Select Language

~ [DR]~

Bulan di Saturnus Akan Dihuni Alien

London: Salah satu bulan di Planet Saturnus diperkirakan akan ditinggali oleh makhluk luar angkasa atau alien. Titan, satelit planet terbesar dari 62 lainnya, memiliki karakteristik kualitas atmosfer yang diperlukan untuk mendukung kehidupan makhluk ekstra terestrial tersebut. Demikian laporan peneliti asal London, Inggris, Stephen Hawking, yang diwartakan situs Zeenews, baru-baru ini. Tempat yang dimaksud Hawking merupakan wilayah baru di bulan yang paling memungkinkan adanya kehidupan. Selain menemukan kondisi bulan di Saturnus, peneliti juga menemukan sebuah planet baru yang disebut Gliese 581g. Planet ini merupakan bagian dari konstelasi Libra dan memilki karakteristik paling mirip dengan bumi. Meski memiliki jarak 123 miliar mil dari bumi. Hawking memperkirakan keadaan tersebut dapat memungkinkan manusia untuk hidup di luar angkasa. Karena sudah sejak lama para ilmuwan mencari planet di luar tata surya yang dapat dihuni manusia. Hawking menyarankan agar manusia memikirkan untuk pindah ke luar angkasa pada abad mendatang. Sebab suatu saat bumi akan punah. Usai penemuan tersebut, para ilmuwan yang meneliti teleskop Kepler NASA, yang diluncurkan ke ruang angkasa pada 2009, telah menemukan lebih dari 1.000 kandidat planet untuk ditinggali manusia.(ULF)
 

Titan Lebih Layak Huni Manusia Dibanding Mars

WASHINGTON, — Selama ini, banyak orang berpikir bahwa Mars adalah planet yang paling layak dihuni setelah Bumi. Bisa dipahami memang, sebab Mars adalah planet yang paling sering digembar-gemborkan memiliki potensi untuk mendukung kehidupan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa ada tempat lain yang lebih mirip Bumi sehingga bisa dikatakan lebih layak huni. Dr Dirk Schulze-Makuch dari Washington State University dalam publikasinya di jurnal Astrobiologi menyatakan, dalam pemeringkatan bahwa Titan, bulan Planet Saturnus, adalah benda langit paling layak huni, mengalahkan planet merah, Mars. Dalam Indeks Daya Dukung Kehidupan Planet yang dikembangkan, seperti diuraikan BBC, Rabu (23/11/2011), Titan meraih skor tertinggi. Bumi memiliki indeks 1. Sementara Titan adalah 0,64, diikuti Mars (0,59), disusul Europa yang merupakan bulan Jupiter (0,47). Dua eksoplanet yang dinyatakan layak huni adalah Gliese 581 g (0,49) dan Gliese 581d (0,43). Indeks Daya Dukung Kehidupan Planet itu dikembangkan berdasarkan beberapa kriteria. Beberapa di antaranya adalah keberadaan batuan, air, energi, material organik, dan jarak planet dari bintangnya. Titan punya potensi layak huni sebab terbukti memiliki air dan energi. Penelitian planet layak huni belakangan ini maju pesat, salah satunya dengan sumbangan teleskop antariksa Kepler yang berhasil menemukan lebih dari 1.000 kandidat planet layak huni. Teleskop di masa depan diperkirakan bisa mendeteksi biomarker, seperti cahaya atau pigmen klorofil yang ada pada tumbuhan. Selain menyusun pemeringkatan planet layak huni, Schulze-Makuch juga menyusun Indeks Kemiripan Bumi untuk mengetahui planet dan bulan yang kondisinya paling mirip dengan Bumi. Hasilnya juga menyatakan bahwa Mars bukanlah yang pertama. Gliese 581g adalah planet yang paling mirip Bumi, dengan skor 0,89 sementara Gliese 581d punya skor 0,74. Mars sendiri punya skor 0,7 dan Merkurius 0,6. Indeks Kemiripan Bumi dikembangkan dengan melihat ukuran planet, densitas, dan jarak dari bintang induk. Gliese 581g dan Gliuese 581d adalah planet yang mengorbit bintang katai merah Gliese 581. Meski layak huni dan mirip Bumi, mencapai kedua planet itu terbilang sulit karena jaraknya yang sangat jauh. Gliese 581g berjarak 198 miliar kilometer.
 

Kilatan Cahaya Ditemukan di Jupiter

Peneliti dari Universitas Tel Aviv di Israel menemukan bahwa kilatan cahaya atau petir juga bisa terjadi di planet lain, yakni Jupiter, Venus, dan Saturnus. Daria Dubrovin, peneliti dari universitas itu, menemukan bahwa kilatan cahaya di Planet Jupiter dan Saturnus bahkan 1.000 kali lebih kuat dibandingkan di Bumi. Dubrovin mengatakan, penemuan ini menarik bukan hanya karena petir akan memengaruhi teknologi yang digunakan dalam misi penjelajahan luar angkasa, melainkan juga karena petir bisa menjadi indikasi adanya kehidupan di luar angkasa. Seperti diketahui, petir menjadi generator munculnya pembentukan molekul organik yang menjadi cikal bakal kehidupan di Bumi. Kilatan cahaya di planet selain Bumi ini tidak ditemukan secara langsung. Dubrovin merancang eksperimen bersama supervisornya, Colin Price dari Departemen Geofisika dan Ilmu Keplanetan. Ia juga bekerja sama dengan Yoav Yair dari Universitas Terbuka Israel dan Ute Ebert serta Sander Nijdam dari Universitas Teknik Eindhoven di Belanda. Diuraikan di Daily Mail, Selasa (22/11/2011), Dubrovin dan rekannya merekayasa atmosfer Jupiter, Saturnus, dan Venus di dalam kontainer kecil. Rangkaian listrik dibuat untuk menghasilkan petir serupa dengan yang ada di alam. Cahaya petir ditangkap dengan kamera sensitif. Faktor ukuran, terang, radius, dan kecepatan dipakai untuk mengukur kekuatan petir. Hasil penelitian ini diuraikan dalam presentasi dalam acara Kongres Ilmu Keplanetan Eropa di Perancis pada Oktober 2011 lalu. Hasil ini bisa memberi petunjuk proses elektrik dan mekanik di Jupiter, Saturnus, dan Venus. Ke depan, observasi petir secara langsung mungkin bisa dilakukan sehingga semakin memberi petunjuk kemungkinan adanya kehidupan di planet itu.
 

Jurang 20 Km di Asteroid Vesta

Wahana antariksa Dawn yang diluncurkan oleh NASA pada 27 September 2007 berhasil menguak misteri asteroid Vesta, salah satu asteroid terbesar di tata surya dengan diameter 515 km. Setelah berhasil menguak adanya gunung setinggi 24 kilometer di kutub selatan Vesta yang lalu dinobatkan sebagai gunung kedua tertinggi di tata surya, kini wahana tersebut menguak adanya jurang dalam di asteroid itu. Jurang ini begitu dalam sehingga jika diukur dari permukaan terendah ke tertinggi, kedalamannya adalah 2,5 kali tinggi Gunung Everest, atau sekitar 20 km. Analisis NASA menunjukkan bahwa jurang tersebut mungkin tercipta karena adanya tanah longsor. Karena gravitasi Vesta sangat kecil, hanya 2 persen dari Bumi, maka diduga longsor itu terjadi secara perlahan. Waktu terjadinya longsor yang mengakibatkan jurang di asteroid Vesta belum diketahui secara pasti. Namun, membandingkan dengan kawah-kawah di sekitar jurang, kemungkinan jurang ini sudah tua. Penemuan jurang ini adalah salah satu penemuan Dawn yang mengagumkan. Bulan lalu, wahana Dawn juga berhasil menemukan adanya gunung setinggi 24 kilometer, dan menjadi gunung tertinggi kedua di tata surya. Wahana Dawn sudah membuntuti Vesta selama 4 tahun. Tahun depan, misi Dawn mempelajari Vesta akan berakhir. Mulai tahun depan, wahana Dawn akan mempelajari Ceres.
 

Virus Ini Bisa Memusnahkan Spesies Manusia

ROTTERDAM,http://achmadhairilsyah.blogspot.com/ — Inilah virus paling berbahaya. Virus ini bisa memusnahkan manusia, tetapi sekaligus juga dibuat oleh manusia. Tak ada nama spesifik bagi virus itu, atau setidaknya belum diberi nama secara resmi. Ahli virus dari Pusat Medis Erasmus di Rotterdam, Belanda, Ron Fouchier adalah orang yang menciptakan virus itu. Ia melakukannya dengan memutasikan materi genetik virus H5N1. Untuk menguji patogenitas virus, Fouchier memakai musang sebagai hewan percobaan karena memiliki saluran pernapasan serupa dengan manusia. "Ini adalah salah satu virus paling berbahaya yang bisa Anda buat," kata Fouschier seperti dikutip Daily Mail, Minggu (27/11/2011). Virus ini jauh lebih mudah menginfeksi manusia dan ditularkan ke manusia lain. Jika virus ini sampai "bocor" ke publik, potensi pandemik global akibat virus ini sangat tinggi. Boleh jadi, spesies manusia dibuat musnah karenanya. Lalu apa tujuannya membuat virus yang bisa mematikan manusia? Fouchier mengatakan, penelitian ini bagian dari usaha internasional memahami H5N1. Riset serupa lain juga dilakukan tim peneliti kerja sama Universitas Wisconsin di AS dan Universitas Tokyo di Jepang. Hasil penelitian Fouchier dan tim peneliti dari Wisconsin dan Tokyo kini tengah diulas oleh Badan Penasihat Sains Nasional untuk Keamanan Biologis Amerika Serikat (NSABB). Beberapa kalangan menolak publikasi hasil penelitian tersebut sebab dikhawatirkan akan disalahgunakan. Hasil penelitian bisa berdampak positif untuk kesehatan masyarakat, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai senjata biologis. "Kami tak mau memberikan road map bagaimana cara membuat virus buruk menjadi semakin buruk kepada para penjahat," kata Michael Osterholm, anggota NSABB yang juga merupakan pakar flu dan pertahanan biologis dari Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Infeksi di Universitas Minnesota, AS.
 

