat tarikan gravitasi planet. Kombinasi dua teknik itu berhasil mengungkap bahwa Corot-20b memiliki orbit elips dan mengelilingi bintang induknya (Corot-20) pada jarak terjauh 13.463.820 kilometer. Astronom juga berhasil mengungkap ukuran dan massa Corot-20b. Diketahui, ukuran planet tersebut hanya 4/5 Jupiter namun massanya mencapai 7 kali Jupiter. Massa jenis tinggi Astronom menaruh perhatian pada rasio ukuran dan massa planet. Dengan rasio yang begitu "jomplang", Corot-20b menjadi salah satu planet dengan massa jenis atau kepadatan tertinggi. Teori umum tentang planet gas raksasa mengungkapkan bahwa setiap planet gas tersusun atas inti padat dan dikelilingi oleh atmosfer gas yang tebal. Jika teori itu benar, maka massa inti Corot-20b adalah 50-77 persen dari massa planet. Ini sangat kontras dengan massa inti Jupiter yang hanya 15 persen massa total. Astronom mengungkapkan bahwa untuk bisa memiliki inti yang begitu massif, Corot-20b harus "melanggar" proses pembentukan planet yang kini diyakini para astronom. Konon, planet terbentuk dari debris yang mengelilingi bintang yang baru terbentuk, disebut piringan protoplanet. Sejumlah planet dan asteroid bisa terbentuk lewat proses tersebut. Bila proses yang sama terjadi pada Corot-20b, maka planet tersebut harus menyedot semua atom dari unsur yang lebih berat dari helium untuk bisa memiliki inti padat. "Ini sesuatu yang sulit untuk dipercaya dan diakui kebenarannya," kata Magali Deleuil dari Laboratory of Astrophysics of Marseilles di Perancis, seperti dikutip National Geographic, Rabu (22/2/2012). Memang ada kemungkinan lain, di mana unsur berat di planet tersebar di atmosfer, bukan hanya ada di inti. Tetapi, ini juga sulit dipercaya. Sebab, jika benar, planet ini akan menjadi planet tipe baru. Bisa juga, planet dulu berukuran lebih besar, kemudian unsurnya tersedot oleh bintang induk. Tapi, jarak bintang induk dan Corot-20b tidak memungkinkan terjadinya hal ini. Hingga saat ini, jawaban pasti tentang sebab tingginya massa jenis Corot-20b belum diketahui. Penelitian tentang jumlah planet yang ada di sistem Corot-20 sedang dilakukan untuk mendapatkan jawaban. Temuan Corot-20b dipublikasikan di Astronomy & Astrophysics yang terbit bulan Februari 2012. Sumber : National Geographic News
 

Planet Jenis Baru Punya Air Melimpah

MASSACHUSETS,— Tahun 2009, astronom menemukan planet GJ 1214b. Planet itu berjarak 40 tahun cahaya (1 tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer) dari Bumi serta memiliki diameter 2,7 kali Bumi dan massa 7 kali Bumi. Saat penemuan, ilmuwan mencatat bahwa GJ1214b adalah eksoplanet atau planet di luar tata surya kita pertama yang punya atmosfer. Lewat penelitian lanjut pada tahun 2010, astronom akhirnya juga mengetahui bahwa GJ1214b punya air. Kini, misteri dunia baru ini semakin terkuak. Dengan menggunakan Wide Field Camera 3 Teleskop Antariksa Hubble, astronom menemukan bahwa GJ1214b ialah planet jenis baru. "GJ1214b tidak seperti planet yang kita tahu. Sejumlah besar fraksi yang menyusunnya terdiri dari air," kata Zachary Berta dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics seperti dikutip situs Discovery, Selasa (21/2/2012). GJ 1214b memiliki atmosfer yang kaya uap air. Hal ini diketahui berdasarkan analisis data teleskop Hubble, di mana spektrum GJ 1214b tampak dalam spektrum warna yang lebih luas. Meskipun GJ 1214b kaya akan air, karakter eksoplanet ini berbeda dengan Bumi. Analisis massa jenis membuktikan, GJ 1214b punya air yang lebih banyak dan batuan yang lebih sedikit dari Bumi. Massa jenis air adalah 1 g/cm3 dan massa jenis Bumi adalah 5,5 g/cm3. Dengan massa jenis 2 g/cm3, maka pasti GJ 1214b mayoritas tersusun oleh air. Diketahui, GJ 1214b mengorbit bintangnya setiap 38 jam pada jarak 2 juta kilometer. Astronom memprediksi, suhu planet ini adalah 239 derajat celsius. "Temperatur dan tekanan yang tinggi akan membentuk material eksostis seperti 'es panas' atau 'air super cair', substansi yang tak dikenal dalam dunia kita," jelas Berta. Berta berpendapat bahwa pada awalnya GJ 1214b terbentuk di wilayah jauh dari bintang induknya, di mana air dalam bentuk es begitu melimpah. GJ 1214b kemudian bermigrasi mendekati bintangnya sampai melewati zona layak huni di tata surya tersebut. Sampai saat ini, belum diketahui berapa lama proses tersebut berlangsung. Sumber : DISCOVERY
 