Ditemukan, Referensi Kedua soal Kiamat 2012

MEXICO CITY, Para ilmuwan di Meksiko kembali menemukan prasasti Suku Maya yang memperkuat ramalan akan terjadinya kiamat pada 2012. Para ilmuwan pernah menemukan prasasti Suku Maya di situs Tortuguero di teluk Tabasco yang sempat menggegerkan dunia karena prasasti itu berisi ramalan terjadinya kiamat pada 2012. Hari kiamat yang berdasarkan interpretasi beberapa kalangan tertera di prasasti itu terkait dengan Bolon Yokte, dewa misterius Suku Maya yang dihubungkan dengan perang dan penciptaan. Selama ini, prasasti dari Tortuguero merupakan satu-satunya rujukan tentang kiamat 2012. Namun kini, National Institute of Antropology and History di Meksiko mengumumkan bahwa sebenarnya ada satu lagi prasasti yang diperkirakan merujuk pada kiamat 2012. Prasasti itu ditemukan beberapa tahun lalu di situs Comalcalco, sebelah barat Tabasco. Tak seperti prasasti lainnya, Prasasti Comalcalco berbahan bata merah sehingga disebut Bata Comalcalco. Prasasti itu telah menjadi perbincangan di kalangan ilmuwan akhir-akhir ini. Ada ilmuwan yang mengatakan bahwa teks pada prasasti itu merujuk hari kiamat pada tanggal 21 Desember 2012. Namun, ada pula yang mengatakan 23 Desember 2012. Masih belum jelas. David Stuart, pakar epigrafi Universitas Texas di Austin, mengatakan, prasasti itu memuat kalender lingkaran, kombinasi posisi hari dan bulan yang berulang tiap 52 tahun. Tanggal yang tertera di prasasti terkait dengan akhir Baktun (periode tiap 394 tahun) ke-13. Angka 13 ialah angka keramat dalam pandangan Suku Maya. Akhir Baktun ke-13, jika interpretasinya benar, akan jatuh pada 21 Desember 2012, yang boleh jadi merupakan akhir dunia. Namun, Stuart mengatakan bahwa interpretasi itu bisa saja salah. Tanggal yang dimaksud mungkin sudah terjadi pada masa lalu, merujuk kejadian besar di era klasik. "Tidak ada alasan bahwa itu tidak bisa merujuk tanggal di masa lalu, mendeskripsikan peristiwa di masa klasik. Di samping itu, huruf ketiga pada prasasti sepertinya merujuk pada kata kerja huli, 'Dia datang'. Tak ada penanda masa depan, yang dalam pikiran saya, berarti bahwa tanggal di Comalcalco lebih berupa sejarah daripada masa depan," jelas Stuart, Jumat (25/11/2011). Apakah benar akan ada kiamat pada 2012? Jawabnya, tak ada yang tahu. Tapi National Institute of Antropology and History telah lama menyatakan bahwa kiamat 2012 yang dikaitkan dengan Suku Maya adalah interpretasi yang kurang tepat. Suku Maya memandang dunia sebagai sebuah siklus, berawal dan berakhir secara berkala, bukan seperti pandangan awam bahwa dunia nantinya akan benar-benar berakhir.
 

Supernova Termuda Tertangkap Kamera

Astronom berhasil menangkap citra supernova termuda dan mengabadikannya dalam sebuah foto. Supernova itu ditangkap 14 hari setelah ledakan bintang di Galaxia del Remoli (M51) Juni lalu. Universitas Valencia dan Institut Astrofisika Andalusia adalah pihak yang ikut serta dalam penelitian itu. Hasil penelitian dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics. Untuk menangkap citra supernova itu, astronom menggunakan teleskop NASA di Spanyol, Meksiko, Jerman, Swiss dan Finlandia. Citra dari masing-masing teleskop diproses di dengan super komputer di Belanda. Teknik yang dipakai untuk menangkap citra supernova yang bernama SN2011dh ini disebut interferometry. Teknik itu bisa menghasilkan citra ratusan kali lebih detail dari yang diambil teleksop Hubble. Hasil penelitian ini berhasil memecahkan rekor. "Ini adalah gambar beresolusi tinggi pertama dari ledakan supernova," kata Ivan Marti dari Institut Max Planck di bidang Radio Astronomy di Bonn, Jerman. "Dari gambar ini, kita bisa mengetahui peningkatan kecepatan dari gelombang kejut yang menciptakan ledakan," tambah Marti seperti Science Daily, Kamis (24/11/2011). Penemuan ini adalah hasil kerjasama astronom Eropa, Afrika dan China dalam Very Long Baseline Interferometry (VLBI). Supernova adalah salah satu fenomena paling spektakuler di semesta yang selalu menarik perhatian.
 

Ditemukan, Artefak Lain Ramalan 'Kiamat' 2012 Selama ini kiamat 21 Desember 2012 merujuk pada inskripsi Tortuguero dari bangsa Maya.

Bangsa Maya pernah meramalkan 'kiamat' akan terjadi pada 21 Desember 2012. Hal ini diketahui dari ditemukannya penanggalan dan inskripsi bangsa Maya yang terdapat di sebuah prasasti batu, yang ditemukan di situs Tortuguero, pesisir teluk negara bagian Tabasco, Mexico. Tapi ternyata, ramalan 'kiamat' bangsa Maya tidak hanya ditemukan dari prasasti pada tablet batu di Tortuguero. Ramalan serupa juga ditemukan di sebuah ukiran (atau mungkin relief) yang terbuat dari batu bata, di dekat reruntuhan Comalcalco. Adapun Comacalco memiliki keunikan, karena jarang kuil Maya yang terbuat dari batu-bata. Juru bicara Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Mexico, Arturo Mendez, mengatakan fragmen temuan yang juga memiliki inskripsi ini telah ditemukan sejak beberapa tahun silam. Benda ini juga telah diteliti, namun tidak dipamerkan dan hanya disimpan di institut. "Comalcalco Brick" ini kemudian ramai didiskusikan di sejumlah forum internet. Tapi, banyak yang meragukan temuan ini merujuk tanggal 21 atau 23 Desember 2012, sebagai hari 'kiamat'. "Beberapa telah mengajukan itu sebagai referensi lain tentang 2012, tapi saya masih belum yakin," kata David Stuart, ahli epigrafi Maya di Universitas Texas, Austin, Amerika Serikat. Stuart menjelaskan, bata itu merupakan lingkaran penanggalan. "Kombinasi hari dan bulan yang posisinya akan berulang tiap 52 tahun," ucap Stuart. Penanggalan di bata itu, menurut Stuart, memang bersamaan dengan akhir rotasi Baktun ke-13, berdasarkan penanggalan Maya. Rotasi Baktun diperkirakan berlangsung selama 394 tahun, dan angka 13 merupakan angka sakral bagi bangsa Maya. Penanggalan bangsa Maya diperkirakan dimulai pada 3114 SM dan berakhir di Rotasi Baktun ke-13 pada 21 Desember 2012. Namun, penanggalan di bata itu bisa jadi menjelaskan penanggalan bangsa Maya di masa lalu. "Tak ada alasan itu tidak bisa merupakan sebuah tanggal di masa lalu, yang menjelaskan beberapa kejadian penting dan bersejarah di periode Klasik bangsa Maya. Faktanya, di glyph (inskripsi) ketiga di bata sepertinya terbaca sebagai kata kerja, 'dia (he/she/it) datang'," ucap Stuart. "Tak ada penjelasan mengenai kalimat yang merujuk masa depan (future tense), dan menurut saya penanggalan Comalcalco ini lebih bersifat historis ketimbang sebuah ramalan," lanjut Stuart. Berdasarkan inskripsi Tortuguero, terdapat penjelasan mengenai apa yang akan terjadi di tahun 2012. Salah satunya adalah munculnya Bolon Yokte, dewa Maya yang bersifat misterius, yang selama ini dikaitkan dengan perang dan penciptaan. Walau inskripsi ini tidak ditemukan secara sempurna, inskripsi itu diduga menyebut kalimat: "Dia akan datang dari langit." Institut Antropologi dan Sejarah Nasional di Mexico kemudian mengatakan, 'kiamat' pada Desember 2012 merupakan misinterpretasi bangsa Barat dalam membaca penanggalan bangsa Maya. "Ramalan barat telah memelintir cosmovision (pandangan kosmis) dari peradaban masa silam seperti bangsa Maya." Ramalan 'kiamat' 2012 ini memang menjadi populer, terutama setelah munculnya film "2012". Film bencana besar dunia garapan Roland Emmerich ini memang mengambil inspirasi dari penanggalan bangsa Maya. Baca juga: Dicelam 2012. (Daily Mail | The Guardian, umi)
 

tvOneNews: Jembatan Kutai Kartanegara Runtuh - Nusantara

 

Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni

Pemanasan global, selain menyebabkan perubahan iklim, juga menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter. Demikian diungkap Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof Dr Jumina, di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta, Senin (11/4/2011). Lebih lanjut, Jumina mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500. "Artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu," tutur Jumina. Terjadinya peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus itulah yang menyebabkan para pakar lingkungan merasa sangat prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi CO2 pun dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999. Sayang, Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua di dunia hingga saat ini belum bersedia menandatangani protokol tersebut. "Begitu pula China yang merupakan penghasil emisi CO2 terbesar di dunia," ungkapnya kemudian. Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi CO2 dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi CO2 domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, maka penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. "Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," jelas Jumina. Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan ketahanan energi dalam arti terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. "Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus," kata Jumina. Kenyataan, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan faktor utama. Untuk itu, PSE UGM bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UGM menggelar seminar sehari "Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Energi Bersih Menuju Ketahanan Energi Nasional", di gedung Pascasarjana UGM, Selasa (12/4/2011). Seminar menampilkan beberapa narasumber, antara lain anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Dr Ir Tumiran MEng; Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas Ir Jadhie J Ardajat MSi; Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dr Ing Evita Legowo; Direktur Energi Primer PLN Ir Nur Pamudji MEng; Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Ir Arryanto Sagala; serta Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ir Luluk Sumiarso MSc.
 

2010, Salah Satu Tahun Terpanas

Tahun 2010 tercatat sebagai salah satu tahun terpanas menurut laporan State of The Climate yang baru dirilis The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Laporan yang disusun 368 ilmuwan dari 45 negara itu dibuat dengan merekam 41 indikator iklim selama lebih dari empat tahun. Beberapa indikator tersebut antara lain temperatur di lapisan bawah dan lapisan atas atmosfer, curah hujan, gas rumah kaca, kelembaban, tutupan awan, temperatur laut dan kadar garam, laut es, gletser, dan tutupan salju. Beberapa pola siklus cuaca yang sudah dikenal memang mempunyai pengaruh signifikan, baik terhadap kejadian cuaca, maupun iklim selama tahun pengamatan. Namun, analisis lengkap terhadap semua indikator menunjukkan tren jangka panjang yang sudah berlangsung selama 50 tahun terakhir. Fenomena ini sejalan dengan perubahan iklim global. Tahun lalu juga terjadi osilasi iklim penting, seperti Osiliasi El-Nino Selatan dan Osilasi Arktik yang memengaruhi iklim kawasan dan berkontribusi pada banyak fenomena cuaca penting selama 2010. Berikut ini adalah beberapa indikator iklim 2010 yang menyebabkan tahun itu termasuk sebagai tahun terpanas: 1. Temperatur. Rata-rata temperatur tahunan di Arktik terus meningkat sekitar dua kali lipat. 2. Laut es dan gletser. Laut es Arktik menyusut hingga mencapai rekor area terkecil ketiga sepanjang sejarah. Beting es Greenland pun mencair dengan kecepatan paling tinggi sejak tahun 1958. Di sisi lain, rata-rata laut es di Antartika justru tumbuh hingga mencapai rekor maksimum. 3. Temperatur muka laut dan ketinggian muka laut. Meskipun fenomena La Nina berlangsung di separuh akhir 2010, rata-rata temperatur muka laut global tercatat sebagai yang terhangat ketiga sepanjang sejarah dan ketinggian permukaan laut terus naik. 4. Kadar garam di laut. Lautan jadi lebih asin daripada tingkat rata-rata di daerah yang tingkat penguapannya tinggi, sedangkan di daerah yang curah hujannya tinggi, air laut terasa lebih segar. Ini mengindikasikan bahwa siklus air yang semakin tinggi. 5. Gas rumah kaca. Konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat. Karbon dioksida meningkat hingga 2,60 ppm, lebih tinggi dibandingkan rata-rata peningkatan tahunan sepanjang 1998-2010
 

Ancaman Kepunahan Negara Kepulauan

Negara kepulauan terancam musnah akibat pemanasan global karena efek gas rumah kaca. Demikian Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim Rachmat Witoelar menegaskan ancaman yang harus diwaspadai bersama. "Negara-negara kepulauan akan celaka total, atau habis jika emisi gas karbondioksida atau gas rumah kaca tidak dikendalikan dalam waktu yang lebih cepat," katanya usai mengikuti konferensi ke-10 'Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP)' di Yogyakarta, Kamis. Ia mengatakan perubahan iklim yang berlangsung cepat mengancam keberadaan negara-negara kepulauan kecil yang tergabung dalam Alliance of Small Island States (AOSIS). "Maladewa yang hanya memiliki sekitar 200 pulau, jika perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca berlangsung cepat, maka negara itu akan celaka," katanya. Menurut dia, emisi gas rumah kaca yang berlangsung cepat menimbulkan kerusakan di bumi. Ia mengatakan negara-negara maju merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, karena mereka fokus pada pembangunan industri secara besar-besaran, tanpa memperhatikan keberadaan negara-negara berkembang. "Industri mobil, dan pesawat terbang negara-negara maju menyebabkan gas emisi rumah kaca sangat banyak, sehingga mereka harus bertanggung jawab memikirkan kondisi negara kepulauan yang semakin kritis. Jika tidak dipikirkan secara bersama-sama, maka dunia akan semakin terpuruk akibat perubahan iklim," katanya. Ia mengatakan negara-negara maju dalam berbagai kesempatan di berbagai forum internasional cenderung mementingkan perkembangan industrinya. "Mereka masih enggan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri," katanya. Menurut dia, negara-negara maju belum berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai ketentuan Protokol Kyoto atau Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Sesuai konvensi tersebut seluruh negara diharapkan mampu mengurangi emisi rumah kaca sebanyak 25 hingga 40 persen. Ia mengatakan negara-negara maju yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik hendaknya lebih memikirkan dampak dari emisi gas rumah kaca. "Negara-negara maju hendaknya melakukan hal-hal yang lebih besar untuk mengurangi pemanasan global," katanya.
 

Misteri Planet Mars

New York: Planet Mars disebut sebagai "bintang api" oleh astronomer Cina kuno yang masih mengandung banyak misteri hingga sekarang. Berikut ada tujuh hal yang hingga saat ini masih dipertanyakan oleh banyak astronomer modern. 1. Apakah Mars mempunyai dua sisi? Ilmuwan masih bingung apakah planet ini memiliki dua sisi yang berbeda. Belahan utara planet tersebut mempunyai kontour yang lembut dan rendah. Bagian dataran di planet tersebut diperkirakan mempunyai aliran air. Sedangkan untuk belahan selatan planet tersebut mempunyai karakteristik daratan yang kasar dan penuh dengan kawah dengan ukuran 4 km-8 km. 2. Darimanakah Methana di Mars berasal? Elemen Metana merupakan salah satu molekul organik paling sederhana yang pertama di temukan oleh Badan Antariksa Eropa pada 2003. Di Bumi, Metana yang ada di atmosfer datang dari kotoran binatang di peternakan. Metana di atmosfer Mars diperkirakan stabil dalam waktu 300 tahun. Akan tetapi, masih banyak faktor yang dapat memproduksi metana, seperti aktivitas vulkanik. Badan Antariksa Eropa lewat pesawatnya ExoMars yang akan diluncurkan pada 2016 akan dikirim kesana untuk mempelajari komposisi kimia di Mars untuk mendapat informasi lebih mendalam mengenai kadar metana. 3. Apa ada laut di Mars? Beberapa misi eksplorasi Mars berusaha mencari tahu apakah planet tersebut mempunyai aliran air yang nantinya bisa mendukung kehidupan. Lewat penelitiaan yang dilakukan, banyak ditemukan struktur yang menyerupai delta dan laut. Selain itu, penelitian tentang temperatur dari udara menyatakan bahwa intentitas sinar matahari sangatlah rendah. Akan tetapi, ini cukup untuk bisa menghangatkan air yang ada di sana. 4. Apakah air mengalir di dataran Mars? Walaupun ilmuwan sudah menemui sejumlah bukti keberadaan air, tetapi hal ini masih sebuah asumsi. Tekanan atmosfer di planet tersebut sangatlah rendah agar air bisa bertahan di sana. Tetapi, kanal yang ada di sana dipercaya menjadi tempat di mana air mengalir saat musim semi. 5. Adakah kehidupan di Mars? Pesawat yang pertama mendarat di sana, Viking 1 mendapatkan bukti nyata seperti molekul organik, layaknya methyl chloride dan dichloromethane. Akan tetapi, kedua elemen tersebut dipercaya bukan berasal dari planet tersebut, melainkan dari pesawat Viking 1. Dataran Mars sangat sulit untuk dijadikan tempat tinggal karena dingin dan tingkat radiasi yang tinggi. 6. Apakah kehidupan di bumi dimulai dari Mars? Meteor yang ditemukan oleh ilmuwan di Antartika disinyalir datang dari Planet Mars. Hipotesa yang mengatakan bahwa beberapa elemen kimia yang dibawa oleh meteor tersebut memungkinkan adanya kehidupan bumi sekarang. Akan tetapi, semua itu hanya dapat dijelaskan lewat pernyataan yang masih menjadi perdebatan panas. 7. Mungkinkah manusia hidup di Mars? Untuk menjawab pertanyaan ini, seharusnya manusia dikirim ke sana untuk melihat kemungkinan tersebut. Rencana NASA untuk melakukan misi ini pada 1969 sempat mendapat hambatan pada isu teknologi. Hal lain seperti makanan dan tingkatan radiasi menjadi faktor hambatan lainnya.
 

DANCE FIGHT MIX MASTER :: DreamWorks Animation's PUSS IN BOOTS

 

Ketika Jawa dan Sumatera Terpisah

Para ahli telah bersepakat bahwa Pulau Jawa dengan Sumatera dulu menyatu. Bersama Kalimantan, kemudian membentuk dataran yang disebut Sunda Besar. Pemisahan Jawa dan Sumatera diyakini adalah akibat gerakan lempeng Bumi, walaupun tak sedikit yang berpendapat bahwa letusan Gunung Krakatau sebagai penyebab pemisahan ini. Pendapat yang mendukung pemisahan Jawa dan Sumatera karena letusan Krakatau biasanya mengacu pada Pustaka Raja Purwa, yang ditulis pujangga Jawa, Ronggowarsito, pada tahun 1869. Dalam buku ini dikisahkan, letusan Gunung Kapi—yang belakangan diidentifikasi sebagai Gunung Krakatau—menjadi penyebab pemisahan Pulau Jawa dan Sumatera. Peristiwa ini disebutkan terjadi pada tahun 416 Masehi. Peneliti dari Los Alamos National Laboratory (New Mexico), Ken Wohletz, termasuk yang mendukung tentang kemungkinan letusan besar Krakatau purba hingga memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera. Dia membuat simulasi tentang skenario letusan super. Namun, berbeda dengan Ronggowarsito, Ken menyebutkan, letusan itu kemungkinan terjadi puluhan ribu tahun lalu. Melalui penanggalan karbon dan radioaktif, para ahli geologi memastikan bahwa Krakatau pernah beberapa kali meletus hebat. "Sepertinya pembentukan Selat Sunda tidak mungkin karena sebuah letusan tunggal besar, seperti ditulis dalam legenda (Pustaka Raja Purwa) itu. Setidaknya ada dua periode letusan besar di Krakatau, tetapi itu sekitar ratusan bahkan ribuan tahun lalu, tidak pada tahun 416 Masehi," sebut Zeilinga de Boer dan Donald Theodore Sannders dalam Volcanoes in Human History, 2002. Walaupun pencatatan Ronggowarsito tentang waktu letusan masa lalu Krakatau diragukan ketepatannya, pujangga ini barangkali benar soal "pemisahan" Pulau Jawa dengan Sumatera yang berkaitan erat dengan letusan Krakatau. Namun, pemisahan Jawa dan Sumatera sepertinya bukan karena letusan Krakatau. Sebaliknya, Krakatau terbentuk karena pemisahan kedua pulau ini sebagai produk gerakan tektonik di dalam Bumi. Geolog dari Museum Geologi, Indyo Pratomo, mengatakan, pemisahan Jawa dan Sumatera terjadi karena gerakan tektonik. ”Pulau Jawa dan Sumatera bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda akibat tumbukan lempeng Indo-Australia ke Euro-Asia. Perbedaan ini menyebabkan terbukanya celah di dalam Bumi,” kata Indyo. Sebagaimana Indyo, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono juga meyakini proses tektoniklah yang membentuk Krakatau. Pulau Jawa, menurut Surono, bergerak ke arah timur dengan kecepatan sekitar 5 sentimeter (cm) per tahun, sedangkan Pulau Sumatera bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 7 cm per tahun. Proses ini menyebabkan Pulau Sumatera bergerak ke arah utara dan meninggalkan Pulau Jawa sehingga membuka kerak Bumi di Selat Sunda. Sejauh ini, Sumatera telah berputar sekitar 40 derajat dibandingkan Jawa. Jelle Zeilinga dan Donald Theodore menyebutkan, separuh dari putaran ini terjadi dalam waktu dua juta tahun. Perputaran ini menyebabkan adanya perenggangan di antara dua pulau, menjadi jalan bagi batu yang meleleh, atau magma, untuk keluar di sepanjang zona rekahan Krakatau, sehingga membentuk tubuh gunung ini dari dasar laut. Penyaluran energi Surono mengatakan, letusan gunung api pada prinsipnya terjadi sebagai bentuk penyaluran energi dari bawah Bumi yang dikumpulkan oleh gerakan lempeng Bumi. Selain berupa letusan gunung api, energi ini juga bisa dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. "Letusan gunung api dan gempa bumi biasanya saling mengisi," katanya. Di Sumatera, energi dari gerakan lempeng lebih banyak disalurkan dalam bentuk tingginya intensitas gempa di sepanjang Sesar Besar Sumatera. "Kondisi ini menyebabkan di Sumatera tidak ada lagi letusan gunung api yang berskala besar." Letusan supervolcano Toba yang mengubah Bumi, terakhir terjadi sekitar 74.000 tahun lalu. "Saat itu, mungkin sesar besar Sumatera kondisinya tidak seaktif sekarang sehingga akumulasi energinya dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api Toba," kata Surono. Sebaliknya, di Pulau Jawa, intensitas gempa darat relatif sedikit dibandingkan Sumatera. Namun, letusan gunung apinya relatif lebih sering. "Energi yang dikumpulkan dari tumbukan lempeng kebanyakan disalurkan dalam bentuk letusan gunung karena sesar darat di Jawa tidak ada yang besar," katanya. Bagaimana dengan Krakatau yang berada di antara dua sistem geologi Jawa dan Sumatera yang berbeda ini? Krakatau yang berada di titik engsel antara Pulau Jawa dan Sumatera menjadi unik. Ditambah lagi dengan keberadaan lautan yang mengelilingi pulau gunung api ini, Krakatau menjadi sangat berbahaya. Jika terjadi kebocoran dan air laut menembus ke dalam Bumi hingga mendekati kantong magma yang mendidih, letusan besar bisa terjadi. Padahal, jika terjadi letusan besar, kemungkinan terjadinya tsunami juga sangat tinggi. Kemunculan kembali Anak Krakatau dari dalam laut pada tahun 1930-an, setelah letusan besar pada Agustus 1883 dan menghancurkan nyaris seluruh tubuh pulau gunung api ini, menandakan aktivitas tektonik yang menyuplai magma terus terjadi. Akankah Anak Krakatau menjadi seperti "ibunya" yang meletus hebat, mengirim tsunami besar sehingga menewaskan lebih dari 36.000 jiwa? Geolog dan juga penulis buku populer, Simon Winchester (2003), menyebutkan, proses-proses yang mengarah pada kejadian petaka tahun 1883 tidak bisa dihentikan. Selama proses subduksi atau penunjaman lempeng masih terjadi, selama itu pula pasokan energi dan magma ke Krakatau masih akan terus terkumpul. Masalahnya, kita tidak akan pernah tahu kapan dan seberapa kuat gunung api akan meletus. "Kalau ada alat yang dapat meramalkan letusan gunung api akan saya beli semua. Termasuk penjualnya," Surono berkelakar. "Kita tidak bisa melawan alam. Akan tetapi, yang bisa dilakukan adalah bagaimana kita membangun sistem mitigasi bencana yang kuat dan menyiapkan masyarakat untuk terus waspada," lanjutnya.
 