Wajah Matahari Dilihat dari Pluto

PARIS,- Cryogenic high-resolution Infrared Echelle Spectrograph (CRIRES) dan Very Large Telescope (VLT) European Southern Observatory (ESO) kini bisa menyuguhkan data yang memungkinkan ilmuwan untuk mengetahui wajah Matahari dilihat dari Pluto. Pluto diketahui merupakan planet kerdil yang jaraknya 40 kali lebih jauh dari jarak Bumi-Matahari. Benda langit ini sempat dikategorikan sebagai planet di Tata Surya. Karena ukuran dan orbitnya, mulai tahun 2006 Pluto lantas dikategorikan sebagai planet kerdil. Dengan menganalisis data dari CRIRES dan VLT, ilmuwan mengetahui bahwa Matahari lebih redup 1000 kali jika dilihat dari Pluto. Karena panas yang sampai ke Pluto juga jauh lebih sedikit, permukaan Pluto juga lebih dingin, bersuhu sekitar -220 derajat Celsius. Ilmuwan juga berhasil menguak lingkungan Pluto dengan data yang sama. Atmosfer Pluto terdiri atas gas metana. Sementara itu, permukaan Pluto mungkin terdiri atas metana beku yang bisa berupa petak kecil maupun lapisan tipis. Wajah Matahari dan ilustrasi kondisi permukaan Pluto tersebut dibuat dalam bentuk video pada tahun 2009. Meski suhu permukaan Pluto mencapai -220 derajat Celsius, diduga atmosfernya 50 derajat Celsius lebih hangat. "Dengan banyaknya metana di atmosfer, menjadi sangat jelas mengapa atmosfer Pluo begitu hangat," ungkap Emmanuel Lellouch, peneliti yang terlibat riset ini, seperti dikutip Daily Mail, Rabu (15/2/2012). Sementara itu, Hans-Ulrich Kaufl yang juga terlibat penelitian mengungkapkan, "Sangat mengagumkan CRIRES mampu mengukur dengan tepat gas pada objek yang lima kali lebih kecil dari planet kita dan berlokasi di tepian Tata Surya."
 

Tornado Menyapu Permukaan Matahari

WASHINGTON,
— Tornado yang sangat hebat menyapu permukaan Matahari dan berhasil ditangkap oleh satelit milik NASA, Solar Dynamics Observatory (SDO). Video hasil tangkapan SDO menunjukkan bahwa plasma tornado menyapu permukaan Matahari dalam rentang waktu hampir 30 jam, mulai dari 7-8 Februari 2012. Terry Kucera, pakar fisika Matahari NASA, mengungkapkan bahwa ukuran plasma tornado hampir menyamai Bumi dan berputar dengan kecepatan mencapai 480 km per jam. "Suhunya sekitar 15.000 derajat fahrenheit (sekitar 8.300 derajat celsius), relatif dingin," kata Kucera. Suhu itu tak seberapa dibanding suhu korona yang bisa mencapai jutaan derajat celsius. Tornado ini bukan kali pertama terjadi. Wahana antariksa SOHO milik European Space Agency (ESA) setidaknya telah mendeteksi adanya tornado di Matahari sejak tahun 1996. Tornado di Matahari hampir serupa dengan tornado di Bumi, tetapi tercipta lewat proses berbeda. Jika tornado di Bumi dipengaruhi fluktuasi dan temperatur, tornado di Matahari dipengaruhi magnetisme. Menurut Kucera, tornado tercipta karena adanya dua gaya magnet yang saling bersaing menarik partikel bermuatan di muka Matahari. Proses ini menciptakan plasma yang berputar di sepanjang medan magnet. Rentang putaran plasma tornado bisa sangat mencengangkan, mencapai ratusan ribu mil. "Secara total, panjangnya bisa lusinan Bumi, besar," cetus Kucera seperti dikutip Foxnews, Jumat (17/2/2012).
 