Misi Ke Mars > Phobos-Ground Berhasil Dikontak Kembali

Phobos-Ground, wahana luar angkasa Rusia yang sempat melenceng dari jalur penerbangan dan putus kontak dengan pengendali di Bumi, berhasil ditemukan dan dikontak lagi, Rabu (23/11/2011) pagi. Usaha menjalin kembali komunikasi dengan pesawat luar angkasa itu terus diusahakan sepanjang hari Rabu. Wahana, yang menurut rencana akan dikirim ke salah satu satelit alam planet Mars itu, berhasil membalas sinyal yang dikirim oleh stasiun pemantau Badan Luar Angkasa Eropa (ESA) di Perth, Australia. Menurut juru bicara ESA, Bernhard von Weyhe, pihaknya telah membantu pihak Rusia melacak keberadaan Phobos-Ground sejak 10 hari lalu. Pihak badan luar angkasa Rusia, Roscosmos, menyatakan, para pakar perjalanan luar angkasa Rusia dan Eropa akan berkoordinasi untuk menentukan langkah lebih lanjut guna mengontak Phobos-Ground. Keberhasilan menangkap sinyal Phobos-Ground memunculkan harapan bahwa perjalanan wahana tersebut ke orbit Mars bisa dilanjutkan. Pesawat seharga 170 juta dollar AS itu terkatung-katung di orbit Bumi setelah salah satu roket pendorong yang seharusnya mendorong pesawat ke jalur perjalanan Phobos gagal menyala. Phobos-Ground diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan pada 8 November menggunakan roket Zenit-2SB41. Misi wahana itu adalah mendarat di permukaan Phobos, satu dari dua satelit alam Mars, mengambil sampel tanah dan batuan di sana, kemudian kembali ke Bumi.
 

Ada Laut di Bulan Jupiter

Laut diyakini ada di Europa, bulan yang mengelilingi Jupiter. Demikian dilaporkan para astronom di konferensi pers di NASA Rabu (16/11/2011). Europa diketahui merupakan salah satu dari satelit-satelit Jupiter besar lainnya, yakni Io, Ganymede dan Collisto. Europa merupakan satelit yang letaknya paling dekat dengan Jupiter. Keyakinan adanya laut di Europa didasari oleh data temuan wahana antariksa Galileo yang melakukan eksplorasi tahun 1995 - 2003, dan meneliti permukaan satelit Jupiter itu. Berdasarkan citra yang diambil, astronom mendapatkan struktur aneh disebut "chaos terrain". Untuk menjelaskan terbentuknya topografi itu, astronom mempelajari bagaimana topografi yang sama terbentuk di Bumi. Astronom menemukan, topografi itu mungkin dibentuk oleh panas dari dalam Europa yang melelehkan es di dekat permukaannya, menyebabkan bagian atasnya retak atau runtuh. Analisis membuktikan bahwa lapisan es di permukaan Europa adalah setebal 10 km. Sementara, di bawahnya terdapat danau air asin yang kedalamannya sekitar 3 km. Temuan ini disambut gembira oleh pakar astrobiologi. Ini menunjukkan bahwa Europa memenuhi dua syarat penting untuk mendukung kehidupan, yakni air dan energi. Seperti diketahui, evolusi awal Bumi menunjukkan perlunya energi untuk mendukung kehidupan, salah satunya berupa petir. Selama 3,8 miliar tahun sesudahnya, Bumi juga masih tergantung pada energi Matahari. "Satu opini di kalangan ilmuwan adalah, kalau lapisan es tebal maka permukaan tak berinteraksi dengan lautan yang di bawahnya," kata Britney Schmidt, pakar geofisika di University of Texas, Austin, AS. "Sekarang kami menemukan bahwa meskipun lapisan es itu tebal, tapi energi itu bisa tercampur dengan baik. Ini bisa membuat Europa dan lautannya bisa dihuni," tambah Britney seperti dikutip AFP, Rabu. Studi yang juga dipublikasikan di jurnal Nature ini semakin menambah wawsan tentang satelit planet-planet gas raksasa. Satelit Saturnus, Enceladus, diduga juga memiliki lautan. Meski memiliki air dan energi, Europa tak langsung bisa dihuni. Ada syarat kehidupan lain, seperti zat organik, yang belum tentu ada. Astronom akan menjadikannya target eksplorasi selanjutnya.
 

Benarkah Bulan Punya Ionosfer?

Bumi memiliki lapisan yang disebut ionosfer yang menjadi batas antara atmosfer Bumi dan ruang hampa di antariksa. Ionosfer juga merupakan tempat ketika sinar ultraviolet yang dihasilkan Matahari terpecah hingga menciptakan gas yang terionisasi. Di Bumi, ionosfer memainkan peran penting dalam komunikasi. Misalnya, ionosfer memantulkan gelombang radio sehingga memungkinkan adanya transmisi gelombang jarak jauh. Ionosfer juga bisa berpengaruh pada pembacaan global positioning system (GPS) hingga mengakibatkan kesalahan pembacaan posisi suatu lokasi di muka bumi. Para ilmuwan menduga bahwa bukan Bumi saja yang memiliki atmosfer. Bulan juga memilikinya. Wahana antariksa Uni Soviet, Luna 19 dan 22, menemukan adanya partikel bermuatan beberapa kilometer di atas permukaan Bulan. Jumlahnya 1.000 elektron per sentimeter kubik. Teleskop radio pun menemukan tanda-tanda ionosfer. Meski demikian, selama bertahun-tahun, ilmuwan belum bisa meyakini bahwa yang mereka temukan adalah ionosfer. Hal ini dikarenakan Bulan adalah benda langit yang tidak punya atmosfer. Ilmuwan bertanya-tanya, bagaimana mungkin benda langit yang tidak punya atmosfer memiliki ionosfer? Memang, proses radioaktif di interior Bulan menghasilkan gas yang bisa "merembes" keluar ke permukaannya. Namun, gas yang dihasilkan tidak bisa membentuk lapisan yang tebalnya sepermiliaran atmosfer Bumi. Ilmuwan akhirnya lebih menyebutnya eksosfer, bukan atmosfer ataupun ionosfer. Misteri ionosfer di Bulan akhirnya terjawab berkat penelitian Tim Stubbs, ilmuwan berusia 30 tahunan yang bekerja di Goddard Space Flight Center di NASA. Menurutnya, sesuatu yang kini diyakini sebagai ionosfer Bulan sebenarnya adalah debu Bulan yang "mengapung" di permukaannya. Seperti diuraikan dalam artikel Physorg, Selasa (15/11/2011), partikel debu Bulan yang tertumbuk oleh sinar ultraviolet bisa terionisasi. Tumbukan itu bisa menghasilkan muatan listrik cukup yang bisa terdeteksi sebagai ionosfer. Adanya "ionosfer" yang tersusun atas gas ini merupakan hal baru dalam sains. Belum ada ilmuwan yang mengetahui karakteristik dan perilakunya pada siang ataupun malam hari. Belum ada pula yang mengetahui bagaimana medan ini membantu komunikasi di Bulan nantinya. Hasil penelitian Stubbs dipublikasikan di jurnal Planetary and Space Science yang terbit pada 13 Oktober 2011 lalu.
 

NASA Temukan 54 Planet Serupa Bumi

Perburuan planet-planet ekstrasurya atau di luar tata surya yang mirip Bumi dan mendukung kehidupan terus dilakukan. Teleskop luar angkasa Kepler milik Badan Antariksa AS (NASA) dirancang secara khusus untuk mencari planet-planet seperti itu. "Hanya dalam waktu setahun meneropong sebagian kecil galaksi kita, Kepler berhasil menemukan 1.235 planet di luar tata surya kita. Yang mengejutkan, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin," kata William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler, Rabu (2/2/2011) malam waktu AS. Dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter. "Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki. Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya. Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon. Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut. "Cucu-cucu kita yang akan memutuskan apa langkah selanjutnya. Apakah mereka akan pergi ke sana? Apakah mereka hanya akan mengirim robot ke sana?" kata Borucki.
 

Teka-teki Satelit Jupiter Terungkap Malam Ini

NASA akan mengungkap teka-teki salah satu satelit Jupiter, Europa, Kamis (17/11/2011) dini hari ini, sekitar pukul 00.00 WIB atau sekitar Rabu (16/11/2011) siang pukul 13.00 EST. Demikian pengumuman yang dibuat NASA lewat situs web-nya. Pengungkapan teka-teki itu terkait dengan hasil penelitian terbaru NASA soal satelit planet terbesar di tata surya itu. Teka-teki Europa akan diungkap dalam konferensi pers yang dihadiri oleh sejumlah peneliti, yakni Britney Schmidt dari University of Texas di Austin, Tori Hoehler dari Ames Research Center di California, Louise Prockter dari John Hopkins University Applied Physics Laboratory, dan Tom Hagner dari Divisi Ilmu Bumi di NASA. Salah satu karakteristik Europa yang diketahui saat ini adalah dugaan adanya lautan (dengan air yang memiliki kandungan garam) di bawah permukaan Jupiter yang beku. Karena air adalah unsur yang sangat penting bagi kehidupan, banyak ilmuwan berharap bahwa setidaknya ada mikroorganisme di satelit Jupiter tersebut. Europa merupakan salah satu satelit terbesar yang dimiliki Jupiter bersama dengan IO, Ganymede dan Callisto. Satelit ini ditemukan pada tahun 1610 oleh Galileo Galilei. Memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari Bumi, Europa diduga memiliki inti logam dan mantel batuan. Hingga sejauh ini, belum dipastikan apakah teka-teki Europa yang akan diungkap malam ini terkait dengan adanya kehidupan di sana. Konferensi pers yang berlangsung malam ini bisa dilihat lewat live streaming di situs NASA.
 

Ditemukan Planet Baru di Tata Surya

Sekelompok astronom yakin bahwa mereka telah menemukan planet baru dalam tata surya. Planet tersebut diduga berukuran empat kali lebih besar daripada Jupiter dan berada pada jarak yang sangat jauh dari Matahari. Keberadaan planet tersebut masih perlu dibuktikan. Namun, beberapa kalangan percaya bahwa bukti-bukti telah terkumpul lewat hasil observasi teleskop NASA, WISE. Data terkait temuan planet tersebut akan dipublikasikan tahun ini. Daniel Whitmire dari Universitas Lousiana Lafayette, AS, percaya bahwa data-data bisa membuktikan keberadaan planet itu dalam dua tahun. "Jika benar, saya dan rekan saya, John Matese, akan jungkir balik. Dan, itu tidak mudah pada usia kami," katanya. Untuk sementara, planet itu dinamai Tyche. Nama itu diambil dari nama dewi Yunani yang menentukan nasib suatu kota. Tyche diduga merupakan planet gas raksasa, jenis planet yang sama seperti Jupiter. Tyche diduga terdapat di bagian luar Awan Oort, sebuah kawasan "terpencil" di tata surya. Jarak planet ini dengan Matahari mencapai 15.000 kali dari jarak Matahari-Bumi atau 375 kali jarak Matahari-Pluto. Whitmire percaya, penyusun utama Tyche adalah Hidrogen dan Helium. Ia juga mengungkapkan bahwa atmosfer planet ini mirip atmosfer Jupiter. "Anda juga bisa berharap planet ini memiliki beberapa satelit," katanya. Umumnya, planet yang berada di wilayah Awan Oort memiliki suhu hampir nol mutlak (-273 derajat celsius). Namun, Tyche diperkirakan memiliki suhu -73 derajat celsius, 4-5 kali lebih hangat dari Pluto. Jika terbukti kebenaran keberadaannya, Tyche akan menjadi planet kesembilan sekaligus terbesar. International Astronomical Union (IAU) akan menjadi pihak yang menyetujui atau menolak keberadaan planet ini. Whitmire dan Matese menduga keberadaan planet berdasarkan adanya kejanggalan pada sudut kedatangan komet yang banyak terdapat di Awan Oort. Sebesar 20 persen jumlah tertentu yang muncul sejak tahun 1898 memiliki sudut datang yang lebih besar dari seharusnya. Kemungkinan keberadaan Tyche diungkapkan Whitmire dalam wawancaranya dengan The Independent, Minggu (13/2/2011). Hasil penelitian Whitmire itu didasarkan pada adanya kejanggalan sudut datang komet yang dipublikasikan di jurnal Icarus bulan ini.
 

Desember, Giliran Meteor Geminid Hiasi Langit

Hujan meteor Leonid bukan hujan terakhir yang bakal dinikmati warga bumi tahun ini. Desember nanti, langit juga akan dihiasi 'atraksi' meteor Geminid. Tepatnya 14 Desember. "Jumlahnya tahun ini akan lebih banyak dibandingkan tahun lalu, sekitar 20 meteor per jam," kata astronom Observatorium Bosscha, Evan I. Akbar, saat dihubungi VIVAnews, Jumat 18 November 2011. Hujan meteor Geminid, Evan melanjutkan, mencapai puncaknya tahun 1998 silam. "Waktu itu jumlahnya sampai 1.000 meteor per jam. Setiap tahun jumlahnya memang berbeda-beda," kata dia. Berbeda dengan karakteristik Leonid yang berwarna merah dan hijau dengan ukuran sebesar kerikil, Geminid memiliki warna lebih beragam tergantung bahan meteornya. "Ada biru, oranye, hijau kalau bahannya dari silikat, merah karena pengaruh magnesium, dan warna-warna lainnya," kata Evan. Sementara ukuran meteor ini seperti umumnya meteor normal, sebesar butiran pasir. Kecepatan Geminid menghujam bumi sekitar 50 km per detik. "Meteor bisa dilihat dengan mata telanjang, dengan catatan cuaca cerah," kata Evan yang juga koordinator kunjungan observatorium yang berlokasi di Bandung itu. Hujan meteor masih akan berlanjut hingga 2012 mendatang yang diperkirakan akan terjadi sebanyak 10 kali dengan waktu dan jenis berbeda. "Paling dekat 4 Januari, saat itu langit akan dihiasi hujan meteor Aquarid," ujar Evan.
 

Ledakan Besar Matahari Tak Terjadi di 2012

Banyak orang yang merasa takut solar flare raksasa yang mematikan bisa melemparkan energi yang besar untuk menghancurkan bumi. Terlebih, fakta akurat mengungkap aktivitas matahari saat ini lerengan uapnya berada pada siklus 11 tahun. Dalam kondisi seperti ini, semua orang mempercayai bahwa 2012 merupakan saat bagi lidah matahari atau solar flare itu melemparkan energinya. Tapi siklus matahari ini telah terjadi selama ribuan tahun. Setiap orang yang telah berumur 11 tahun telah melalui siklus tersebut, dan terbukti tidak merasakan bahaya seperti yang dikhawatirkan. Sebagai tambahan, puncak siklus matahari maksimal diprediksi terjadi pada akhir tahun 2013 atau awal 2014, dan bukan 2012. Tapi hal terpenting adalah, solar flare terbesar pun tak memiliki cukup kekuatan untuk menghancurkan bumi secara fisik. Ini bukan berarti cuaca luar angkasa tidak berdampak bagi bumi. Meski ledakan panas dari nyala api matahari tidak membawa kerusakan bagi bumi, tapi radiasi elektromagnetik dan partikel energi tentunya dapat merusak. Lidah matahari secara bertahap dapat mengubah lapisan teratas atmosfer dan menciptakan gangguan sinyal transmisi, seperti satelit GPS bumi yang dapat menyebabkan atmosfer menjadi tidak berfungsi dalam beberapa meter. Fenomena lain dihasilkan oleh aktivitas matahari menciptakan gangguan lebih merusak. Seperti diketahui sebuah ledakan besar di atmosfer matahari (CME), mendorong semburan partikel dan fluktuasi elektromagnetik ke dalam atmosfer bumi. Flukutuasi ini dapat menyebabkan fluktuasi listrik di tanah yang dapat meniupkan transformator dalam kekuatan jaringan. Ledakan atmosfer matahari juga dapat bertabrakan dengan listrik di satelit dan mengganggu sistem tersebut. Di dunia yang bergantung pada teknologi seperti saat ini, kerusakan satelit tersebut jelas sangat merugikan. Karena, sebagian besar orang bergantung pada ponsel dan kendali GPS untuk peta dan navigasi pesawat, dan kerusakan satelit itu juga dapat mematikan transaksi keuangan secara online. Jadi, masalah cuaca luar angkasa jelas merupakan hal yang serius. Problem yang sama juga terjadi saat ada badai. Seseorang dapat melindungi diri setelah mendapat informasi terkini, untuk kemudian melakukan persiapan sebelum kejadian. Selama badai terjadi, pemilik rumah dapat tetap tinggal atau lari dengan mematikan listrik. Dengan analogi yang sama, ilmuwan di NASA dan NOAA berusaha mendapatkan informasi terkini dengan cepat, untuk memberi peringatan kepada perusahaan listrik, operator luar angkasa, dan pilot pesawat, sebelum sebuah ledakan atmosfer matahari datang ke bumi. Sehingga, antisipasi pun bisa dilakukan. Meningkatkan kemampuan memprediksi cuaca yang dilakukan beberapa dekade yang lalu merupakan salah satu alasan dilakukannya studi matahari dan cuaca luar angkasa NASA. Kita tidak dapat mengabaikan cuaca luar angkasa, tapi kita dapat mengambil tindakan yang sesuai untuk melindungi diri kita. | Sumber: NASA.gov
 

"Danau" Asin di Satelit Planet Jupiter

London: Para ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan sebuah "danau" air asin di salah satu satelit Planet Jupiter, baru-baru ini. Penemuan yang didasarkan pantauan pada Europa, satelit yang menyertai Planet Jupiter. Danau tersebut diperkirakan terkunci dalam lapisan es terluar, beberapa mil di bawah permukaan Bumi. Danau itu juga diperkirakan sebesar Great Lakes di Amerika Utara. Para ahli mempercayai hasil penemuan itu. Mereka pun berharap, hal ini dapat menawarkan salah satu harapan terbaik, untuk menemukan kehidupan di luar Bumi. Bahkan, NASA juga sedang mempertimbangkan, untuk mengirim para ahlinya guna menyelidiki temuan danau itu. Europa merupakan satelit terdekat kedua dari Jupiter, planet terbesar di Tata Surya dengan lapisan putih dingin setebal enam mil.(TheSun/SHA)
 

Teka-teki Satelit Jupiter Terungkap Malam Ini

NASA akan mengungkap teka-teki salah satu satelit Jupiter, Europa, Kamis (17/11/2011) dini hari ini, sekitar pukul 00.00 WIB atau sekitar Rabu (16/11/2011) siang pukul 13.00 EST. Demikian pengumuman yang dibuat NASA lewat situs web-nya. Pengungkapan teka-teki itu terkait dengan hasil penelitian terbaru NASA soal satelit planet terbesar di tata surya itu. Teka-teki Europa akan diungkap dalam konferensi pers yang dihadiri oleh sejumlah peneliti, yakni Britney Schmidt dari University of Texas di Austin, Tori Hoehler dari Ames Research Center di California, Louise Prockter dari John Hopkins University Applied Physics Laboratory, dan Tom Hagner dari Divisi Ilmu Bumi di NASA. Salah satu karakteristik Europa yang diketahui saat ini adalah dugaan adanya lautan (dengan air yang memiliki kandungan garam) di bawah permukaan Jupiter yang beku. Karena air adalah unsur yang sangat penting bagi kehidupan, banyak ilmuwan berharap bahwa setidaknya ada mikroorganisme di satelit Jupiter tersebut. Europa merupakan salah satu satelit terbesar yang dimiliki Jupiter bersama dengan IO, Ganymede dan Callisto. Satelit ini ditemukan pada tahun 1610 oleh Galileo Galilei. Memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari Bumi, Europa diduga memiliki inti logam dan mantel batuan. Hingga sejauh ini, belum dipastikan apakah teka-teki Europa yang akan diungkap malam ini terkait dengan adanya kehidupan di sana. Konferensi pers yang berlangsung malam ini bisa dilihat lewat live streaming di situs NASA.
 