Rahasia Lingkungan Luar Tata Surya Terkuak

TEXAS,— Rahasia lingkungan di luar Tata Surya sedikit terungkap setelah beberapa ilmuwan menemukan bahwa lingkungan di luar pengaruh Matahari berbeda, serta jauh lebih aneh dari yang dibayangkan. Perbedaannya adalah pada jumlah oksigen. Ada lebih banyak oksigen yang terdapat di Tata Surya daripada di interstellar atau wilayah antarbintang. Ilmuwan belum mengetahui sebabnya. Namun, ada kemungkinan materi yang mendukung kehidupan tersembunyi di debu atau es angkasa. "Kami menguak teka-teki besar bahwa material di luar Tata Surya berbeda dengan yang ada di dalam," kata David McComas dari Southwest Research Institute, Texas, seperti dikutip AP, Selasa (31/1/2012). Terkuaknya teka-teki ini tak lepas dari jasa wahana antariksa Interstellar Boundary Explorer (Ibex), yang diluncurkan tahun 2008. Wahana antariksa itu diutus untuk mempelajari lingkungan batas Tata Surya di mana aliran partikel dari Matahari bertumbukan dengan gas dingin di area antarbintang. Mengelilingi dari jarak 320.000 km di atas Bumi, Ibex mendeteksi partikel yang mengalir ke Tata Surya. Gelembung pelindung yang mengelilingi Matahari dan planet mencegah radiasi kosmik masuk, tetapi partikel netral bisa lewat dengan mudah sehingga Ibex bisa mengetahui distribusinya. Meski lingkungan luar Tata Surya memiliki oksigen lebih sedikit, hal ini tak selayaknya menjadi alasan dihentikannya pencarian planet mirip Bumi. Geoff Marcy dari Universitas California Berkeley mengatakan, ada banyak oksigen di bintang lain dalam wilayah Bimasakti dan di luar wilayah tempat biasa terbentuk bintang dan planet. Ilmuwan juga masih bisa berharap pada hasil penelitian wahana antariksa Voyager yang diluncurkan tahun 1977 dan mengeksplorasi perbatasan Tata Surya sejak 2004. Dalam beberapa bulan lagi, Voyager akan memasuki wilayah antarbintang dan siap menguak rahasia lain. Sumber : AP
 

Ada "UFO" di Dasar Laut Baltik

— Tim Ocean Explorer asal Swedia menemukan benda-benda misterius di kedalaman Laut Baltik lewat pencitraan sonar. Benda misterius itu berbentuk silinder dengan diameter 60 meter dan panjang ekor hingga 400 meter. Selisih 200 meter, ada benda misterius serupa yang juga ditemukan. Sejauh ini, tak ada penjelasan pasti tentang obyek tersebut. Namun, ada yang berpendapat kalau bentuknya mirip kapal ruang angkasa atau UFO (unidentified flying object) di film-film fiksi ilmiah. "Kami memperoleh banyak penjelasan yang berbeda, mulai dari pesawat (karangan) George Lucas, Millenium Falcon (Star Wars), sampai sesuatu dari dunia khayalan. Seperti benda tersebut memang seharusnya jatuh ke sana atau penjelasan lainnya," kata Peter Linberg, salah satu anggota tim. Tim Ocean Explorer tampak antusias dengan penemuan tersebut. Namun, beberapa kalangan merasa skeptis dan mempertanyakan keakuratan hasil citra sonar. Teknologi sonar sering kali kurang bisa membedakan obyek buatan dan formasi batuan alami. Saat ini, tim Ocean Explorer masih harus menunggu hingga kondisi laut agak tenang sehingga penelitian tentang obyek itu bisa dilakukan. Mereka juga sedang mencari investor yang tertarik pada proyeknya. Laut Baltik kaya akan bangkai kapal. Diperkirakan 1.000 obyek ada di dasar laut tersebut. Ocean Explorer mengembangkan kapal selam untuk menarik minat turis dan pemburu bangkai kapal selam melihat langsung. Sumber : Daily Mail
 

Date A Live

Date A Live
Ratatoskr

Eureka seveN

Eureka seveN

Pages - Menu

5

~

diooda