Bumi Selamat karena Jupiter Usir Planet Besar

David Nesvorny, peneliti dari Southwest Research Institute menyebutkan, ada kemungkinan bahwa tata surya dahulunya memiliki 5 planet raksasa. Bukan empat planet seperti yang ada saat ini. Seperti diketahui, saat baru terbentuk, planet-planet yang ada di tata surya belum memiliki orbit yang stabil dan kemungkinan besar Jupiter pernah mendekat ke arah Matahari sebelum kembali ke posisinya. Tetapi, bagaimana Jupiter bisa berpindah posisi tanpa menyebabkan Bumi bertabrakan dengan Mars atau Venus tidak bisa diketahui. Namun, lewat simulasi komputer, dengan menambahkan sebuah planet raksasa dengan massa serupa dengan planet Uranus atau Neptunus, akhirnya semua masuk logika. Simulasi komputer menunjukkan, satu buah planet besar telah dikeluarkan dari tata surya oleh Jupiter. Setelah planet raksasa di tata surya tinggal empat buah, Jupiter kemudian bisa berpindah kembali ke posisi awal dan membuat susunan planet-planet tersisa menjadi seperti saat ini tanpa mengganggu planet-planet dalam. “Kemungkinan bahwa pada awalnya sistem tata surya memiliki lebih dari empat planet raksasa dan kemudian melepaskan beberapa di antaranya tampak dimungkinkan jika melihat temuan sejumlah planet yang bergerak bebas di ruang antar galaksi beberapa waktu terakhir,” kata Nesvorny, seperti dikutip dari Astronomy Now, 13 November 2011. Nesvorny menyebutkan, temuan-temuan itu mengindikasikan bahwa proses pengusiran planet-planet dari sistem tata surya merupakan hal yang umum terjadi. Temuan ini sendiri dipublikasikan di jurnal The Astrophysical Journal Letters. Perpindahan posisi planet Jupiter saat sistem tata surya baru lahir sendiri sudah diteliti sejak lama. Menurut pelenliti, salah satu efek sampingnya adalah yang mengakibatkan ukuran planet Mars menjadi kerdil dibanding planet-planet tetangganya.
 

Satu Planet Terlempar dari Tata Surya?

Selama ini, astronom memercayai bahwa Tata Surya memiliki 4 planet raksasa, yakni Jupiter, Saturnus, Neptunus, dan Uranus. Namun, analisis terbaru menunjukkan bahwa Tata Surya dengan 4 planet raksasa adalah janggal. Kemungkinan, Tata Surya memiliki 5 planet raksasa. David Nesvorny dari Southwest Research Institute di San Antonio, Texas, Amerika Serikat, adalah ilmuwan yang mengungkapkan pendapat baru itu. Untuk sampai pada kesimpulannya, Nesvorny membuat 6.000 simulasi komputer yang menganalisis obyek di sekitar Neptunus dan kawah Bulan. Berdasarkan analisis Nesvorny, Tata Surya hanya memiliki 2,5 persen kemungkinan menjadi seperti sekarang jika sejak awal hanya memiliki 4 planet raksasa. Sementara ada 10 kali lebih besar kemungkinan bagi Tata Surya menjadi seperti saat ini jika awalnya memiliki 5 planet raksasa. Planet raksasa kelima itu dipercaya terlempar dari Tata Surya. Saat Tata Surya berusia 600 tahun, ada periode ketidakstabilan orbit planet. Ada planet yang berpindah ke Sabuk Kuiper, wilayah dekat Neptunus, dan ada yang berpindah ke dalam. Jupiter yang memiliki pengaruh gravitasi kuat diketahui adalah salah satu biang keladinya. Orbit Jupiter bisa berubah tiba-tiba dan satu planet raksasa terlempar dari Tata Surya karenanya. Sementara planet-planet lain tetap bertahan. Nesvorny mengatakan, "Kemungkinan Tata Surya memiliki lebih dari 4 planet raksasa dan melemparkan beberapa di antaranya, terkesan cocok dengan penemuan banyaknya planet yang ada di wilayah antarbintang, yang menunjukkan bahwa terlemparnya planet adalah hal yang umum." Pada Space.com, Jumat (11/11/2011) lalu, Nesvorny mengatakan bahwa temuan ini memunculkan pertanyaan. Salah satunya tentang planet Mars dan planet Super Bumi, apakah mereka terbentuk di Tata Surya Luar (setelah orbit Mars) lalu tereliminasi. Pendapat Nesvorny memang fantastis dan membuat orang tercengang. Namun, ia sendiri merasa bahwa pendapatnya masih harus diuji kebenarannya dengan serangkaian penelitian. Hasil analisis Nesvorny dipublikasikan di edisi online Astrophysical Journal Letters minggu lalu.
 

Mungkinkah "Black Hole" Terjadi di Bumi?

Tanya: Beberapa waktu lalu ada kekhawatiran penelitian LHC (Large Hadron Collider) bisa menciptakan lubang hitam di Bumi yang membahayakan manusia. Mungkinkah black hole bisa terjadi/muncul di Bumi? Jawab: Black hole atau lubang hitam tidak bisa terjadi atau muncul di bumi, dan juga tidak bisa muncul di tata surya kita ataupun wilayah dengan jarak kurang dari 500 tahun cahaya dari tata surya kita. Sebabnya, tidak adanya benda-benda bermassa besar yang berpotensi menjadi stellar black hole (lubang hitam berasal dari bintang). Lubang hitam biasanya berada di pusat-pusat galaksi. Misalnya di bagian pusat galaksi kita, ada lubang hitam (galactic black hole) yang mempunyai masa beberapa juta kali massa matahari. Tata surya kita letaknya jauh dari pusat galaksi. Seandainya kita bisa memproduksi energi sangat tinggi yang memungkinkan terbentuk black hole, maka black hole yang terbentuk adalah amat sangat kecil dan sangat tidak stabil - yang artinya sama sekali tidak ada pengaruhnya.
 

Cahaya Misterius dari Bintang yang Mati

Tanggal 28 Maret lalu, ilmuwan dikejutkan oleh cahaya misterius dan sangat terang yang ditangkap oleh satelit Swift milik NASA. Cahaya tersebut begitu terang dan berasal dari galaksi yang berjarak milyaran tahun cahaya dari Bumi. Semula, ilmuwan menduga bahwa cahaya itu berasal dari ledakan sinar gamma. Namun, ilmuwan ragu sebab cahaya yang ditangkap bertahan dalam hitungan bulan sementara cahaya dari ledakan sinar gamma hanya dalam hitungan jam. Joshua Bloom, astronom dari University of California, Berkeley dan timnya kemudian menyelidiki. Kamis (16/6/11), mereka mempublikasikan hasilnya di jurnal Science. Akhirnya diketahui bahwa cahaya tersebut muncul karena sebuah bintang dilahap oleh Lubang Hitam. Lubang hitam dengan gaya tariknya yang tinggi seolah menghisap bintang. Begitu bintang terlahap, energi dilepaskan dan cahaya yang begitu terang muncul. "Kejadian ini sangat berbeda dari yang pernah kita lihat sebelumnya," kata Bloom. Ilmuwan mengungkapkan, kejadian ini berlangsung di "jantung" galaksi yang berjarak 3,8 milyar tahun cahaya dari Bumi. Dapatkah kejadian serupa terjadi di galaksi Bimasakti? Andrew Levan, peneliti dari University of Warwick yang juga turut terlibat dalam observasi mengungkapkan, kemungkinan tersebut bisa saja ada tapi peluangnya kecil.
 

Mungkin Ada Kehidupan dalam Lubang Hitam

Kosmolog asal Rusia, Vyacheslav Dokuchaev, berpendapat bahwa kehidupan bisa saja terdapat di lubang hitam supermasif. Menurutnya, dalam lubang hitam supermasif sebenarnya terdapat kondisi yang mendukung kehidupan. Makhluk yang hidup dalam lubang hitam akan berevolusi menjadi makhluk yang paling maju di semesta. Tentu saja pendapat Dokuchaev ini mencengangkan. Pasalnya, hingga sejauh ini, ilmuwan hanya memprediksikan bahwa kehidupan terdapat di Mars dan planet ekstrasurya, dan itu pun belum terbukti. Di samping itu, diyakini bahwa lubang hitam memiliki gravitasi kuat yang mampu menyedot apa pun ke dalamnya. Rasanya tidak mungkin ada kehidupan di sana. Namun, Dokuchaev menjelaskan bahwa ada bukti kemungkinan kehidupan di lubang hitam dalam jurnal arXiv Cornell University, AS. Ia mengatakan bahwa di dalam lubang hitam ada sebuah wilayah di mana foton bisa tetap ada dalam orbit periodik yang stabil. Menurutnya, jika ada foton yang bisa 'selamat', maka sangat mungkin ada planet yang juga eksis. Orbit stabil itu hanya terdapat setelah melewati horizon peristiwa, mulut dari lubang hitam, di mana tak ada keteraturan ruang dan waktu. Melampaui horizon peristiwa, terdapat horizon Cauchy di mana ruang dan waktu kembali stabil. Di horizon itulah, menurut Dokuchaev, kehidupan terdapat. Seperti dikutip Daily Mail, Jumat (7/10.2011), Dokuchaev mengatakan, "Ruang dalam lubang hitam supermasif dihuni oleh peradaban yang sangat maju, tak terlihat dari luar." Ia mengatakan bahwa kehidupan yang ada sudah tergolong Type III dalam skala Kardashev, jauh dari manusia yang ada pada Type I. Skala Kardashev adalah sebuah skala yang dikembangkan oleh astronom Rusia, Nikolai Kardashev, untuk mengukur kemajuan sebuah peradaban secara astronomi. Type I ialah peradaban yang mampu memanfaatkan potensi planet yang dihuni, Type II adalah peradaban yang mampu memanfaatkan potensi tata suryanya, dan Type III bisa memanfaatkan potensi galaksinya. Betapapun hebatnya argumen Dokuchaev, hal itu sulit untuk dibuktikan. Kita mungkin tak akan tahu apakah pendapat Dokuchaev benar atau salah sebab mengobservasi lubang hitam dan interiornya masih merupakan tantangan besar saat ini. Mungkin, pendapat Dokuchaev hanya akan bertahan sebagai teori.
 

NASA Temukan 'Planet Alien', Kembaran Bumi ?

Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan temuan baru yang dihasilkan satelit Kepler, Kamis 26 Agustus 2010. Kepler menemukan kelompok planet alien, planet-planet yang tak pernah dilihat sebelumnya itu mengelilingi sebuah bintang -- seperti planet dalam tata surya yang mengelilingi Matahari. Temuan itu dinamakan sistem Kepler 9. Pengamatan dari observatorium Kepler mengkonfirmasikan dua planet seukuran Saturnus mengorbit sebuah bintang -- dalam jarak sekitar 2.300 tahun cahaya dari Bumi. Mereka juga mengungkapkan kandidat planet yang mungkin sama ukurannya dengan Bumi dalam sistem yang sama. Mengapa kandidat? Karena keberadaannya belum terkonfirmasi. Sampai saat ini, para astronom belum mengkonfirmasi apakah ada planet yang potensial seperti Bumi -- dalam arti bisa menopang kehidupan. Namun, analisa awal mengatakan, planet tersebut punya radius 1,5 kali Bumi. Observasi lanjutan dari sistem planet tersebut akan membantu menjawab pertanyaan adakah kehidupan di luar Bumi. "Kami berharap dalam beberapa hari atau minggu, kami bisa memastikannya," kata William Borucki, peneliti utama Keppler di Pusat Penelitian Ames milik NASA, seperti dimuat laman Space, 26 Agustus 2010. Untuk kali pertamanya, analisis pengamatan Kepler juga dikombinasikan dengan waktu transit dan observasi kecepatan radial untuk memperkirakan massa planet-planet alien itu. Dua planet terbesar dalam sistem ini yang dinamakan Kepler 9b dan Kepler 9c -- ditemukan memiliki diameter yang hampir sama. Keduanya punya massa dan kepadatan seperti Saturnus. Namun, dua planet tersebut terlalu dekat dengan bintang -- mirip Matahari, seperti Merkurius yang mengorbit Matahari. Dua planet itu diduga kuat tidak memiliki kehidupan karena sangat panas. Planet Kepler adalah kelompok planet ke dua yang diumumkan minggu ini. Sebelumnya, astronom Badan Antariksa Eropa (ESO) mengumumkan penemuan 'tata surya' yang terdiri dari tujuh planet yang berjarak 127 tahun cahaya dari Bumi. Kembaran Bumi?
Para astronot belum menemukan planet mirip Bumi dari bservatorium Kepler. Jika keberadaan planet ketiga mirip yang Bumi sudah ada konfirmasi, planet itu bisa menjadi 'planet terkecil' yang dikenal. "Kami bisa mengatakan, dalam hal ukuran fisik, ini akan jadi yang terkecil, tapi kami belum mengetahui massanya," kata Matthew Holman, staf direktur divisi teori astrofisika di Harvard-Smithsonian Center, yang mengkonfirmasi temuan Kepper. Keppler mengungkapkan, planet ketiga ini memiliki radius 11,5 kali Bumi dan memiliki periode orbital sekitar 1,6 hari di Bumi -- lebih pendek dari Kepler-9b dan 9c. Para peneliti sedang meneliti apakah kandidat 'Kembaran Bumi' mengorbit di bintang yang sama dengan dua planet lain. "Salah satu pesan dari pekerjaan ini adalah bahwa Kepler membuat kemajuan menuju tujuan untuk menemukan sistem planet yang mirip dengan tata surya kita." Namun dalam hal kelayakan huni, sistem Kepler-9 mungkin bukan tempat yang tepat untuk mencari kehidupan. "Planet-planet ini seperti tidak layak huni," kata Holman. Diperkirakan temperatur dua planet terbesar sangat tinggi, sekitar 740 derajat Kelvin (872 derajat Fahrenheit) dan 540 derajat Kelvin (512 derajat Fahrenheit). Temperatur itu jauh di atas titik didih air, maka diduga kuat itu bukan planet berpenghuni.
 

Indonesia = Atlantis

Bencana alam selalu menghampiri Indonesia belakangan ini. Dari tsunami, semburan lumpur panas, gempa bumi, dll. Hal tersebut hampir sama di suatu tempat yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Adakah hubungan antara Indonesia dan Atlantis? Plato (427 – 347 SM) menyatakan, bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan Bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis. Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan, bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan, bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU No. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan, bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang. Santos menetapkan, bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan, bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan, bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh. Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking. Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera, sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua.
Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events. Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, yaitu : Pertama, mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu, tidaklah semena-mena ada pribahasa yang berkata,“Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato, tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.” Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events. Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, yaitu : Pertama, mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu, tidaklah semena-mena ada pribahasa yang berkata,“Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato, tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat, yakni : Pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya, ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali. Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau. http://ladangkata.com/wp-content/uploads/2009/01/atlantis.jpg Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan Internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun, sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis sebelumnya, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya. (",)v Read more: http://siradel.blogspot.com/2010/09/indonesia-atlantis.html#ixzz1d9gpzD6D
 

Asteroid 2005 YU55 Bakal Tabrak Bulan?

Sebuah asteroid sebesar empat lapangan bola dilaporkan akan mendekati bumi pada 8 November. Sebuah batu luar angkasa yang besar ini belum datang sedekat ini dalam 35 tahun. Asteroid ini akan terbang pada jarak hanya 325.000 kilometer, yang sebenarnya di dalam orbit bulan. Menurut NASA, asteroid yang diberi nama 2005 YU55 tidak akan memberikan dampak negatif terhadap kehidupan bumi. Don Yeomans, Direktur NASA untuk Proyek Benda Dekat Bumi di Laboratorium Propulsi Jet di Pasadena, Kalifornia, mengatakan, kecepatan benda tersebut mencapai 13km/detik. Akan tetapi, asteroid tersebut tidak akan menabrak bulan. "Apabila sampai menabrak bulan, maka ini menjadi kejadian yang memiliki nilai sejarah yang sangat signifikan," ujar Yeomans ke media Life's Little Mysteris. "Tabrakan tersebut tidak dapat mengubah posisi bulan, tetapi akan membuat kawah yang cukup besar. Lebarnya akan sebesar 4 kilomter. Walaupun terlihat signifikan, tetapi ini masih termasuk kecil," ia menambahkan, Senin (7/11). Yeomans juga menjelaskan bahwa asteroid seperti 2005 YU55 mendekati bumi paling tidak 100.000 tahun sekali. Karena bulan mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada bumi, maka kejadian ini dapat terjadi dengan jangka waktu lebih lama, yakni sekali dalam beberapa ratus ribu tahun. Saat asteroid tersebut menabrak bulan, maka akan ada pergerakan debu dengan kecepatan tinggi yang mampu mencapai bumi. Walau banyak dari debu tersebut akan terbakar oleh atmosfer Bumi, tetapi sebagian kecil mungkin akan sampai ke dataran. "Di NASA, kami mempunyai banyak radar optikal yang dapat memberikan estimasi kapan kira-kira asteroid seperti 2005 YU55 akan datang ke bumi. Dengan itu, kita tidak harus takut terhadap bahaya akan kejadian ini," tegas Yeomans.
 

Astronom China Usulkan Cara Selamatkan Bumi

Metode ini merupakan upaya untuk mencegah tabrakan asteroid Apophis yang berukuran 270 meter dan berbobot 46 juta ton dengan bumi pada tahun 2036 mendatang Sekelompok astronom China, yang dipimpin oleh Shengping Falun dari Tsinghua University di Beijing, mengusulkan pengerahan pesawat ruang angkasa kecil dengan layar surya ke orbit retrograde dalam rangka untuk mengubah lintasan asteroid. Disebutkan, metode ini merupakan upaya untuk mencegah tabrakan asteroid Apophis dengan bumi pada tahun 2036 mendatang. Sebagai informasi, asteroid berdiameter 270 meter seberat 46 juta ton itu akan mendekati Bumi dengan jarak 37 sampai 38 ribu kilometer pada tahun 2029 mendatang. Ia kemudian akan kembali pada 13 April 2036, namun kali ini akan menghantam Bumi. Menurut para astronom China, jika kita menempatkan sebuah pesawat ruang angkasa kecil, retrograde orbit akan menghadirkan kecepatan tabrakan hingga 90 kilometer per detik dan jika dilakukan dengan cara yang tepat, akan mencegah Apophis untuk kembali dan menghantam Bumi. Dikutip dari Technology Review, 23 Agustus 2011, ilmuwan menyebutkan, kemungkinan tabrakan pada tahun 2036 sangat besar dan asteroid kemungkinan akan hancur menjadi bagian lebih kecil. Serpihan-serpihan asteroid itu bisa kembali menghantam Bumi pada tahun-tahun berikutnya. Namun demikian, proyek pengiriman pesawat luar angkasa untuk menghadang asteroid tersebut sulit untuk diwujudkan karena angin matahari bisa membuat pesawat itu terbang di luar jalur yang seharusnya menjadi jalur tabrakan dengan asteroid. Sebagai informasi, asteroid yang ditemukan pada tahun 2004 itu disebut-sebut sebagai ancaman terbesar bagi planet kita. Meski begitu, ilmuwan NASA memperkirakan, kemungkinan asteroid itu menghadirkan bahaya bagi planet Bumi adalah tidak mungkin. Read more: http://sainsmystery.blogspot.com/2011/08/astronom-china-usulkan-cara-selamatkan.html#ixzz1cskD5wMR Penulis : Sendi Nugraha Pratama
 

Hari Selasa, Asteroid Raksasa Melintas Dekat Bumi

Sebuah asteroid raksasa, yang ukurannya lebih besar dari sebuah kapal induk, akan melintas di antara Bumi dan Bulan, Selasa (8/11/2011) mendatang. Ini adalah posisi lintasan asteroid terdekat dengan Bumi dalam 35 tahun terakhir. Para ilmuwan mengatakan, penduduk Bumi tak perlu khawatir karena asteroid ini tidak akan membawa pengaruh apa pun, apalagi menabrak Bumi. Menurut berita dari Associated Press yang dilansir Sabtu (5/11/2011), titik terdekat lintasan asteroid itu dari permukaan Bumi akan terjadi pada Selasa pukul 23.28 GMT (petang hari waktu AS bagian timur atau pukul 06.28 WIB), saat asteroid raksasa itu akan berjarak hanya 325.000 kilometer dari Bumi. Para ilmuwan mengatakan penduduk Bumi tak perlu khawatir karena asteroid ini tidak akan membawa pengaruh apa pun, apalagi menabrak Bumi. Asteroid bernama 2005 YU55 ini berbentuk bulat dengan diameter sekitar 400 meter dan akan melintas dengan sangat cepat. Pengamat di Bumi tak akan bisa mengamati langsung asteroid ini dengan mata telanjang karena ukurannya akan menjadi sangat kecil pada jarak sejauh itu. "Anda paling tidak membutuhkan teleskop dengan ukuran cermin 6 inci untuk melihatnya," tutur Scott Fisher, Direktur Program Divisi Ilmu Astronomi di Yayasan Sains Nasional AS. Asteroid ini masuk dalam kelompok 1.262 asteroid besar (berdiameter lebih dari 150 meter) yang oleh Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) dikategorikan memiliki "potensi bahaya" terhadap Bumi. Jika salah satu asteroid raksasa ini menghantam Bumi, maka akan terjadi malapetaka global, seperti yang pernah terjadi jutaan tahun silam dan memusnahkan dinosaurus dari permukaan Bumi.
 

Kembaran Bimasakti dari Konstelasi Pavo

European Southern Observatory (ESO) merilis citra galaksi yang tampak seperti kembaran Bimasakti. Galaksi itu bernama NGC 6744, berjarak 30 juta tahun cahaya, dan terletak di konstelasi Pavo atau Peacock. Citra galaksi berhasil diambil dengan teleskop 2,2 meter di Observatorium La Silla, Cile. NGC 6744 memiliki kemiripan dengan Bimasakti. Berdasarkan rilis ESO yang dikutip Space.com, Rabu (1/6/2011), galaksi ini juga mempunyai "lengan" spiral yang "membungkus" inti padat memanjang dan piringan berdebu. Galaksi ini juga memiliki "teman dekat" yang lebih kecil, yakni NGC 6744 A, seperti Bimasakti yang juga punya Awan Magellan Besar. NGC 6744 memiliki ukuran diameter dua kali lipat Bimasakti, sementara Bimasakti sendiri berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya. Bila melihat citra NGC 6744 yang ditangkap ESO, terdapat spot-spot berwarna merah di bagian lengan spiral. Astronom mengatakan bahwa wilayah itu merupakan tempat kelahiran bintang. Astronom juga mengatakan, letak galaksi ini tergolong dekat. Didukung dengan kecemerlangannya yang setara dengan 60 kali Matahari dan posisinya yang seolah menatap Bumi, astronom amatir bermodal teleskop power rendah pun bisa melihatnya. NGC 6744 akan tampak seperti lingkaran dengan bagian terang berukuran dua kali Bulan.
 

Bintang dengan Rupa Mirip Galaksi

Astronom menemukan bintang dengan rupa mirip galaksi, disebut SAO 206462 dan berjarak 400 tahu cahaya di konstelasi Lupus. Bintang tersebut ditemukan dengan teleskop Subaru yang ada di Mauna Kea, Hawaii. SAO 206462 dikelilingi oleh piringan gas berdiameter 22,5 miliar kilometer. Gravitasi membuat piringan membentuk lengan spiral. Lengan spiral bukan hal yang baru, namun biasanya ditemukan pada galaksi. Ini adalah kali pertama astronom menemukan adanya spiral pada bintang. John Wisniewski, si penemu bintang ini, merasa bangga dan kagum dengan hasil penelitiannya. "Kita pertama kalinya menemukan dalam sistem yang berusia beberapa juta tahun, yang masih muda bagi sebuah bintang, piringannya mulai menunjukkan bentuk yang menarik," ungkap Wisniewski. Dikutip Daily Mail hari ini (4/11/2011), Wisniewski menuturkan, "Kami sudah menemukan cincin, gap dan sekarang lengan spiral. Banyak struktur ini bisa disebabkan oleh planet yang bergerak di piringan." Fenomena tersebut, menurut Wisniewski, bisa menjadi indikasi bahwa gas dan debris sedang mengalami pembentukan menjadi planet.
 

Asteroid Sebesar Kapal Mendekati Bumi 8 November

Sebuah asteroid yang dijuluki 2005 YU55 akan mendekati bumi pada 8 November hingga jarak 202.000 mil dari Bumi, lebih dekat dari bulan, sebelum melesat jauh ke angkasa. Karbon berwarna dan gelap itu berukuran sekitar 1.300 kaki. Namun asteroid ini tak berbahaya bagi bumi. "Ini bukan sebuah asteroid yang berbahaya, hanya sebuah kesempatan yang baik untuk dipelajari," kata National Science Foundation astronom Thomas Statler. NASA dan NSF menyiapkan serangkaian teleskop radar dan pengamatan lain mulai Jumat, yang ditujukan untuk pemetaan permukaan asteroid dan kimia. Sebuah asteroid serupa dalam ukuran seperti 2005 YU55 ini tidak akan datang sedekat dengan bumi lagi hingga 2028. Menurut NASA, sekitar 1.262 asteroid berpotensi bahaya, yang ukurannya lebih besar dari 500 kaki yang mendekati. Salah satunya 2005 YU55. Para ilmuwan percaya bahwa YU55 tidak akan memberikan dampak seperti tabrakan dengan bumi setidaknya untuk jangka waktu 100 tahun ini, Jumat (4/11). Kunjungan asteroid ini akan menjadi kunjungan batu luar angkasa berukuran besar yang terdekat dengan bumi lebih dari tiga dekade. Ukuran dari 2005 YU55 cukup besar yang mempunyai estimasi layaknya kapal induk angkatan laut. Benda luar angkasa ini ditemukan pada 2005 layak namanya dan ditemukan oleh Robert McMillan yang bekerja di Steward Observatory di Tuscan, Arizona. Setelah dipelajari pada 2010, benda tersebut tidak akan membawa dampak negatif ke Bumi Bagi penggemar eksplorasi luar angkasa, tahun 2011 sepertinya dihujani oleh berbagai kejadian yang membuat kita terpukau dengan kehebatan manusia untuk bisa pergi ke tempat yang jarang disentuh.
 

Ronaldo kejar rekor gol Lionel Messi

Gol rata-rata Cristiano Ronaldo setiap pertandingan lebih tinggi dibandingkan Messi Penyerang Real Madrid Cristiano Ronaldo mengejar rekor gol pemain Barcelona Lionel Messi dengan menyarangkan gol ke-100 untuk timnya. Ronaldo mencetak dua gol dalam kemenangan 2-0 Real saat menghadapi klub Prancis Lyon dalam lanjutan Piala Champions Rabu malam (02/11). Lionel Messi mencetak gol ke-200 untuk Barcelona satu hari sebelumnya dalam hat-trick saat melawan juara Ceko Viktoria Plzen. Gol Ronaldo membantu Madrid maju ke babak selanjutnya bersama Barcelona dan juga AC Milan, yang juga lolos setelah ditahan imbang 1-1 oleh klub Belarusia, BATE Borisov. "Semua gol itu bermakna khusus, apalagi kalau membantu tim untuk menang," kata Ronaldo. "Saya tidak mengira bisa mencetak gol ke-100 saya secepat ini," tambah Ronaldo. Gol rata-rata Ronaldo "Saya senang dan saya berterimakasih kepada rekan satu tim dan juga pelatih yang memberikan kesempatan untuk bermain dan berkembang sebagai pemain," katanya. Pelatih Real Jose Mourinho mengatakan, "Rekor itu sangat hebat. Mencetak 100 gol untuk Real merupakan satu kehebatan, khususnya mencetak dua gol di kandang Lyon, karena secara historis kami punya catatan tidak bagus." Dengan rekor ini, Ronaldo memiliki rekor 0,95 satu pertandingan dengan seragam Madrid sementara rata-rata untuk Messi 0,71. Namun para pendukung pemain Argentina Messi membandingkan statistik kedua pemain sejak Ronaldo bergabung di Spanyol tahun 2009. Rata-rata untuk Messi hampir 0,98 gol per pertandingan, sedikit di atas Ronaldo. Messi juga lebih difavoritkan dalam perebutan pemain terbaik versi FIFA tahun ini. "Ini bukan saatnya untuk membandingkan atau memikirkan tentang Barcelona," kata Ronaldo setelah pertandingan melawan Lyon.
 

7 Tanda-tanda Manusia Sebelum Meninggal

Manusia meninggal Dunia itu pasti akan terjadi dan biasanya selalu ada tanda-tanda yang akan terjadi sebelum seseorang itu meninggal tapi itu tidak mutlak terjadi, ini cuma prediksi tentang Tanda-tanda manusia sebelum meninggal dunia. Tidak mudah memang memprediksikan secara tepat kapan seseorang akan meninggal. Kematian itu sendiri bisa disebabkan sakit, kecelakaan atau sebab lainnya. Pada kondisi normal seperti orang sakit biasanya seseorang akan menunjukkan gejala yang mengindikasikan bahwa hidupnya akan segera berakhir beberapa minggu lagi seperti dikutip dari Mayoclinic yaitu: 1. Merasa gelisah. Seseorang akan merasa tidak tenang serta sulit tidur, selain itu dia akan seringkali mengganti posisi saat tidur karena perasaan gelisah. 2. Menarik diri. Seseorang tidak ingin lagi terlibat dalam aktifitas sosial ataupun melakukan kegiatan favoritnya. 3. Sering mengantuk. Seseorang akan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk tidur. 4. Kehilangan nafsu makan. Seseorang hanya akan makan dan minum dalam jumlah sedikit dan berbeda dari biasanya. 5. Mengalami jeda saat bernapas. Hal ini biasanya terjadi saat seseorang sedang tidur ataupun terjaga. 6. Luka yang sulit sembuh. Luka atau infeksi yang dialami mengalami kesulitan untuk disembuhkan. 7. Pembengkakan. Pada beberapa orang terjadi pembengkakan di daerah tangan, kaki atau bagian tubuh lain. Proses sekarat mulai terjadi ketika tubuh tidak bisa mendapatkan asupan oksigen yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup. Sel yang berbeda akan memiliki kecepatan kematian yang berbeda pula, sehingga panjangnya proses seseorang sekarat tergantung pada sel-sel yang kekurangan oksigen ini. Sedangkan otak memerlukan oksigen dalam jumlah yang besar dan hanya memiliki sedikit oksigen cadangan. Sehingga jika asupan oksigen berkurang maka akan mengakibatkan kematian sel dalam waktu 3-7 menit saja. Beberapa tanda yang ditunjukkan oleh orang yang sekarat adalah lebih banyak tidur, hal ini untuk menghemat energi yang tinggal tersisa sedikit di tubuh. Ketika energi tersebut hilang, maka seseorang akan kehilangan nafsu untuk makan ataupun minum. Proses menelan pun menjadi sulit dan mulut akan sangat kering, sehingga memaksa orang yang sekarat untuk minum akan membuatnya tersedak. Selain itu orang yang sekarat akan kehilangan kontrol pada kandung kemih dan ususnya, sehingga seringkali terlihat mengompol. Orang akan merasa bingung, gelisah dan tidak tenang karena tidak dapat bernapas dengan teratur. Ketika sel-sel di dalam tubuh mulai kehilangan sambungan, maka akan mengalami kejang otot. Kematian akan semakin mendekat jika kaki dan tangan terasa dingin dan mulai sedikit membiru akibat terhentinya aliran darah ke daerah tersebut. Tapi lama-kelamaan akan semakin menyebar ke bagian tubuh atas seperti lengan, bibir dan kuku. Selain itu orang menjadi tidak responsif, meskipun matanya terbuka tapi memiliki tatapan mata kosong atau tidak melihat sekelilingnya. Setelah itu pernapasan akan terhenti sama sekali dan diikuti oleh berhentinya kerja jantung, maka secara klinis orang tersebut sudah mati karena tidak ada sirkulasi dan cadangan oksigen untuk bisa mencapai sel-sel di tubuh. Namun kematian klinis bisa dikembalikan melalui proses CPR (napas bantuan), transfusi atau ventilator. Tapi jika 4-6 menit setelah kematian klinis tidak ada perubahan, maka itu artinya jantung sudah tidak bisa bekerja lagi. Karena jantung sudah tidak bekerja, maka secara otomatis aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh dan otak juga akan terhenti. Akibat tidak adanya asupan oksigen dan darah ke otak, maka dalam hitungan beberapa detik otak juga akan mati dan disitulah akhir dari perjalanan hidup seorang manusia. Benar atau tidak prediksi diatas belum pernah di buktikan, ini mungkin hanya prediksi karena semuanya kembali kepada Tuhan kapan seseorang meninggal dunia. Read more: 7 Tanda-tanda Manusia Sebelum Meninggal | YobertParai Blog http://yobertparai.blogspot.com/2010/11/7-tanda-tanda-manusia-sebelum-meninggal.html#ixzz1cmt4YGG3
 

Date A Live

Date A Live
Ratatoskr

Eureka seveN

Eureka seveN

Pages - Menu

5

~

diooda